July yang sadar bahwa ada hal aneh di rumahnya segera berlari ke kamar Richi. Dia mendobrak pintu kamar itu hingga terbuka. Kepulan asap hitam semakin memenuhi rumah mereka. July yang sadar anaknya dalam bahaya langsung memeluk erat anaknya. Dia terus berusaha menenangkan pikiran Richi. Perlahan api yang berkobar menghilang dan padam dengan sendirinya.
Cendrawasih memberikan sebuah kantong yang berisikan kartu pelajar sekolah sihir di Indonesia. Nama sekolah itu adalah "ACITYA". "ACITYA" dalam bahasa sanskerta berarti ilmu pengetahuan. ACITYA merupakan sekolah sihir yang paling besar di Indonesia. Dalam kantong itu juga berisikan tiket "ACITYA GREAT WAGON".
"Papa ini apa?"
"Adek. Sebenarnya dunia sihir itu nyata, Papa dan Mama sepakat kalau Kamu akan masuk ke sekolah Sihir "Acitya"."
"Gak mau. Adek gak mau tinggal sendiri. lagian adek tidak pernah tahu dunia Sihir itu seperti apa."
"Adek harus belajar cara menggunakan kekuatan adek!"
Richi terus berpikir, semalaman dia tidak bisa tidur di kamarnya. Setiap dia ketakutan, api selalu muncul di sekitarnya. Hal itu membuat Richi terus memikirkan hal buruk mengenai hidupnya. Melihat keadaan Richi yang memprihatinkan, Cendrawasih menyelimuti Richi dengan sayapnya yang sangat lebar. Richi menjadi lebih relax dan segera terlelap dalam tidurnya.
Richi kembali ke hutan tempat Alexa mengajaknya bermain bersama. Di sana Dia melihat Alexa duduk sendiri di tengah-tengah tanah lapang. Segeralah Richi mendekati Alexa dengan berjalan cepat. langkah demi langkah semakin menakutkan, Alexa yang menyadari akan kehadiran Richi langsung bergegas lari ke dalam Hutan. Richipun berlari mengejarnya supaya tidak tertinggal lagi seperti waktu itu.
Mereka berlari dan terus berlari ke dalam hutan hingga Richi sampai di jantung hutan yang sunyi dan gelap. Sekali lagi Dia kehilangan Alexa di depan pohon yang ditumbuhi bunga anggrek hitam besar. Dilihatlah ke segala arah, namun tak ada sedikitpun tanda-tanda kehidupan. Dia terkaget ketika sesosok bayangan hitam terbang melewatinya. Ketakutan Richi membuat Api mulai menyala membakar anggrek hitam yang bergelantungan. Dalam sekejap semua pohon di sekitarnya terbakar hangus. Api itu hilang ketika seluruh bagian dari pohon tersebut terbakar habis.
Dibalik Api yang mulai padam, Dia melihat istana yang telah hancur seperti diserang oleh monster ganas. Pondasi istana runtuh tidak karuhan. Tengkorak manusia tergeletak begitu saja di sekitar area tersebut. Richi yang merasa ketakutan perlahan berjalan menjauhi tempat tersebut. "Hiks," Terdengar suara tangisan dari balik bongkahan kayu yang berjatuhan. Dia mendekati suara tangisan itu. Dilihatnya Alexa yang tidak berdaya sedang menahan beban berat karena tertimpa bongkahan kayu. Melihat keadaan Alexa yang sekarat, ketakutan Richi membuat Api berkobar lagi dengan warna hitam pekat yang sangat panas. Teringatlah dia saat papanya menenangkan hatinya. Dia mencoba menenangkan hati dan berkonsentrasi untuk memadamkan api. Tak lama kemudian, api hitam yang sangat panas tersebut padam dan Richipun lekas menolong Alexa.
"Terimakasih putra api!"
"Siapa yang Kamu maksud Putra Api?"
"Ketika kelima cincin itu memilih pangerannya. Maka dunia tempat Aku berpijak ini dan tempat Kamu berpijak akan selamat dari Dewa."
Richi teringat dengan sesosok pria yang mendapatkan keris hitam. Sepertinya ini semua ulahnya. Tapi apa yang Dewa cari? Sedangkan di sini tidak ada Ratu, Kadita, maupun Rico.
"Apa yang Dewa cari di sini? Kenapa dia membakar istana ini?"
"Dia mencari kelima cincin untuk menjadi pemerintah di kedua dunia ini. Dia mencari peta ini." Alexa menunjukan lembaran kosong yang sama persis dengan kertas yang diberikan ratu ke Rico.
"Dari mana Kamu dapatkan kertas ini?"
"Aku mendapatkan benda ini dari Penasihat kerajaan. Dia bilang, 'ada cincin berbentuk burung yang diberikan padanya.' Tapi di saat dia mengetahui hal ini akan terjadi, beliau membuang cincin itu ke dalam kawah sebuah gunung aktif di bagian paling timur pulau Jawa. Akan tetapi Dewa tidak mengetahuinya. Dia mengira cincin itu disembunyikan ayahku di dunia sihir ini."
Tak lama kemudian Richi terbangun dari mimpinya. Dia melihat kamar sekitarnya tapi tiada seorangpun di sana begitupun Cendrawasih yang menghilang tanpa jejak. Dia keluar kamar, perlahan mencari orang di setiap sudut ruangan. namun keadaan sunyi membalut seisi rumahnya. Dia terus mencari sampai di lantai bawah namun, kedua orangtuanya tidak terlihat sama sekali. Dia mencari dan terus mencari hingga dia terkaget melihat kedua orangtuanya yang telah terbujur kaku di dalam mobil dengan wajahnya yang ketakutan. Dia berteriak hingga semua tetangga datang dan menolongnya. Ternyata kedua orangtuanya telah meninggalkan Richi untuk selamanya.
Richi yang kaget dan sedih terus menangis, Dis tak mau meninggalkan makam kedua orangtuanya. Dilihatnya seseorang perempuan berdiri di sudut lain pemakaman, ternyata Alexa dan keluarganya datang ke pemakaman dan menyatakan belasungkawanya. Tanpa berpikir panjang, keluarga itu memperbolehkan Richi untuk tinggal di rumahnya. Richi yang tidak mempunyai pilihan lain hanya bisa mengemas barangnya untuk pindah.
Tiba-tiba kertas yang ada di mimpi itu terjatuh dari sakunya. Dia melihatnya dan melepas cincin dari jemarinya.
"Ini semua karena benda terkutuk ini. Enyahlah kalian semua!" Richi bergegas membuang benda-benda itu dan mengayuh sepedanya ke rumah Alexa.
Sekali lagi Dia melewati rumah kosong di depan taman kota, namun entah mengapa selalu timbul perasaan untuk masuk ke dalam rumah itu. Saat itu, dia melihat sekali lagi lampion indah tertancap di atap teras rumah itu. Richi meninggalkan barangnya di luar dan memberanikan diri untuk memanjat pagar rumah yang sangat menakutkan, Dia mengendap-endap pergi ke samping rumah yang tidak jelas tersebut. Dia mengintip rumah kosong dari jendela yang telah reot dan rusak. Semakin mendekat ke jendela, dia mendengarkan percakapan beberapa orang.
"Entin apa Kau berhasil mendapatkan peta itu?" Tanya seorang laki-laki kerdil kepada sorang perempuan berambut panjang berjumbai.
"Aku tak berhasil menemukannya. Kedua penyihir itu tidak mau mengatakannya kepadaku! Bahkan demi nyawa mereka."
"Apa tak ada orang lain berada di rumah itu?" Orang kerdil itu pergi ke arah jendela dengan hidungnya yang mengendus-endus.
"Tidak ada tuan. Aku sempat merasa aneh karena ada kamar anak kecil di sana namun saat selimut di tempat tidurnya aku buka, ternyata dia hanya boneka. Menurutku mereka gila karena tidak mempunyai keturunan."
"Mungkin anak itu berhasil lolos. Cepat cari! Jika Kau menemuinya, cepat rebut benda itu dan bunuh dia!"
"Baik tuan!"
Kedua orang itu berubah menjadi kelelawar dan lekas pergi dari rumah hantu itu. Richi bersembunyi di balik rumput alang-alang yang sangat tinggi di sekitar sehingga mereka tidak merasakan kehadirannya. Dia cepat-cepat menjauhi rumah itu dengan tergesa-gesa. Dia berpikir kenapa harus dia yang mengalami semua ini.
Richi kembali ke rumahnya yang lama untuk mencari benda-benda aneh yang dibuangnya ke tempat sampah. Alangkah kaget Richi ketika tak ada benda apapun di sana. Mungkin kedua makhluk yang berada di rumah tua telah mengambil benda-benda aneh yang ada di tempat sampah. Dia menuju kamar kedua orangtuanya dan membuka pintu lemari besar yang menakutkan. Ternyata lemari itu merupakan tangga memutar yang menakutkan menuju bawah tanah.
Dia menelusuri tangga itu. Semakin dia menuju ke bawah, semakin sedikit cahaya yang berbinar di sana. Ada sebuah pintu bercahaya yang membuat Richi tertarik untuk membukanya. Tiba-tiba pintu cantik tersebut terbuka dengan sendirinya. Terdapat sebuah meja yang besar di sana, di atasnya terdapat piala bewarna emas berkilauan. Richi berjalan mendekat piala yang sangat indah, dia melihat Ada air di dalam piala cantik itu.
Pantulan gambar di dalam piala tersebut memproyeksikan suatu gambaran. Dia melihat kedua orang di rumah jelek tadi sedang terbang menuju rumah Richi. Dia merasa sangat takut dengan kehadiraan kedua makhluk jahat itu. Ketakutannya membuat dia merasa haus. Tanpa berpikir panjang Richi meminum air di dalam piala yang sangat cantik. Perlahan tubuh Richi menghilang tanpa jejak. Richi sangat kaget ketika dia sendiri tidak mampu melihat tubuhnya.
"Kriek," suara pintu ruangan itu terbuka. Kedua orang menakutkan masuk dan mengacak-acak buku yang ada di dinding-dinding ruangan tempat Richi berada. "Cari sesuatu yang dapat membantu kita Tin!" Orang cebol itu sangat suka memerintah Entin.
"Baik tuan," Entin mengikuti perintah tuannya.
Richi semakin takut setelah melihat wajah kedua orang tua itu. Wajah kedua orang itu sangatlah menakutkan. Lagi lagi api yang hitam yang sangat pekat mulai membakar area itu dan perlahan merambat ke kaki kedua Orang Jahat yang sedang mengacak ruangan..
"Entin, kau mencium bau gosong?" Sepertinya hidung orang itu sangatlah sensitif.
"Iya Tuan. Bau apa ini?"
"Lihat ada kebakaran di belakangmu!"
"Tuan! Saya rasa cincin tersebut ada di rumah ini!"
"Ya. Sepertinya begitu. Ayo kita cari secepatnya."
Setelah mencari dibeberapa sudut ruangan, api yang menyala semakin besar. Mereka berdua tidak dapat bernapas di ruangan yang sangat penuh dengan asap hitam. Secepatnya mereka menjadi kelelawar dan lekas terbang keluar. Rasa takut yang dirasakan richi berbanding lurus dengan besarnya api.
Dia penasaran karena cincin dan benda lainnya yang telah menghilang. Dia mencari dan terus mencari hingga dia menarik buku bewarna hitam pekat. Di sana terdapat mantra-mantra aneh dengan bahasa yang tidak Ia mengerti.
Richi terus mencari mantera untuk membuat tubuhnya terlihat. "Before Angga!" Tubuh Richi kembali terlihat. Dia lekas pergi dengan membawa buku itu ke rumah Alexa. Dia meninggalkan rumah itu dengan cepat sebelum kedua makhluk aneh tadi kembali. Sebelum pergi, dia melihat air di dalam piala itu. Dia melihat kedua kelelawar bertengger di pohon depan rumahnya. Maka dia segera meminum air itu lagi. Dia menghabiskannya dan menyembunyikan piala itu ke belakang rak buku agar tak ada yang dapat menggunakannya.
Richi mencari buku lain yang mungkin berguna bagi dia. Dia lekas pergi dengan tubuhnya dan semua yang melekat pada tubuhnya. Dia memecahkan jendela rumah dengan buku agar kedua kelelawar itu tertarik dan masuk ke dalam rumah. Benar saja, kedua kelelawar tadi terkecoh dan langsung menuju jendela. Ini mungkin terakhir kalinya dia pergi ke rumah itu. Dia mengenang segalanya tentang rumah dan keluarganya yang telah tiada.
Dia melewati rumah kuno menyeramkan lagi. Tapi rumah itu kelihatan ramai karena banyak kelelawar yang menuju ke rumah itu. Apakah kelelawar itu semua orang jahat? Dia secepatnya mengayuh sepeda menjauhi rumah tersebut. Sesampainya di rumah Alexa, dia kembali membaca mantera agar tubuhnya terlihat lagi. Richi mengetuk pintu rumah Alexa, sayangnya tidak ada respon apapun dari dalam rumah Alexa.