Dengan melangkah sangat hati-hati, Richi meninggalkan Dilemma sendiri dan tidur di dekat api unggun. Hangatnya api unggun perlahan membuat dia tertidur lelap. mimpi-mimpi aneh kembali lagi kepadanya. Dia melihat dirinya sendiri yang kaku berubah menjadi batu. Tapi dia bisa bergerak dan masih bisa bernapas. Bahkan kekuatannya bertambah lebih dahsyat. Dalam mimpinya, Richi berhasil menghajar seorang penyihir jahat.
"Arrgghhh!" Teriakan Dilemma yang sangat kencang sontak membuat Richi kaget dan terbangun dari mimpinya.
"Kenapa Dilemma?" Dilemma menunjuk kearah sebuah dahan pohon dengan tubuhnya yang bergetar.
Dilemma sangat terlihat shok dengan memandang kearah satu pohon besar. Richi yang penasaran melihatnya semakin dekat hingga ke ujung pelindung. Ternyata segerombolan Ahool mengincar mereka berdua dengan mata merahnya yang menyala. Richi membeku ketakutan hingga tidak bisa bergerak. Ahool itu langsung melayang terbang kearah Richi, satu per satu Ahool terpental jatuh ketika berusaha menerobos perlindungan gelembung.
Richi yang ketakuta jatuh ke belakang karena saking kagetnya, tapi Dia melihat wajah-wajah makhluk yang tidak bersalah. Dia melihat wajah makhluk yang ketakutan akan sesuatu. Dilemma menarik tubuh Richi kembali ke belakang menjauhi batas perisai.
"Tu-tunggu dulu. Ini salah!"
Richi bangun dan lari keluar perisai gelembungnya. Para Ahool yang menyadari akan hal itu langsung pergi mengerubunginya. Ahool itu mengepung Richi hingga tidak ada celah untuk Richi bisa keluar. Richi yang percaya diri, menutup matanya dan mengelus kepala para kelelawar besar itu. Tak disangka ternyata mereka begitu jinak, baik, dan tidak menakutkan.
"Kalian berdua takut kepadanya?" Tanya seseorang kerdil tua dari balik semak belukar.
"Antarlina tameng," Richi menghilangkan tameng yang melukai para Ahool.
"Ke-kenapa mereka tidak menyerangku?" Tanya Richi kepada laki-laki tua itu.
"Karena meraka tahu tugas mereka telah selesai. Mari ikuti aku!" Lelaki kerdil itu mengambil barang-barangnya, mereka berdua mengikuti kakek untuk pergi ke balik semak-semak yang sangat gelap.
Kakek itu bersiul membuat serangga kecil muncul di sekitar mereka dan beterbangan , gemerlap cahaya indah dan warna-warni menemani langkah mereka. Serasa di surga, pemandangan malam itu sangatlah indah. Kunang-kunang yang memancarkan cahaya berwarna pelangi seakan menuntun mereka ke arah hal yang baik. Mereka bertiga terus berjalan hingga sampai di sebuah goa yang besar.
"Ini adalah goa yang ada di mimpiku," Richi terkaget melihat gua yang sangat besar itu.
Mereka bertiga masuk ke dalamnya. Goa yang sangat gelap dan lembab itu membuat Dilemma merasa takut. Dia terus memegang tangan Richi dan tangan kakek itu. Gelap menyelimuti mereka bertiga ditambah balutan angin yang berhembus sangat dingin. Angin itu seperti angin yang biasanya membawa butiran salju di dataran tinggi.
"Tidak usah takut putri kecil," kakek itu berusaha menghibur Dilemma agar tidak terus-terusan takut.
Mereka terus jalan kedalam, hingga mereka melihat cahaya berkelip-kelip di bagian dasar goa. Betapa kagetnya mereka melihat kumpulan ubur-ubur bercahaya yang bersinar dan melayang-layang di udara. Jenis ubur-ubur sisir itu bahkan sangat rapuh di dunia nyata, tapi justru mereka bisa sangat kuat dan melayang-layang menghiasi langit-langit goa ini.
"Bukannya mereka sudah punah?" Dilemma takjub dengan apa yang dia lihat di matanya.
"Di duniaku mereka hanya bisa hidup di laut dan sangat rapuh," Richi terharu dengan apa yang dia lihat.
"Andai aku membawa kamera, pasti aku sudah selfie di tempat yang indah sepertii
ini."
"Hahaha. Dasar kalian anak kecil. Ayo ikut kakek. Ini masih sebagian hal yang menakjubkan dari goa ini."
Mereka terus berjalan hingga semakin jauh ke dalam. Gelap gulita, itu yang Dilemma dan Richi rasakan sehingga mereka harus berpegangan tangan kepada kakek tua itu. Setelah terus berjalan tiba-tiba mereka terpeleset dan jatuh seperti bermain seluncur air. Air yang menyentuh tubuh mereka bercahaya membentuk pelangi yang indah dan anehnya hanya air yang bersentuhan dengan tubuh mereka bertiga saja yang mengeluarkan cahaya.
Mereka terjatuh dari air terjun yang sangat tinggi dan tersedot masuk ke pusaran air yang sangat besar. Richi sangat ketakutan karena dia tidak bisa berenang tapi, betapa kagetnya Richi setelah dia jatuh di rumput yang seempuk trampoline dan air yang sangat banyak tadi menghilang berubah menjadi angin yang membuat sejuk tempat itu. Banyak hewan menakjubkan ditempat itu. Naga seperti Seadrair hidup dengan bebas di sana. Seadrair yang merasa terpanggil langsung keluar dari tubuh Richi begitu juga dengan Cendrawasih. Mereka bermain seperti baru terlahir ke dunia ini hingga Richi melihat batu coklat berbentuk cincin di tengah padang rumput.
"Kau tahu kenapa aku mengajak kalian berdua ke tempat ini?"
"Aku tahu kek," Richi terpaku dengan sebuah batu aneh berbentuk cincin itu. Bahkan kakek itu dan Dilemma tidak melihat adanya cincin batu karena menyatu dengan kerikil-kerikil yang sangat banyak.
"Kamu ke mana Richi?"
Dilemma mengikuti Richi berjalan pelan-pelan. Richi hanya terpaku dengan cincin batu itu dan mendekatinya. Dia tidak melihat sekitarnya. Naga-naga besar berusaha memakan Richi tapi mereka selalu tidak mengenainya. Dilemma yang takut akan naga-naga itu berhenti di samping padang rumput.
Richi terus berjalan hingga dia mengambil cincin batu. Dia mengenakan cincin itu di jarinya dan ternyata sangat pas dengan jarinya. Sungguh aneh jika melihat ada seorang manusia yang berani mempertaruhkan nyawanya hanya untuk mengambil cincin batu, sedangkan di sekitarnya terdapat puluhan ribu kilogram cincin emas.
"Anak kecil. Kau mempertaruhkan nyawa hanya untuk mengambil batu itu? Padahal disekitarmu banyak perhiasan yang dibawa oleh Ahool."
Setelah richi mengenakan cincin itu, tempat yang mereka pijak bergetar keras. Suara bergemuruh terdengar dari bawah tanah. Langit-langit yang terlihat seperti awan, runtuh perlahan membuat keadaan seperti hujan batu. Cendrawasih secepat kilat menyelamatkan Dilemma dan kakek tua tersebut sedangkan Seadrair tidak sempat menyelamatkan Richi. Richi yang tertimbun oleh longsoran batu-batu besar membuat orang di sekitarnya panik.
"Richi, dimana kamu?" Dilemma terus berteriak dan mencari tanda-tanda kehidupan dari Richi.
Dilemma dan lainnya berusaha mengangkat batu-batu besar yang menimbun tubuh Richi. Tapi tak lama kemudian batu-batu itu longsor dan berubah menjadi raksasa golem yang besar dengan mukanya yang menakutkan. Alisnya yang membentuk menunjukan kemarahan yang besar.
"Siapa yang berani membangunkanku?" Golem itu berteriak keras hingga semua stalaktit dan stalakmit di goa itu bergetar.
"Kenapa kalian semua diam?" Golem itu terus marah dan berbicara sangat keras.
"Aduh sakit sekali," tutur Richi yang terbangun di belakang golem itu. Dia langsung mengangkat tangan Richi hingga tubuh Richi terangkat ke langit-langit.
"Apa kamu yang telah membangunkanku?" Bentak golem terhadap Richi.
"A-aku hanya memakai cincin batu ini." Richi menunjukan cincin batu itu. Golem itu hanya terdiam dan terus melihat mata Richi.
"Terimakasih sang Anggakara. Kau telah membangunkan ku yang telah tidur berjuta-juta tahun lamanya." Golem itu memeluk erat tubuh Richi.
"Kau tidak marah?" Dilemma kaget melihat ekspresi golem itu.
"Apa aku terlihat marah!!!" Golem itu bertanya dengan wajah menakutkannya dan nada tinggi seperti orang marah.
"Engga-engga. Kamu gak marah kok," ucap semua ngomong berbarengan dengan rasa takutnya.
Golem itu adalah makhluk ketiga yang Richi temukan. Tinggal dua cincin dan dua makhluk aneh saja yang harus Richi temukan. Mereka semua kembali keluar gua dengan perasaan cerianya. Kakek yang telah menemani Richi menemukan cincin ketiganya, mengajak mereka ke mansion miliknya yang tersembunyi ditengah hutan.
Seadrair terbang dengan membawa Dilemma di punggungnya. Cendrawasih terbang dengan menggendong si kakek tua misterius itu. Sedangkan Richi duduk di pundak Golem dan mereka bersama-samaa menuju puri milik kakek. Para hewan di hutan itu yang menurut masyarakat di sana sangat ganas sekarang menjadi teman bagi Richi dan Dilemma. Mereka berdua tidak merasa takut lagi dengan hutan itu.
Sesampainya di mansion besar milik kakek, Richi dan Dilemma melepas penat di kamar yang di sediakan. Di saat Richi berbaring di tempat tidur yang luas, dia teringat dengan Alexa. Dia khawatir dengan keadaan Alexa dan kedua orangtua Alexa yang mereka tinggal di Swing RiTa sendirian. Tapi Dia belum menemukan penawar yang bisa mengembalikan kedua orangtua barunya. Richi pergi ke kamar mandi dan berendam di air hangat hingga tertidur di bak mandi itu. Dia tertidur cukup lama karena rasa lelah yang dirasakannya.
"Tok tok tok," suara orang mengetuk pintu kamar mandi.
"Ya. Tunggu sebentar!" Richi memakai pakaiannya. Ketika dia akan membuka pintu, tiba-tiba seseorang menariknya ke dalam pintu rahasia di perapian kamarnya. Perempuan itu langsung membungkam mulut Richi dengan tangannya.
"Ssssttttt!" ternyata itu Dilemma yang menangis ketakutan.
"Ada apa Dilemma?" Richi berbisik penasaran dengan apa yang terjadi.
Dilemma mengajak Richi berjalan menyusuri lorong rahasia itu. Dilemma menyuruh Richi mengintip keluar dari lubang kecil yang terbentuk di dinding. Alangkah kagetnya saat dia melihat kakek yang tadinya ceria berubah menjadi patung batu dengan muka ketakutannya.
Dilemma menangis di bahu Richi. Richi terus mengawasi patung itu. Dia tidak melihat ada siapapun di sana. Secepat mungkin Richi keluar dan mengangkat patung kakek itu dengan bantuan mantera sihirnya. Setelah Richi dan patung kakek itu berhasil masuk ke dalam lorong rahasia, suara derap kaki turun dari lantai dua.
Ternyata mereka adalah Baladewa dan kedua anak buahnya. Mereka terkejut karena patung kakek tadi telah menghilang. Angin yang berhembus kencang membuat jendela rumah terbuka dengan sendirinya. Para penjahat itu mengira Richi berhasil melarikan diri. Richi dan Dilemma terus menyusuri lorong rahasia itu hingga mereka menemukan pintu keluar.
Tak disangka mereka sampai di tengah hutan Baluran yang menakutkan. Mereka berlari ke semak belukar dengan air mata yang terus keluar dari mata Dilemma. Dilemma trauma berat melihat sihir kutukan batu itu perlahan mengubah sang kakek menjadi patung batu seperti kedua orang tua angkat Richi. Jeritan sang kakek yang sudah tua masih terngiang di telinga Dilemma.
Mereka terus berlari hingga rasa lelah menyelimuti mereka. Mereka beristirahat di bawah pohon beringin yang besar. Pohon itu sangatlah indah namun juga sedikit menakutkan. Richi sangat terpukau dengan indah dan kokohnya pohon beringin itu. Dia melihat sekitar pohon . Setelah dia mengitari pohon beringin yang indah itu dia melihat ukiran di salah satu sisi pohon. Ukiran itu cukup susah dibaca karena umurnya yang sangat tua. Richi berusaha membaca ukiran itu.
"Rico dan Kadita. Pasti mereka berdua cinta sejati," Dilemma mengagetkan lamunan Richi.
"Kau bisa membacanya?"
"Ya, meskipun dari beberapa sisi sudah berubah karena pertumbuhan pohon ini," dia membacanya dengan sangat jeli,
"tapi aku yakin tulisan ini terbaca seperti itu." Richi mengelus-elus tulisan itu. "Argh," jemari Richi tertusuk kulit pohon yang sangat tajam hingga mengeluarkan darah. Darah itu menetes ke atas ukiran indah tadi.
Cahaya yang sangat terang keluar dari setiap goresan ukiran itu. Pohon beringin itu mengeluarkan cahaya menembus langit dan membelah gelapnya malam. Daun-daun pohon itu berguguran, kemudian pohon itu terbelah menjadi dua. Memunculkan sebuah goa kecil dan anak tangga yang memutar ke bawah tanah.
Cahaya yang terang menarik perhatian Baladewa dan kedua temannya. Mereka bertiga segera bergegas terbang ke arah datangnya cahaya yang sangat menyilaukan mata. Mereka bertiga yakin jika itu adalah Richi. Walaupun sebelumnya hanya sang sopirlah yang mengetahui muka Richi, tapi mereka yakin cahaya itu dikarenakan kekuatan sang Anggakara.
Richi terlebih dahulu menyembunyikan patung kakek tua di balik bunga-bunga yang indah. Richi dan Dilemma masuk ke dalam gua yang muncul diantara sisi pohon yang membela. Mereka berdua menyusuri goa yang sangat lembab dan berbau busuk. Mereka penasaran dari mana bau itu berasal. Bau itu ternyata keluar dari dindingdinding gua yang mengeluarkan cairan hujau pekat.
Richi penasaran dengan cairan berwarna hijau yang sangat bau. Dia berpikir untuk menyentuh cairan itu namun, lalat yang terbakar setelah menyentuh cairan tersebut mengurungkan niatnya. Lalat-lalat yang hinggap di cairan itu terbakar dan berubah menjadi abu.
"Dilemma, jangan menyentuh cairan ini. Cairan ini sangatlah berbahaya," tutur Richi kepada Dilemma.
Richi terus menuntun tangan Dilemma yang merasa takut. Setelah sampai di dasar gua, betapa takjubnya mereka melihat goa yang sangat besar. Terdapat dua gua kecil di sana yang membuat bingung mereka berdua.
"Richi. Menurutmu kita harus melewati jalan yang mana?" Dilemma bingung sekaligus ketakutan.
Jari jemari Richi bercahaya, ketiga cincin tiba-tiba muncul di jarinya. Ketiga cincin mengeluarkan cahaya putih, menuntun mereka menuju gua sebelah kiri. Mereka berdua mengikuti arah cahaya itu pergi. Keadaan gua yang semakin gelap membuat cahaya yang menuntun Richi tidak mampu menerangi ruangan. Hingga tak lama kemudian mereka melihat cahaya merah berbinar dari kejauhan. Ternyata cahaya itu berasal dari lava yang mendidih dan mengeluarkan buih-buih kecil.
Gelembung merah dan pekat yang keluar dari lava dapat melelehkan capung yang berterbangan di sekitarnya. Ini adalah habitat capung naga. Capung-capung itu mampu mengeluarkan lahar panas dari ekornya. Lelehan capung-capung menghasilkan capung-capung naga kecil yang lebih muda.
Terdapat jalan bercabang di sana. Kedua jalan itu memutar menuju ke seberang danau lava. Cahaya penuntun lebih memilih melewati dan menyeberang melalui lava yang mendidih.