#Athena, Kediaman Azzura
Aku menyusuri gang-gang di Athena dan menembus dinginnya malam. Arlojiku menunjukkan pukul sebelas malam. Aku hanya ingin segera sampai di rumah berdinding putih dan menghangatkan diri dengan berendam di air hangat.
Namun, sesampainya di rumah aku mengurungkan niat baik itu. Aku justru menjatuhkan tubuhku di atas sofa mocca kesayangannku.
Itu jauh terasa lebih nyaman dari pada aku harus menyiapkan air hangat sebelum berendam.
Entah berapa kali aku menghela nafas dengan mata terpejam, aku memijat kening yang terasa sakit karena memikirkan anggapan Rachel dan Cloudy.
Suara pintu diketuk membuatku membuka mata.
Aku melihat sejenak arlojiku sebelum membuka pintu, 11:18 PM!
Siapa yang bertamu selarut ini?
Apa mungkin Rachel dan Cloudy datang kemari untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja?
Tanpa menunggu lama dan sebelum aku lebih banyak menerka-nerka, aku bangkit dan mendekati pintu.
Saat aku membuka pintu, seorang wanita berambut lurus hitam legam tersenyum ke arahku. Aku membalas tersenyum dengan tatapan bingung melihat tamu yang asing bagiku.
"Selamat malam," sapa wanita itu.
"Selamat malam."
"Aku datang atas permintaan Nona Rachel."
Aku menyipitkan mata, "Maaf?"
Wanita itu mengeluarkan ponselnya, "Nona Rachel ingin berbicara dengan anda."
Aku menerima ponsel tersebut, "Halo."
"Halo, Azzu. Kau sudah menerima hadiah dariku, kan? Nikmati malammu. Jangan khawatir, Clarissa adalah yang terbaik dan profesional."
"Apa maksudmu? Halo? Rachel!"
Aku mendengus kesal karena Rachel menutup telepon tanpa memberikan aku kesempatan untuk berbicara.
Aku mengembalikan ponsel milik wanita yang disebut sebaga Clarissa oleh Rachel.
"Apa aku boleh---"
Aku mengangguk, membuka pintu lebih lebar dan memberi jalan untuk wanita bernama Clarissa masuk ke dalam kediamanku.
Setelah mengunci pintu, aku melihat ke arah Clarissa yang berdiri membelakangiku, aku yakin ia sedang mengagumi interior rumahku yang tertata rapi atau jangan-jangan ia bertanya-tanya tentang cermin super besar yang ada di dinding ruang tamu.
Diam-diam aku mengagumi style fashionnya, setelan berwarna hitam membalut tubuh Clarissa, ia tampak sebagai pekerja kantoran dibanding wanita 'layanan' yang bekerja untuk Rachel.
Aku berjalan mendekatinya, "silahkan duduk."
"Kau ingin minum apa?" tanyaku.
Ia tersenyum, "Apakah anda selalu bersikap seperti ini kepada wanita sepertiku?"
Aku agak terkejut, kata 'selalu' yang diucapkan Clarissa membuatku tertegun
Bagaimana bisa 'selalu'? Ini bahkan pertama kalinya aku menghadapi wanita seperti dia. "Aku selalu bersikap seperti ini kepada tamuku."
Aku rasa aku berhak merasa lega karena menemukan kalimat yang tepat untuk menutupi keteganganku.
"Aku tidak minum saat melakukan pekerjaan, tetapi silahkan saja jika Anda ingin minum."
Aku pergi ke arah dapur, rumahku yang mungil dengan jarak dapur dan ruang tamu yang hanya dipisahkan sebuah meja makan membuat Clarissa dapat memantau kegiatanku. Aku mengambil dua gelas, dan berusaha membuka botol sirup yang sempat kubeli saat pulang dari kampus kemarin.
Clarissa berpindah tempat duduk di kursi dapur. Tanganku bergetar karena suasana yang tegang tercipta di antara kami.
"Apakah kau tinggal di sekitar sini?" tanyaku, aku mencoba mencairkan suasana.
"Tidak diizinkan untuk memberitahu tempat tinggal kepada klien."
"Oh, maafkan aku karena telah lancang."
"No Problem, Anda hanya tidak tahu peraturannya."
Aku memasukkan es batu ke dalam gelas. Dan memberikan salah satu gelas kepada Clarissa. "maaf, Aku tidak menyimpan wine atau sejenisnya di rumah, hanya ini minuman terbaik yang tersedia."
Clarissa tidak langsung menerima gelas yang aku berikan, ia menatap mataku dengan tatapan yang tidak bisa ku deskripsikan. "Tidak masalah, sudah kukatakan, aku tidak minum (minuman beralkohol) saat melakukan pekerjaan, lagi pula sepertinya anda bukan peminum," ia menyambut tanganku yang memberikan gelas.
"Kau memahamiku dengan cepat."
Aku tidak mengambil tempat duduk di sisi Clarissa, sungguh, menjaga jarak adalah yang tepat untuk saat ini. Aku berdiri bersandar pada kitchen set-ku.
Aku masih tidak mengerti bagaimana Cloudy dan Rachel berpikir untuk mengirim Clarissa kemari?
Clarissa berada di bawah naungan Rachel, sebagai pemilik saham terbesar atas Dragonfly Club.
Hal itu wajar, Rachel memiliki banyak wanita malam. Namun aku tak pernah berpikir untuk bertemu dengan salah satu dari wanita yang dinaungi Rachel.
Clarissa meletakkan gelasnya di atas meja, ia berjalan mendekatiku dan aku hanya bingung harus bagaimana untuk menghindarinya tanpa menyinggung perasaan.
"Well...Berhenti memandangiku seperti itu."
"Ma---maaf..." Ah sial! Aku mengumpat diriku sendiri yang terbata-bata dalam bicara.
"Biarkan... Aku melakukan tugas..."
Deg!