"Apa kamu akan pergi sekarang?." Tanya Hassan kepada Abdul.
"Benar sebab aku merasa akan ada lagi hal yang menarik di luar sana setelah ini." Jawab Abdul menunjuk arah ke jalur timur. Meninggalkan berupa surat kepada sultan Hassan, lalu pergi berlalu menjauh dari pandangan.
"surat apa ini yang di berikannya kepadaku?." Fikir sultan Hassan sambil membuka gulungan kertas. Isi surat yang berisikan tulisan tangan langsung dari Abdul sendiri adalah berupa nasehat kepadanya.
Jika hati yang keras seperti batu dapat di lunakkan. jika nafsu yang besar, sebesar apel mampu di habiskan. Jika rasa sombong yang tinggi hingga mencapai langit mampu di robohkan, maka ingatlah manusia manapun tak akan mampu menandingi kekuasaan serta keangkuhan yang dia miliki, meski kamu menguasai seluruh dunia ini, namun dia mampu merampasnya darimu dalam hitungan detik, maka masihkah merasa tinggi hati.
mengarungi lautan pasir dari malam hingga masuk waktu shubu hingga tiba Abdul di suatu negeri yang tidaklah asing serta terkenal di seluruh penjuru dunia dan memiliki banyak kisah di dalamnya. Sala satu negeri yang melegenda sepanjang masa menyimpan sisa-sisa raja yang dahulu mengejar utusannya hingga lautan terbelah menjadi jalan bagi mereka yang beriman dan menjadi perangkap yang pedih bagi raja yang angkuh dan sombong hingga tubuhnya menjadi contoh manusia yang telah dilaknat. negeri ini juga yang minim sumber air dan pepohonan, namun walau dikenal sebagai negeri yang gersang tak membuat pendatang dari luar khususnya para pedangang untuk tidak memasuki negeri Mesir ini. Berbagai para pedagang menjual bermacam dagangannya, namun dari setiap pedagang yang menjualkan dagangan mereka dengan jujur dan adil, terdapat salah satu padagang yang licik lagi tak berlaku adil, lewat wajah dan ucapannya ia berhasil menipu setiap orang, jelek ataupun buruk, pantas ataupun tidak, ia mampu mempengaruhi setiap pembelinya.
Melihat pasar yang di penuhi dengan penjual dan pembeli membuat abdul yang menyaksikan merasa bersyukur, bahwa negeri yang termasuk gersang ini masih di karuniai ekonomi yang baik. Namun tak jauh dari Abdul berdiri, dia melihat salah seorang wanita yang menghampirinya sala satu pedagang sayuran. Tetapi yang terlihat bukanlah sayuran yang segar dan indah warnanya melainkan yang telah layu. "tuan apakah masih layak dagangan anda ini untuk di jual?." Tanya si wanita sambil memegang sayur mayur. Dengan memutar balikan fakta si pedagang berkata bahwa sisa-sisa sayuran ini adalah bekas dari pembelian dari yang agung penguasa Mesir. Merasa ragu lantas si wanita bertanya lagi. "tetapi tuan apakah ia mau membeli yang telah kusut seperti ini?."
"tentu, sayuran ini memang terlihat sudah layu, namun jika di masak akan terasa enak dan lezat." Ucapnya dengan lembut agar si wanita mau membelinya. Melihat agak lama dengan keadaan sayur yang layu si wanita tetap harus membelinya, sebab apabila ia tak membelinya maka tak akan ada untuknya dan keluarganya santap, sedangkan hannyalah pedagang itu saja yang menjual bahan pangan.
Wajah yang licik menertawai secara diam-diam kepada si wanita yang telah tertipu itu. "bodoh, sungguh bodoh sekali demi mengisi perut mampu mengalahkan padangan, demi
orang tercinta meyakinkan selera." Setelah si wanita pergi menjauh barulah Abdul mendekati si pedagang itu.
"Tuan apakah negeri ini memiliki raja atau penguasa?." Tanya Abdul sambil melirik sayuran si pedagang.
"Ada tuan, itu tepat di istana itu." Jawab si pedagang sambil menunjuk arah istana. Setelah di beri tahukan Abdul langsung meninggalkan si pedagang, lantas sipedagang bertanya kepadanya. "tuan apakah tidak ingin membeli bahan pangan saya?." Abdul berhenti lalu berkata. "tuan sebagaimananya kusutnya dan layunya sayuran yang anda jual itu, sama seperti wajah dan hati anda sendiri, orang yang buta sekalipun mampu merabanya."
"Bedebah, siyapa dia berani sekali berkata kasar kepadaku?."
Sesampainya di istana Abdul di hadang oleh para tentara istana. "berani sekali kamu hendak datang kemari sebelum membuat janji kepada sang raja?." Abdul yang tidak mengetahui dengan peraturan yang ada membuat dirinya hendak di hukum. namun untungnya saja dia berpas-pasan dengan sang raja ketika hendak di bawah ke penghukuman. "lepaskan dia. Hay apa tujuan kamu datang ke istana ku tanpa ada izin dariku sebelumnya?." Tanyanya sang raja kepada Abdul. Tidak tahu dengan peraturan kerajaan Mesir abdul menjelaskan maksudnya dirinya. "tuanku aku hannyalah seorang pejalan jauh dari timur ke barat selatan ke utara, lancang hamba datang tanpa seizin mu terlebih dahulu, namun lebih lancang pula apabila hamba memasuki negeri mu ini tanpa sepengetahuan mu." Ucapnya kepada sang raja. Sang raja berfikir benar dengan tindakan yang di lakukannya, lantas kemarahan sang raja berubah menjadi senyuman, lalu di ajaknyalah Abdul memasuki istana yang terlihat megah Dimata.