Karena sangat marah si pedagang melaporkan hal ini kepada sang raja Mesir. "tunggu saja aku akan melaporkan semua ini kepada sang raja, kau sengaja bermain curang." dengan segera ia pergi ke istana, sedangkan Abdul hanya berharap pertolongan dari yang maha kuasa agar di pertolongkan dirinya. Tak lama ia melihat wanita yang kemarin membeli dagangan si pedagang itu, lalu ia memanggil untuk menanyakan yang telah terjadi kemarin hari.
"salam saudariku." Si wanita menyambut salam dari Abdul dan bertanya. "tuan siyapakah anda, apakah yang bisa bantu." Abdul bertanya kepada si wanita tentang sayur-sayuran yang kemarin dia beli kepada si pedagang, namun waktu yang tepat mempertemukan mereka dengan kembalinya si wanita ke pasar untuk meminta ganti rugi kepada si pedagang.
Si pedagang kembali kepada Abdul namun bersama sang raja, raja yang terlihat marah menatap abdul. "apakah benar kamu yang menyaingi dagangannya?." Tanya sang raja.
Jawab Abdul. "apabila itu di mata tuan benar maka benarlah namun apabila itu salah maka salalah?."
"saya tidak tahu apa maksudmu itu Abdul."
"Tuan apabila perbuatan saya ini di mata tuan salah walau yang saya lakukan ini hanyalah untuk menyadarkan." Sang raja langsung menyela. "Tetapi yang kau katakan kepadaku berbeda dari tindakanmu ini." Abdul kembali mengatakan pembelaan atas dirinya. "Tuan apabila tindakan saya ini salah walau menyadarkan saja namun bagaimana kesalahan yang lebih besar lainya?."
Sang raja kembali bertanya kesalahan yang mana lagi yang tidak dia ketahui olehnya.
Abdul meminta kepada si wanita agar menerangkan yang telah terjadi kemarin terhadap dirinya. Setelah mendapatkan kebenaran, murka sang raja berbalik arah kepada si pedagang bahwa dia berani mengatasnamakan dagangannya dengan nama sang raja, lantas sang raja hendak memberikan hukuman seberat-beratnya.
Namun bagi Abdul hukuman yang di berikan kepada si pedagang tak sebanding dengan dia yang hanya memakai nama sang raja agar dagangannya laku, namun bagi sang raja mengatasnamakan namanya saja sudah mengotori kewibawaannya. Tidak bisa membiarkan si pedagang mendapatkan hukuman berat maka Abdul memberikan solusi kepada sang raja. "Tuanku berikan saja dia hukuman berupa menyedekahkan sedikit dari hartanya kepada orang-orang miskin sebab itulah yang paling berat di hati dan tangan apabila orang yang pelit akan sedekah, yang terakhir berikanlah dia bertanggung jawab atas perbuatannya kepada orang-orang yang di rugi sebab itulah hukuman yang paling setimpal agar tak dapat dia ulangi lagi." Sang raja menyetujui saran yang Abdul berikan kepadanya dan memberikan hukuman seperti yang telah di katakan Abdul. Kini si pedagang melaksanakan hukumnya, namun karena pintu rahmat yang terbuka bagi si pedagang hukuman yang telah usai kini menjadi kewajiban atas diri dan niatnya sendiri untuk seseringkali bersedekah dari sebagian hartanya.
Berminggu-minggu Abdul tinggal di negeri Mesir kini hendak melanjutkan lagi perjalanannya. Saat Abdul hendak melangkah pergi si pedagang mendatanginya dengan senyuman memberikan perbekalan yang cukup untuknya. Merasa senang dengan perubahan si pedagang Abdul mendoakan yang terbaik untuknya. Abdul memberikan pula gulungan kertas kepada sang raja, setelah perginya barulah sang raja membuka gulungan itu yang tertuliskan.
yatuan walau engkau tak tunduk kepadanya namun hati mu baik, maka Segeralah mengagungkannya agar segala amarah dan nafsu duniawi akan berkurang, sebelum terlambat siksanya lebih pedih dari siksa manusia.
"sungguh nikmat pemberian darinya yang telah memberikan makanan ini dengan ikhlas, semoga beribu pahala dan nikmat engkau berikan kepada si pedagang itu." Ucapnya merasa bersyukur walau nikmat seadanya.
Dia terduduk di tengah Padang pasir di bawah pohon palem sebagai tempat berteduh, basahan keringat mengenai baju di badan, rasa letih terasa tak mampu melangkah berjalan, walau hati ingin mundur berjalan, namun takdir telah menunjuk pelaksana harapan. Seperti biasanya di tengah perjalanan ia duduk beristirahat dan merenungkan baik ketika masa-masa indahnya ataupun dosa-dosanya, Sembari memakan makanan bersamaan air mata yang turun tak dapat terbendung. "andaikan makanan ini adalah hasil kelicikanku sama ketika dahulu, apakah akan nikmat seperti ini. Barulah pertama kali aku menyantap makanan yang terlihat sederhana namun sangatlah nikmat di bandingkan makanan yang dahulu hasil kelicikanku yang terlihat mewah di hadapan namun hambar di rasakan, kini kau memperlihatkan lagi gambaran antara yang pantas dan tidak pantas." Ucapnya mengangkat kedua tangan.