#Athena
Aku keluar ruanganku, Rachel pergi begitu saja sementara Cloudy menyusulnya.
"Apa kau dalam masalah, boss?"
"Tidak, Sapho. Jangan khawatir. Ini hanya salah paham dalam pertemanan."
Lonceng di pintu kafe berbunyi, barangkali pengunjung yang datang. Tetapi mataku tak bisa menolak hasrat hati untuk melihat ke arah pintu.
Aku menelan salivaku sendiri, "Clarissa!"
Aku memastikan kembali dengan melihat lebih teliti, wanita di balut kemeja putih itu berjalan ke arah Moris.
"Ah dia sudah datang."
Kalimat Sapho barusan otomatis membuat pandanganku beralih menatapnya.
"Kau mengenalnya?"
"Dia wanita yang selalu datang kemari untuk mengambil ampas kopi. "
Aku mengernyitkan kening mendengar perkataan Sapho, "Apa?"
"Aku pernah mengatakan ada seorang wanita yang ingin membeli ampas kopi dari kafe kita. Dan kau bilang untuk memberikannya secara gratis. Dia orangnya."
Aku memandang kembali Clarissa.
"Aku akan pulang, Sapho. Tolong kau tangani kafe."
"Tentu boss. Beristirahat lah, kau terlihat buruk."
Aku tersenyum mendengar perkataan Sapho, dengan langkah cepat aku berjalan keluar dari kafe.
Apa yang aku takuti? Sudah kukatakan, ada hal yang mengganggu pikiran dan perasaanku. Tetapi mengapa aku lari? Dari seseorang yang baru kukenal semalam, mengapa aku lari?
Seluruh tubuhku gemetar.
DAAARRRRRR!!!
Aku menoleh ke asal suara. Sebuah mobil menabrak pertokoan. Aku bersyukur hal buruk itu tidak menimpa kafeku. Orang-orang mulai berkerumun. Aku tidak bisa untuk tidak peduli.
Aku berlari ke arah lokasi kecelakaan.
"Clarissa..." desisku.
"Damn it! " aku mengumpat saat melihat Clarissa terbaring dengan luka parah. Ia menjadi korban kecelakaan itu.
Aku meletakkan kepala Clarissa ke pangkuanku "Clarissa, open your eyes, please..."
Meski sempat terbuka, Clarissa tetap menutup matanya. Aku panik tak karuan. Melihat ke berbagai arah. Aku tidak yakin menunggu ambulance adalah hal yang baik.
Entah mendapat kekuatan dari mana, aku dapat mengangkat tubuh Clarissa.
Aku mencegat taksi dan memintanya untuk mengantar kami ke rumah sakit. Aku tau, Clarissa menderita luka parah. Darah terus mengalir dari luka di kepalanya.
Sesampainya di rumah sakit, supir taksi membantuku mengeluarkan Clarissa dari mobil.
"Korban kecelakaan," ucap supir taksi kepada perawat yang menyambut kedatangan kami.
Clarissa di tangani di UGD, aku menatap tanganku yang gemetar dan berlumur darah.
"Tenanglah...Tuhan akan membantunya."
Aku memandang supir yang membantuku.
"Terimakasih."
Setelah membayar tarif taksi, aku hanya mampu berlutut lemas di depan ruang UGD. Aku mencoba mengendalikan nafasku yang mulai sesak.
Pintu UGD terbuka, "dokter... bagaimana keadaan Clarissa?"
"Luka di kepalanya membuat pasien kehilangan banyak darah. Luka tidak terlalu dalam sehingga tidak mengganggu fungsi organ vital. Namun kami kekurangan stok darah."
Aku bersandar lemas pada dinding. Menahan tubuh yang terus gemetar.