Zeva menikmati acara—Mari kita memetik Bunga di Taman Dev'al. Keranjang rotan yang dia bawa sudah penuh dengan beberapa bunga. Ada bunga Mawar, Krisan dan melati juga ada Buah Apel, jambu dan Anggur. Stev ikut membantunya mengangkat beberapa keranjang yang sudah penuh.
"Stev, letakkan Keranjang Bunga ke Kamarku" Stev mengangguk patuh, dia sudah hapal. Keranjang bunga akan diletakkan di dalam Kamar Zeva dan leranjang yang dipenuhi oleh Buah-buahan akan diletakkannya di dapur untuk dapat diolah oleh Pelayan dapur.
Setelahnya, Zeva mengambil bibit sayuran di dalam kantungnya. Zeva membeli bibit Sayur Sawi, Seledri, dan Brokoli di sebuah toko bibit di dekat Sekolah Emma. Mungkin Ia tidak bisa menyebutnya sebuah Toko, karena Si penjual bibit hanya berjualan di sebuah tenda kecil dan dagangannya pun tidak begitu lengkap. Namun si penjual bibit membuatkan Zeva terkesan dengan kegigihannya untuk terus berjualan bibit itu agar Anak perempuannya dapat melanjutkan sekolahnya. Pada saat itu, Zeva membeli seluruh dagangan penjual itu, si penjual sangat berterima kasih padanya bahkan si penjual memberikan Zeva bonus buku panduan untuk menanam bibit-bibit agar dapat bertumbuh dengan baik.
Sudah satu setengah jam Ia berkkutat dengan bibit-bibit miliknya. Pelayan mengetuk pintu Taman dan Zeva mempersilahkan Pelayan itu masuk sambil membawa nampan dengan sebuah teko juga cangkir.
"Ini minuman Lavender Anda, Tuan Puteri Zeva" Zeva hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih, kemudian pelayan itu pun keluar. Ia menuangkan minuman Lavender itu pada cangkirnya dan menikmatinya dengan angin yang sejuk nan lembut, tanda bahwa musim semi akan tiba.
Setelah menghabiskan minumannya, Zeva kembali ke kamarnya. Badannya terasa lengket dan dia juga mulai merasa risih, berniat untuk menyegarkan kembali badannya. Dua pelayan baru saja keluar dari kamar mandinya. Mereka sudah menyiapkan air untuknya berendam, mengisi kembali energinya dengan Bathup yang dipenuhi oleh kelopak bunga mawar merah. Dua pelayan itu membantunya untuk melepaskan gaun yang Ia kenakan, dan mulai merendamkan dirinya di dalam Bathup. Rasanya sangat menenangkan.
Tok.. tok.. tok..
Terdengar suara pintu Kamarnya yang diketuk dari luar, Zeva tidak tahu siapa orang yang menganggunya saat ini. Bisa saja itu Ayah, Adik atau Ibunya. Zeva mmgizinkan Stev untuk mempersilahkan Orang itu untuk masuk.
"Maaf, oh.. astaga. Maafkan aku" terdengar seperti suara Pria yang tidak asing di telinganya. Zeva membuka kedua matanya menatap ke arah Pria yang sedang memunggunginya.
"Tidak sopan" Katanya tajam, reflek Pria itu membalikkan badannya memnghadap ke arah Zeva. Zeva tahu, Pria ini Demian. Putera Tunggal Ratu Devilia.
"Ada keperluan apa?" Tanya Zeva, Ia tidak ingin berbasa-basi. Ia masih ingin menikmati acara berendamnya saat ini. Demian? Saat ini dia gugup. Bagaimana tidak? Saat ini di hadapannya, Zeva sedang berendam dengan santainya menampilkan bahu dan leher putih mulusnya. Demian tercekat namun dia harus mengendalikan dirinya.
"Aku-aku hanya ingin berpamitan denganmu" Ucap Demian yang tidak melepaskan pandangannya dari bahu mulus milik Zeva. Baru kali ini Ia tertarik dengan tubuh seseorang. Biasanya Ia akan menatap tidak peduli pada setiap wanita yang mendekatinya sambil memamerkan belahan dada mereka
"Hmm.. ada lagi?" Demian mati kutu saat ini. Tidak tahu harus mengatakan apa, pikirannya kacau hanya karena berhadapan dengan Zeva. 'Oh bodoh sekali diriku ini. pikirkanlah sesuatu otak jenius' Batin Demian.
"A-aku juga ingin mengundangmu untuk hadir dalam pesta ulang tahunku yang ke 22 tahun" Bagus Demian, benar-benar pemikiran yang brilian. Zeva menatap Demian sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Aku tidak suka pesta" Katanya dengan jujur.
"Aku benar-benar mengharapkan dirimu untuk datang ke pesta ulang tahunku" Mohon Demian. Ingat dalam benak kalian, ini pertama kalinya dalam hidup Demian memohon pada seorang Wanita. Zeva menghembuskan nafasnya, Ia menyadari Pria ini tidak akan mengalah. Maka Ia hanya menganggukkan kepalanya, Ia akan menyuruh Emma menggantikannya. Demian seakan ingin meledakkan dirinya, Zeva menyetujuinya.
"Besok, pengawalku akan menjemputmu. Ini undangannya. Aku tidak mengundang banyak orang, hanya teman dekat dan saudara saja. Satu undangan untuk satu orang dan tidak dapat diwakilkan, aku telah menulis namamu" Zeva hanya berdecak, Ia berpikir sejenak. Ia tahu bagaimana perasaan Adiknya pada Pria ini. Jika Ia menyuruh Emma menggatikannya sudah pasti akan sia-sia dan Adiknya itu pasti akan dipermalukan disana.
"Buatkan aku satu undangan. Untuk Adikku" Demian hanya tersenyum dan mengambil satu undangan yang belum Ia tulis namanya, Juga mengambil Pena yang ada di dalam saku jasnya. Menuliskan nama Emma lalu memberikan kedua undangan itu pada Stev.
"Aku sangat senang. Aku akan menunggumu datang besok. Aku pulang, sampai bertemu kembali, Tuan Puteri Zeva" Demian membungkukkan badannya, memberikan penghormatan pada Zeva. Zeva hanya mengangguk seketika itu juga Demian menghilang dari pandangannya.
Zeva mendengus kesal, Pria itu membuat keadaan menjadi rumit. Zeva mengetahuinya. Pria itu tertarik padanya, dan Emma tertarik pada Pria itu. Zeva juga tahu kejadian di meja makan saat dia ke Taman. Ia tahu semuanya, ia tahu kalau Adiknya tidak menyukai keputusan Sang Ayah.
"The Trouble Maker has come" Ucapnya pelan sambil menatap pantulan dirinya di cermin yang memasang wajah datar dan dingin.
-ZEVA-
"Tunggu sebentar. Ada apa, Kak?" Tidak biasanya Sang Kakak datang langsungg utnuk bertemu dengannya. Zeva masuk ke dalam kamar Adiknya, memberikannya sepucuk undangan berwarna emas. Emma mengernyit bingung, melihat sebuah undangan itu yang tertulis jelas namanya disana.
"Undangan Ulang Tahun Pangeran Demian" Emma melebarkan kedua matanya. Apa Ia sedang bermimpi saat ini, jika iya tolong jangan biarkan dirinya untuk terbangun.
"Astaga, aku tidak sedang bermimpi, kan? Ini nyata, kan?" Zeva hanya menganggukkan kepalanya.
"Kenakan gaun yang bagus dan berdandanlah yang cantik, besok pengawalnya akan datang menjemput" Setelah mengatakan hal yang tidak diduga oleh Emma sama sekali, Ia pergi kembali ke kamarnya.
Emma sangat senang, hari ini Ia akan mengajak Ibunya untuk berbelanja. Lagi pula ini masih jam 3 sore, masih ada waktu 3 jam untuk makan malam. Emma bergegas turun menjumpai Alyssa yang sedang berada di taman Istana.
Taman Istana dengan Taman Dev'al letaknya hanya bersebelahan. Taman Istana bisa dimasuki oleh siapa saja, bahkan sering digunakan untuk acara minum teh para puteri bangsawan lainnya sedangkan Taman Dev'al sebaliknya, Zeva tidak mengizinkansembarang orang utnuk masuk ke dalam. Hanya dia, Stev dan beberapa pelayan yang di percaya olehnya untuk mengurus taman Dev'al. Bahkan keluarganya sendiri pun tidak diizinkan untuk masuk.
"Ibu, Emma ingin mengajakmu untuk berbelanja" Ucap Emma ketika sudah berada di depan Alyssa yang sedang menikmati tehnya.
"Berbelanja? Apa kamu ingi pergi ke pesta?" Emma mengangguk dengan semangat sambil tersenyum dengan lebarnya.
"Ya, aku juga akan perawatan tapi,untuk hari ini aku hanya ingin berbelanja. Waktu kita tidak banyak Ibu, ayo" Emma menarik lengan Ibunya agar menuruti permintaannya. Alyssa hanya bisa menurutinya, berjalan mengikuti Puteri Bungsunya ke arah mobil yang sudah disediakan.
"Sebenarnya pesta apa yang ingin kamu hadiri? Kenapa harus sampai membeli gaun yang baru juga perawatan" Alyssa masih bingung dengan tingkah Emma yang dia rasa terlalu berlebihan jika hanya untuk menghadiri sebuah pesta.
"Ibu, ini sangat penting" Emma mengeluarkan sebuah undangan yang dia simpan di dalam tas yang saat ini dia bawa. Alyssa mengambilnya dan membuka undangan tersebut.
Alyssa membulatkan kedua matanya, " Astaga, Demian mengundangmu ke acara Ulang Tahunnya. Kalau begitu ayo berangkat" Alyssa menyuruh Jeff—Pengawal pribadinya untuk melajukan mobil ini ke tempat perbelanjaan termahal dan bagus di kota.
Zeva yang saat ini sedang membaca buku tentang sihir hanya menggeleng, tidak percaya dengan kelakuan dua wanita itu—Ibu dan Adiknya.
"Hah.. kenapa aku terlahir bersama orang seperti mereka"
TBC.