Chereads / ZEVA / Chapter 8 - Part VII

Chapter 8 - Part VII

Akhirnya Zeva bisa merasakan kebebasan, Ia benci dengan hal yang menyesakkan, berisik seperti tadi. Ia berjalan menuju ke tempat istirahatnya. Sebuah rumah pohon yang ada di tengah-tengah taman ini. Pohon Eik yang menjadi penyangga untuk rumah itu, tampak indah dengan sinar kuning dari kunang-kunang yang hinggap di dahan pohon Eik.

Zeva menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba, "Jangan jadi pengecut" Ucap Zeva dingin entah pada siapa.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengikutimu"  Zeva membalikkan badannya menatap tajam, datar dan dingin kepada lelaki yang berdiri beberapa langkah di depannya itu. Ia tidak suka ada orang yang mengusiknya apalagi lelaki ini sudah seperti penguntit.

"Yang ku tahu kita baru saja bertemu dan kau sudah jadi penguntit"  Ucap Zeva dengan tajam. Ya, dia Demian. Dia mengikuti kemana Zeva pergi, setelah Ia selesai berbincang dengan Alyssa tadi.

"Ya, aku tahu. Tapi aku tertarik padamu"  Ungkap Demian dengan jujur. Ia berjalan mendekati Zeva namun, secara mendadak tubuhnya seperti kaku tidak dapat digerakkan.

"Aku bosan mendengar kata itu"  Zeva menatap Demian dengan lekat. Memang menarik, hanya saja itu tidak berlaku pada Zeva. Zeva hanya tertarik pada tanaman, sihir, dan dunia lainnya yang masih belum Ia ketahui.

"Dan aku tidak tertarik dengan dirimu sama sekali" Lanjut Zeva yang sudah berdiri tepat di depan Demian. Katakan saja Demian gila, karena jantungnya berdetak dengan cepat melihat Zeva yang menatapnya saat ini.

"Aku akan berusaha" Ucap Demian dengan penuh kesungguhan. Ingat, itu tekadnya kan?

"Usahamu sia-sia" Jawab Zeva. Ia tahu, seberapa besarnya keinginan lelaki yang ada di hadapannya ini, Ia tak akan berhasil. Zeva melihat semuanya saat Ia menggenggam tangan lelaki ini, maka dari itu Zeva menyingkir.

"Walau gagal, aku akan tetap mencoba"  Demian memang keras kepala, ingin menag sendiri dan menganggap semua hal dapat Ia miliki, pada kenyataannya tidak seperti itu. Hidup itu realistas, bukan angan-angan.

"Terserah"  Zeva jengah menghadapinya, Ia berjalan keluar, pergi ke kamarnya. Ia mengantuk sekarang, mood-nya juga sedikit buruk karena lelaki itu mengikutinya sampai masuk ke Taman pribadi-nya.

"Apa kamu akan meninggalkanku disin?"  Zeva terus berjalan, tidak menghiraukan pertanyaan bodoh lelaki itu.

"Jangan bertingkah bodoh. Itu hanya sihir pemula"  dan setelahnya yang hanya dapat Demian dengar adalah suara ketukan Heels yang semakin menjauh juga suara bantingan pintu .  Dia merutuki kebodohannya.

"Aku sudah tidak waras ya? Hah.. padahal Ia hanya menatapku dengan wajahnya yang datar. Kenapa efeknya bisa sampai seperti ini?"  Sikap Zeva yang dingin padanya, membuatnya semakin ingin menaklukkannya. Ia ingin tahu, seberapa beku hati milik seorang Zeva

"Misi untuk membuatnya jatuh cinta akan di mulai"  begitulah keyakinan dari seorang Demian—Orang yang baru saja jatuh cinta pada pandangan pertama.

-ZEVA-

Pagi ini seperti biasanya, Zeva sudah duduk menunggu di meja makan. Hari ini Ia akan memetik Mawar yang sudah bermekaran di tamannya. Ia sudah tidak sabar, Ia melihat ke arah Arloji emas yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah pukul 8.45 pagi, tidak biasanya mereka seterlambat ini untuk turun.

Zeva hanya mendengus pelan, masih berniat untuk menunggu. Memperbaiki letak sendok yang tidak sejajar dan merapikan serbet yang terletak di pahanya. Satu fakta yang harus kalian tahu, Zeva bukan orang yang memiliki stok kesabaran yang banyak. Jika di persentasikan hanya 20% dari 100% , minim sekali dan saat ini kesabarannya sudah menurun 5%.

"Selamat pagi, Anak Ayah"  Aldrich menuruni tangga dengan baju tugasnya, kalau Zeva tidak salah ingat Ayahnya akan pergi ke Kerajaan Alston membahas tentang perjanjian perdamaian. Bagaimana Zeva tahu? Ia hanya tidak sengaja mendengar perbincangan Ayahnya dengan Ratu Devillia semalam, saat Ia ingin pergi ke Taman Dev'al.

"Ini sudah jam 8.50, dimana Ibu dan Emma?"  Aldrich tahu Zeva bukan orang yang akan repot-repot menunggu. 'Apa suasana hatinya sedang baik hari ini?' 

"Sebentar lagi mereka akan turun, Zeva. Makanlah bersama Ayah"  Aldrich duduk dan memanggil pelayan untuk menuangkan madu di atas Pancake miliknya dan milik Zeva.

"Kenapa kalian tidak menunggu kami?" Itu suara Alyssa yang baru saja menuruni tangga bersama Emma, Devilia juga Demian. Ya, Devilia dan Demian memang diberikan izin untuk menginap di Istana Zeda atas kehendak Aldrich dan Alyssa.

"Aku sudah menunggu selama 45 menit" Zeva meminum Teh Bunga Krisan kesukaannya yang memang berasal dari tamannya itu. Dia tidak peduli lagi, Sekarang Ia harus cepat menghabiskan sarapannya dan langsung pergi ke Taman.

"Selamat pagi, semuanya" Sapa Devilia saat sudah duduk di tempatnya yang berada di samping Zeva, Demian pun mengucapkan hal yang sama. Mengucapkan salam pada setiap orang merupakan sebuah tradisi Kerajaan Alston, Zeva hanya diam, menikmati sepiring Pancake. Bukan, jangan berpikir bahwa Zeva sombong atau tidak sopan. Dalam Kerajaan Zeda, mereka memiliki beberapa peraturan. Salah satunya adalah tidak boleh berbicara ketika sedang makan. Jadi, buang jauh-jauh pikiran buruk kalian. Ia tidak se-Jahat itu.

"Selamat pagi, kami memiliki peraturan tidak boleh berbicara ketika makan" Balas Alyssa pada Devilia. Devilia hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah para pelayan menyiapkan Pancake mereka, mereka semua pun memakannya dengan hening dan damai.

"Aku selesai. Aku sibuk"  Zeva berdiri, sebelum Ia benar-benar pergi, Ia menghadap ke arah Devilia sedikit membungkukkan badannya memberikan penghormatan.

"Maaf, Saya hanya mengikuti peraturan yang ada"  Kata Zeva yang dibalas senyuman oleh Devilia. Zeva pun langsung pergi menuju Tamannya. Demian terus memantau kemana Zeva pergi, namun sepertinya untuk kali ini Ia tidak ingin lagi jadi penguntit. Ia tidak ingin Zeva merasa tidak nyaman akan dirinya.

"Maafkan kelakuan Puteri Sulung Saya, Devilia" Ucap Alyssa yang memasang wajah tak enak pada Devilia.

Devilia hanya menggeleng kecil sambil tersenyum, "Tidak apa, Aku memakluminya. Dia anak yang pintar, baik dan mawas diri. Aku menyukainya"  Alyssa merasa lega, setidaknya orang-orang mampu menerima sikap dingin Zeva.

Emma sedari tadi tidak dapat melepaskan pandangannya dari Demian. Memperhatikan bagaimana cara Pria itu memakan makanannya dengan penuh perhatian, memasukkannya dan mengunyahnya dengan sangat elegan. Ahh.. dia sungguh tidak kuat dengan kharisma yang Pria ini miliki.

"Hahaha.. sepertinya ada yang berbunga-bunga hari ini"  Ucap Devilia sambil melirik ke arah Emma. Emma menyadari kata-kata itu diperuntukkan padanya. Ia sungguh malu, bahkan sekarang pipinya memerah. Demian hanya tersenyum biasa.

"Ahh.. astaga, lagipula wanita mana yang bisa menolak ketampanan dari Demian? Jika saja aku masih seorang Gadis, aku juga akan menyukai Demian"  Ucap Alyssa dengan nada bercanda, menyenggol pelan bahu Emma. Wajah Emma sudah seperti kepiting rebus saat ini. sebenyar lagi dia akan kehabisan oksigen dan pingsan.

"Ibu, jangan menggoda ku"  Wajahnya menatap kesal ke arah Ibunya.

"Tapi , sepertinya Putera tampanku ini tidak setampan itu untuk menarik perhatian seorang Wanita, benar kan?"  Dan Demian sangat tahu apa yang dimaksud oleh Ibunya. Ia masih berusaha, jadi belum gagal kan?

"Ibu.."  Ucap Demian mengingatkan Ibunya untuk tidak membahas tentang hal itu.

"Baiklah, Ibu tidak akan membahasnya"  Balas Devilia sambil tertawa pelan.

"Zeva memang tidak mudah untuk ditakhlukkan. Berusahalah lebih keras, tapi aku juga tidak menyarankanmu untuk mendapatkannya. Semuanya akan sia-sia"  Ucap Aldrich tiba-tiba. Dia tahu, Demian memang mengejar Zeva. Tatapan Demian pada Zeva tadi sangat terlihat jelas.

Demian hanya tersentak , cukup terkejut dengan ucapan Aldrich. Dia mendengar kalimat itu, sudah dua kali. Memangnya seberapa dalam luka hati Zeva? Semakin di peringatkan untuk tidak mengejar Zeva, semakin bulatlah tekadnya itu. Jika memang Zeva memiliki luka hati, Ia akan siap menyembuhkannya atau memberikan hatinya sebagai penggantinya.

"Saya akan tetap berusaha untuk meluluhkannya, Raja Zeda IX. Saya hanya meminta izin Anda untuk mendekatinya"  Ucap Demian dengan penuh tekad. Aldrich menghela nafasnya pelan, Ia tidak menyangka bahwa Demian akan se-serius ini untuk mendapatkan Puteri Sulung kesayangannya.

"Silahkan. Hanya saja, aku dan Istriku sudah memperingatkanmu" 

"Terima kasih, Yang Mulia Raja Zeda IX"   Demian sungguh merasa senang dan lega. Dia sudah mendapatkan izin untuk mendekati Zeva namun, ada satu orang yang tidak senang akan keputusan Aldrich. Emma, tentu saja.

TBC.