Chereads / ZEVA / Chapter 15 - PART XIV

Chapter 15 - PART XIV

" Apa sebaiknya kamu tidak usah ikut pergi? Wajahmu sedikit pucat, Nak" Saat ini Aldrich bersama dengan Zeva dalam perjalanan menuju Kerajaan Alston. Zeva memang sedikit pucat walau sudah memakai riasan, apalagi Ia memang tak terlalu suka riasan yang tebal.

"Aku hanya kelelahan Ayah. Aku hanya butuh istirahat" Zeva pun kembali menutup mata, menenangkan tubuh dan pikirannya agar lebih rileks.

"Baiklah kalau begitu, jika memang tidak tahan, jangan di paksa. Ayah tak masalah untuk meninggalkan pesta ini" Ya, Zeva juga tidak ingin hadir di dalam pesta itu. Hanya saja, akan tidak sopan jika Ia tidak menghadirinya karena dirinya diberi undangan. 2 Kerajaan itu baru saja berdamai, Zeva tak mau menambah masalah baru.

"Aku baik, Ayah" Aldrich tahu, Puterinya ini benar-benar sangat memikirkan pendapat orang lain, walau memang terlihat seperti tidak perduli tapi Ia sangat yakin jika Puterinya merasa tak enak hati jika tidak hadir dalam Pesta Makan Malam yang diadakan di Alston.

"Kelak kamu akan menjadi Ratu yang sangat disegani di Alzeethan" Zeva mendengus. Ia terlalu malas menanggapi perkataan Ayahnya. Ia tidak ingin meneruskan pekerjaan Ayahnya, Ia benci dengan hal-hal yang memusingkan.

"Aku pusing" Hanya 2 kata yang terlontar, namun Aldrich mengerti maksud dari Puterinya itu. Ia diam, tidak ingin lagi mengganggu Zeva. 'Apa aku terlalu cepat menyampaikannya? Tapi mau bagaimana pun juga, cepat atau lambat Ia lah yang akan menjadi penerusku kelak' Batinnya.

Baik, mari kita beralih ke Alissa dan Emma. Tidak seperti Aldrich dan Zeva yang sepi, senyap, Mereka begitu bersemangat di dalam mobil, membahas bagaimana rupa keluarga besar Alston, Apa yang akan mereka sajikan, mereka benar-benar Ibu dan Anak. Sangat mirip.

"Ibu, apakah Gaun ku sudah rapi? Apakah aku terlihat menawan? Aku tidak ingin kalah menawannya dengan keluarga besar Alston" Emma terlihat sangat bersemangat, dia berpikir bahwa inilah saatnya Ia mulai mendekati Demian kembali. Ohh.. Emma benar-benar terperangkap dalam pesona seorang Demian ternyata.

"Kau terlihat luar biasa, Sayangku. Demian pasti akan melirikmu" Alissa yang sudah tahu maksud dari Emma, terus menggodanya. Emma menutup kedua pipinya yang bersemu.

"Ibu, jangan menggodaku" dan mereka pun tertawa bersama.

Kendaraan mereka berhenti di depan Pintu Utama Istana Alston. Zeva terlihat turun lebih dulu, Ia tidak suka harus menunggu supir untuk membukakan pintu untuknya. Stev pun terlihat sudah berada di belakangnya. Ia memang sigap dalam urusan mengawal Zeva. Keselamatan Zeva adalah nomor 1 daripada dirinya, itu janji yang Ia tanamkan sejak menjadi pengawal pribadi Zeva.

"Stev" Stev yang mengerti kode yang diberikan Zeva, langsung berjalan mendahuluinya dan membukakan pintu untuk mereka.

"Wah.. Selamat Datang, Raja dan Ratu Zeda. Aku sungguh tersanjung kalian memenuhi undangan yang ku berikan secara khusus. Silahkan masuk, acara makan malam akan segera dimulai" Ratu Devilia langsung menyambut mereka dengan antusias.

"Kami tersanjung karena di undang secara khusus ke Kerajaan Alston" Aldrich tersenyum sopan.

"Emma dan Zeva juga hadir?" Merasa namanya terpanggil, Emma dan Zeva langsung menampakkan diri, dan memberi salam.

"Selamat malam, Ratu Devilia" Ujar Zeva yang dibalas dengan senyuman lebar milik Devilia. Dia sungguh senang Zeva dapat hadir.

"Selamat malam, Ratu Devilia. Malam ini Anda terlihat sangat cantik" Emma memberikan senyuman manisnya, Devilia pun membalas senyuman tersebut.

"Zeva sungguh sangat menawan malam ini. Emma juga terlihat cantik. Para Alston pasti akan sangat menyukai kalian" Emma terlihat mulai memperbaiki riasannya, tidak dengan Zeva. Ia tidak perduli dengan itu, tidak penting.

Devilia pun membawa mereka ke Ruang Makan Keluarga Alston. Disana sudah begitu ramai, hampir seluruh kursi disana sudah ada yang menduduki. Namun, Zeva mengernyitkan dahinya. Ia tak memungkiri bahwa Keluarga Besar Alston akan didominasi oleh Pria. Sedangkan Emma sudah mematung di tempatnya, Ia tak menyangka bahwa semua keturunan Alston akan se-menawan Demian. Walau tetap Demian yang paling menawan.

"Attention!" Suasana yang tadinya ramai langsung menjadi senyap. Zeva mengangumi cara Ratu Devilia dapat mengontrol mereka semua dengan sangat baik.

"Saya ingin mengenalkan pada kalian secara resmi Raja dan Ratu dari Kerajaan Zeda. Silahkan, saya beri waktu dan tempatnya"

"Salam untuk Keluarga Alston, Saya Raja Zeda IX dan ini adalah Istri Saya, Ratu Alissa dan di sampingnya adalah kedua anak Saya. Zeva dan Emma" Alissa, Emma dan Zeva membungkukkan badan mereka, memberi penghormatan. Alissa dan Emma menebarkan senyum manis milik mereka, tidak usah ditanya lagi Zeva tidak akan memberikan senyumnya. Ia tetap menatap satu-persatu orang-orang yang juga ikut memperhatikan mereka.

"Baiklah, silahkan duduk. Mari kita mulai makan malamnya" Seluruh orang yang ada disana mulai memakan makanan yang telah disediakan, mereka makan dengan hening hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu.

-ZEVA-

Setelah makan malam itu berakhir, saat ini mereka sedang berdansa bersama pasangan, itu sudah seperti tradisi Keluarga Besar Alston. Zeva tidak tertarik. Sangat. Ia berjalan menjauhi lantai dansa menuju meja yang sudah di penuhi oleh makanan manis. Lebih baik, Ia melihat dari sini saja.

Berbeda dengan Emma, yang sudah sangat antusias dengan acara dansa ini. Ia ingin berpasangan dengan Demian. Namun, saat ini Ia tidak tahu dimana Demian berada.

"Tidak bergabung?" Zeva yang baru saja ingin mengambil sebuah pancake terhenti dan membalikkan badannya. Terlihat Demian yang sudah tersenyum menawan kepada Zeva.

"Tidak suka" singkat, padat dan jelas. Zeva pun langsung mengambil pancake yang sempat Ia taruh kembali. Demian yang mendengar jawaban yang amat singkat itu semakin tersenyum , membentuk kedua lesung pipinya.

"Bolehkah aku menemanimu kalau begitu?" Zeva mengangkat sebelah alisnya, dia bukan seorang anak kecil yang harus ditemani. Tatapan Zeva berubah manjadi datar dan langsung menatap ke arah kedua mata milik Demian dengan tajam.

"Lebih baik Anda bergabung dengan yang lain, setidaknya hargai kerabat-kerabat Anda disana" Zeva langsung meninggalkan tempatnya, sedikit bertelepati dengan Stev, menanyakan dimana lelaki itu berada. Demian masih terpaku di tempatnya, dia tidak berkutik dengan aura yang dipancarkan oleh Zeva tadi. Ah.. sepertinya ini bukan pertama kalinya bagi Demian merasakan aura itu. Sesaat Zeva sudah tidak terlihat dari pandangannya, akhirnya Ia bisa bergerak dengan leluasa. Demian mendengus, sungguh sulit untuk menakhlukkan seorang Zeva. Tapi, apa yang bisa Ia lakukan selain berusaha dengan keras? Ia sudah terlanjur jatuh ke dalam pesona dan segala tentang Zeva.

"Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa terus berjuang untuk mendapatkan hatimu dengan cara baik-baik" Gumam Demian sambil menampilkan smirk kecil miliknya namun terlihat begitu licik. Fyi, bangsa Demon tidak pernah tidak licik. Sifat licik itu sudah mengalir dalam denyut nadi mereka.

Entah apa yang akan direncanakan oleh Demian untuk mendapatkan Zeva, namun Ia bertekad akan mendapatkan Zeva secara baik-baik atau dengan cara licik sekalipun, Ia harus mendapatkan Zeva.

"Sialan" Zeva sudah merasakannya, merasakan masalah baru yang akan di dapatnya. Entah itu cepat atau lambat, Ia harus sebaik mungkin untuk menghindari dari Demian. Walaupun Ia bisa menebak pikiran seseorang, namun siapa yang tahu bahwa pikiran itu dapat berubah sepersekian detiknya?

Zeva tak dapat memahami pikiran milik Demian, Ia bisa membacanya hanya saja pikiran milik Demian sangat cepat berubah. Ia sempat bingung, karena baru saja Demian memikirkan Zeva maka Ia bisa mendistrak pikirannya ke makanan yang ada di meja, dan sedetik kemudian akan berubah lagi memikirkan seseorang lelaki bernama Decion, Zeva tak tahu siapa itu. Ia akui pikiran Demian itu rumit dan satu-satunya cara adalah menghindarinya. Namun, cara seperti itu juga tidak terlalu bisa diharapkan.

Zeva semakin merasa pusing, dirinya masih butuh istirahat yang banyak apalagi tadi Ia sempat memakai mindlink terhadap Stev. Itu sedikit membuat mana yang belum penuh semakin terkuras. Ia butuh teh .

"Stev, Teh lavender" Stev mengangguk patuh, Ia dengan segera membuatkan sebuah Teh lavender. Jangan heran, kemanapun Zeva berpergian, Stev akan selalu membawa persediaan Teh milik Zeva, karena Zeva memang tidak terlalu bisa untuk mencoba makanan atau minuman yang belum pernah dicobanya jadi untuk menetralisir itu Stev membawa beberapa bubuk Teh.

"Silahkan diminum, Tuan Puteri Zeva" Zeva menerima cangkir itu dan langsung meminumnya, Ia merasa sedikit rileks. Saat ini dia berada di taman Mawar Hitam milik Devilia, terdapat sebuah bangku taman yang cukup panjang.

"Duduklah" Stev langsung mendudukkan dirinya. Ingatkan perintah Zeva itu mutlak dan tidak boleh ada yang membantahnya.

"Saya akan memberikan mana saya" Zeva hanya mengangguk pelan, tidak ingin membuang-buang energi hanya untuk menjawab. Stev mulai menggenggam sebelah tangan milik Zeva dan mulai mentransfer mana miliknya.

Ahh.. salah satu syarat untuk dapat menjadi pengawal pribadi seorang bangsawan adalah harus memiliki mana yang cukup banyak karena seorang pengawal harus selalu menjaga tuannya dan beruntunglah Stev yang memang cepat dalam mengumpulkan mana-nya kembali, itulah salah satu alasan juga Zeva memilihnya. Zeva tahu batas mana-nya dan Ia cukup lama untuk mengumpulkan mana agar bisa penuh. Setidaknya Ia harus beristirahat total selama 2 hari.

"Saya sudah selesai, Tuan Puteri Zeva. Apa Anda ingin kembali ke Zeda?" Zeva ingin sekali kembali karena saat ini Ia benar-benar butuh istirahat.

"Tanyakan dahulu pada Ayah"

"Baik, Tuan Puteri Zeva. Saya akan secepatnya kembali" Stev membungkukkan badannya dan pergi menemui Aldrich. Zeva masih menutup matanya, merasakan angin malam yang membuatnya tenang. Tanpa Ia sadari seseorang di balik pilar sedang menatapnya dengan begitu tajam dan juga khawatir.