"apakah kamu tidak menghargai lagi ayah sebagai raja, ataukah kamu ingin mempermalukan ayah?."
"apakah ayah mengerti perasaanku ketika ayah ingin menjodohkan aku kepada lelaki yang tidak aku sukai." Tegas sang putri.
Melirik kepada Abdul sang raja bertanya, "mengapakah bisa dia bersama jasmin?." lantas satu pengawal berkata kepada sang raja. "maaf raja ketika kami mencari putri jasmin di tengah Padang pasir tak sengaja kami bertemu dengannya, namun ketika kami bertanya dia tidak mengetahui, namun ketika kami melihatnya di negeri ini dia sudah bersama putri jasmin."
Abdul meminta agar untuk di izinkan menjelaskan apa yang telah terjadi, sang raja mengizinkan permintaanya. "tuan saya hanyalah seorang pejalan dari timur ke barat selatan ke Utara, saya memiliki kewajiban untuk menyelesaikan tugas saya...." tiba-tiba sang putri langsung memotong pembicaraan Abdul kepada sang raja. "dan aku hanya menyukainya seorang saja." Ucap sang putri. Terkejutnya sang raja serta Abdul sendiri mendengar pernyataan sang putri secara tiba-tiba, mau tidak mau demi menyelamatkan kebebasannya dia harus melakukannya. sang ayah tidak menyangka orang yang baru pertama kali bertemu dengannya langsung di sukainya namun orang yang menjadi teman kecilnya dahulu tidak di sukainya.
Tanya sang raja. "Apakah benar dengan perasaanmu mu itu Jasmin?."
Jawab sang putri. "Iya ayah aku memang menyukainya."
"apa yang harus ayah katakan kepada raja Mesir nanti apabila kamu menolak lamarannya?."
Abdul meminta kepada sang raja agar di perbolehkan dahulu untuk pergi berfikir sejenak dahulu. Dalam kesunyian ia berfikir memohon petunjuk agar mendapatkan pencerahan dari yang maha kuasa akan kebimbangannya ini, tiba-tiba dari belakang sang putri menyentuh pundaknya.
"abdul kamu tidak apa-apa?."
"saya tidak apa-apa, sudah kebiasaan saya seperti ini, tetapi maaf putri mengapa kamu mengatakan seperti itu?."
"Tidak ada jalan lain lagi apabila aku tidak mengatakannya maka ayahku akan menjodohkanku, maafkanlah aku."
"Tidaklah mengapa putri saya akan mencoba mencari solusinya."
Di sepertiga malam Abdul berdoa memohon petunjuk agar di berikan jalan keluar bagi masalah yang di hadapinya saat ini, memohon-mohon kepada sang kuasa, cincin miliknya dengan sendirinya berkilau di jari tangannya. "mengapa cincin di jariku berkilau tak seperti biasanya?."
Keesokan harinya kerajaan kedatangan rombongan sang raja mesir kedatangannya hanya ingin melihat calon isterinya, mendengar di balik tirai kamar tamu istana Abdul terbangun mendengar banyaknya suara orang-orang di luar. Tak beberapa lama seorang pengawal yang datang memberitahukan kepadanya bahwa sang raja ingin dia menghadiri juga pertemuan mereka.
"baiklah saya akan datang."
ketika melihat Abdul yang berada di istana sang raja, lantas raja Mesir tak mengira dia masih di sekitaran tanah tandus ini.
"aku kira kamu sudah pergi jauh dari negeri tandus ini?."
"saya masih berada di sini tuan karna suatu alasan...."
sang raja menyela dan berkata kepada si raja Mesir, bahwa putrinya Jasmin menyukai Abdul bukanlah dirinya. Tentu dari pertanyaan sang raja membuat hati si raja Mesir hancur.
"tidak bisa, tidak bisa seperti ini aku sudah terlebih dahulu melamarnya, aku telah lama mengenalnya sejak kecil mengapa dia tidak mau bersamaku?."
Merasa tak enak hati Abdul menerangkan kepada sang raja mesir. "tidak saudaraku tenanglah aku hanya menyinggahi tempat ini untuk sementara waktu saja, selebihnya aku akan menyelesaikan." tiba-tiba sang putri datang menegaskan kepada mereka. "Tidak akan aku biarkan calon suamiku pergi dari negeri ini, yang sepantasnya pergi dialah yang tidak pernah aku sukai." Pernyataan sang putri membuat hati sang raja Mesir terbakar oleh api cemburu, sementara Abdul barulah kali ini ia tidak bisa menemukan jalan keluar dari masalahnya saat ini.
"Tetapi putri Jasmin...."
"Diam Abdul keputusanku tidak bisa di bantah."
Murka sang raja kepada putri. "jasmin kamu tidak sopan di hadapan raja mesir lancang sekali kamu."
Jawab sang putri. "aku lebih memilih berkata jujur ayah dari pada harus berbohong."
Abdul hanya terdiam tak berkutik, benar-benar bagaikan sebuah pohon berdiri tak bergoyang, hidup namun tak bisa bersuara. Marahnya sang raja tak sadar menyakiti anaknya sendiri. merasa kecewa kepada sang ayah putri Jasmin pergi berlinang air mata. Bersama kuda kesayangannya ia duduk termenung di pinggiran pantai merasa sedih ayah yang selama ini menyayanginya kini tega kasar kepadanya.
"andaikan aku bukanlah seorang anak dari seorang raja pasti hidupku bebas seperti orang-orang itu. Andaikan aku pergi dari istana maka tak akan ada yang bisa mengaturku untuk menikahi orang yang tidak aku sukai." Sang putri yang masih bersedih. "Kau tau memanglah hidupku di penuhi dengan kemewahan namun jalanku seperti terbatas diriku seperti terpenjara keinginan ayahku sendiri."