Azzura meletakkan secangkir air lemon di meja lalu duduk di kursi belajar milik Clarissa, menatap wanita yang tertidur pulas setelah mabuk berat semalaman.
Azzura membuang muka dan menghela nafas. Ia memijat kepalanya sendiri. Telinganya menangkap suara pergerakan dari atas kasur.
Azzura berdiri dan mendekat ke arah kasur, "kau sudah bangun?"
Clarissa mengerjapkan mata tubuhnya yang terbaring tertelungkup di lapisi selimut hangat, "hmm..." ia menjatuhkan kembali kepalanya ke kasur.
Azzura duduk di tepi kasur, "minumlah ini, ayo bangun."
Clarissa kembali mengangkat kepalanya dan meminum air lemon dengan bantuan Azzura.
Clarissa meringis merasakan asamnya minuman yang ia telan, "Air lemon?"
"Kau mabuk berat semalam."
Azzura meletakkan kembali cangkir tersebut, sementara Clarissa membalikkan tubuhnya hingga terlentang, ia menyandarkan kepala ke bantal.
"Mengapa menatapku seperti itu?"
"Bagaimana kau bisa menahan diri?"
Azzura menatap ke arah lain setelah mendengar pertanyaan Clarissa, "aku---hanya tidak bisa."
Clarissa menggeser kepalanya dan berusaha melihat wajah wanita yang telah menyelamatkan nyawanya beberapa waktu lalu.
Ia meraih tangan Azzura, "terimakasih karena sudah menemaniku semalaman."
Azzu menatap mata Clarissa dan tersenyum tipis, "tidak perlu berterima kasih."
"Azzu, apa kita dapat melakukan hal lain selain minum bersama?"
Azzu tak langsung menjawab pertanyaan Clarissa, matanya menatap dalam mata Clarissa seolah sedang mencari sesuatu.
"Sepertinya aku terlalu banyak bicara semalam, hingga kau diam seperti ini."
Azzu menaikkan kedua alisnya, "kau tau pasti dimana dapat menemukanku."
Clarissa tersenyum, "di rumahmu."
Azzu tersenyum, "benar. Datanglah jika butuh sesuatu."
"Thank you."
Clarissa duduk bersandar pada ranjangnya, "apa kita dapat saling berbagi?"
"Kau dapat berbagi apapun padaku... Jangan berpikir kalau kau sendirian, Rissa."
"How about you?"
Azzu hanya diam, matanya kini hanya menatap ke bawah tanpa berani menatap Clarissa.
"Kau selalu sendiri..."
"Aku baik-baik saja."
"Alraight."
"Aku harus pergi."
Clarissa hanya menganggukkan kepala.
"Kau dapat menemuiku kapan pun."
Azzu berdiri dan pergi begitu saja. Sementara Clarissa kembali tertelungkup dengan wajah kecewa.
Masuk ke dalam kehidupan Azzu mungkin sangat mudah. Namun, membuka hatinya yang beku bukanlah sesuatu yang mudah.