"Ayo Dilemma. Kita harus memutar."
"Tunggu dulu Richi!" Dilemma berpikir tentang petunjuk ini.
"Aku pikir di sini ada jembatan seperti yang kita lalui. Jembatan itu mungkin sama seperti yang ada di jurang," Dilemma memberanikan diri menjatuhkan tubuhnya ke lava. Richi yang melihat akan hal itu kaget karena Dilemma jatuh ke bawah dan tidak ada jembatan di sana. Richi segera mengintip ke bawah, ternyata Dilemma jatuh ke atas batu yang berterbangan di atas lava. Dilemma terus berjalan dan batu-batu itu muncul dengan sendirinya. Richi yang takjub melihat akan hal itu, mengikuti Dilemma hingga sampai di sisi lain.
Setelah menyeberangi lava, mereka melihat ada dua peti mati di sana. Dilemma menjadi merinding dan bulukuduknya berdiri. Richi memberanikan diri mendekati kedua peti mati. Dia kaget ternyata peti itu adalah peti mati Rico dan Kadita. Dengan keberanian yang tinggi mereka membuka kedua peti mati tersebut.
Richi melihat cincin yang melekat pada jari tengkorak Rico dan Kadita. Richi kembali menutup peti itu karena perasaan takutnya. Tapi Richi harus memiliki kelima cincin untuk membantu semua orang.
"Ambilah anakku. Kedua cincin itu adalah milikmu!" Suara-suara perempuan memantul dari dinding-dinding gua. Suara itu membuat Dilemma dan Richi ketakutan. Roh Kadita dan Rico datang. Mereka mengajak Richi untuk mengambil kedua cincin itu.
"Kini kami yakin, Kamu adalah Anggakara kebanggaan kami," kedua roh itu menghilang dilangit-langit dinding goa. Richi memakai cincin putih dan hijau yang baru saja dia dapatkan.
"Kenapa tidak terjadi apa-apa?" Richi merasa aneh karena tidak ada efek apapun yang dia rasakan.
Ketiga cahaya yang menjadi penunjuk jalan mereka membentuk sebuah kaca segitiga, yang menunjukan bahwa Baladewa dan kawanannya mendekat ke mereka. Segeralah mereka berdua mencari tempat untuk sembunyi. Mereka mencari jalan rahasia untuk menjauh dari geng Baladewa.
Cincin hijau milik Richi bercahaya dan membungkus mereka berdua dengan daun-daun dan sulur-sulur. Daun itu membungkus mereka hingga tidak terlihat oleh Baladewa. Seorang peri dengan sayap daun muncul diantara mereka berdua dan berubah menjadi mawar hitam dengan duri-duri di batangnya yang bearcun.
Harimau Bengal berwarna putih juga muncul dari cincin putih. Dia membuat seluruh ruangan menjadi terang dan sangat menyilaukan. Cahaya itu membakar mata yang tidak memakai alat bantu. Richi dan Dilemma terus bersembunyi di dalam tumpukan daun daun dan sulur yang sangat lebat.
"Ruangan apa ini?" Baladewa menunjukan batang hidungnya.
"Cahaya ini membuatku terbakar," Entin tidak tahan dengan terangnya cahaya di ruangan itu.
"Arrgghhh," Lekawa yang menyamar sebagai sopir penghianat, mati meleh seperti lilin yang terbakar habis.
"Tidak. Kita harus segera pergi dari sini." Lekawa dan Entin kabur meninggalkan temannya yang telah meleleh dan mati di tempat itu.
Perlahan daun-daun yang membungkus tubuh Richi dan Dilemma berguguran. Bunga mawar hitam berubah kembali menjadi seorang peri kecil. Harimau dan peri tersebut mengenalkan dirinya.
"Aku adalah Sri. Aku peri tumbuhan yang memiliki kekuatan alam," tutur peri cantik dengan mahkota mawarnya.
"Aku Tigris. Aku harimau pembawa cahaya dalam kegelapan. Senang bertemu denganmu sang Anggakara."
"Li-lima cincin telah terkumpul. La-lalu apa yang harus aku lakukan?" Richi kebingungan dengan semua hal ini.
"Kau belum mencapai kedewasaan untuk menghadapi seorang pembunuh kejam tuan ku," Tigris mengelilingi Richi dan memanjakan dirinya ketubuh Richi.
"Sebaiknya kita kembali ke Kutha Bagirap sebelum mereka para penjahat kembali ke sini!"
Richi berbisik dalam hatinya untuk memanggil Golem. Golem keluar dari tubuh Richi dan membuatkan terowongan menuju jurang Kutha Bagirap. Dilemma mengasah keahlian sihirnya dengan membawa patung kakek tua tersebut ikut dengan mereka.
Mereka lekas kembali ke Swing RiTa milik Alexa. Mereka berdua memastikan bahwa patung kedua orangtua Alexa masih baik-baik saja di sana.
"Aku rasa Alexa tidak akan keberatan aku membawamu ke apartemennya ini," Richi mengajak Dilemma masuk ke dalam Swing RiTa milik Alexa. Richi menelepon Wanda dan memberitahukan bahwa Richi telah kembali ke Swing RiTa milik Alexa.
Mereka berdua beristirahat di sofa ruang tamu. Dilemma segera berendam di kamar mandi milik Alexa. Dilemma melamun sambil berendam. Dia ingin menjadi teman Richi selamanya. Dia takut jika Richi sudah bersekolah di Acitya, dia akan melupakannya. Dia kembali menjadi gelandangan yang kesepian di jalanan. Dia berharap bisa masuk ke sekolah Acitya dan memiliki teman yang banyak sehingga hidupnya tidak pernah kesepian lagi.
Seekor burung jalak bali yang indah membawa sepucuk surat di paruhnya. Dia bertengger di jendela kamar mandi. Dilemma kaget dengan kehadiran jalak itu. Dia membuka jendela kamar mandi. Segeralah dia mengambil surat dari paruh burung itu.
"Sayang. Selamat ulang tahun. Maafkan papa dan mama yang harus meninggalkanmu dijalanan. Kami tidak ingin para bawahan Dewa tahu jika kamu seorang keturunan murni. Tetaplah sembunyikan identitasmu. Kami ingin yang terbaik untukmu sayang. Bawalah tiket ini dan carilah keluarga baru di sana." Air mata menetes deras dari mata Dilemma. Kedua orangtuanya telah menyiapkan tiket Acitya express dan surat siswa Acitya. Sedih bercampur haru terlihat di mukanya. Dia segera bangkit dan memakai baju jeleknya, segera menunjukan tiket itu kepada Richi. Dia segera membuka pintu kamar mandi dan menuju ruang tamu.
"Hei, kamu Dilemma bukan?" Seorang gadis cantik mengagetkan Dilemma yang sedang bergembira.
"Richi telah bercerita tentangmu. Sepertinya pakaianku seukuran dengan Kamu," Alexa memberikan beberapa baju di lemarinya kepada Dilemma.
"Ini pakai dulu. Oh ya. Aku Alexa," Alexa memperkenalkan diri.
"Te-terimakasih banyak. Maaf ya Alexa. Aku sudah seenaknya masuk Swing RiTamu. Sesegera mungkin aku akan pulang," Dilemma merasa canggung dengan Alexa.
"Bukannya kamu tidak mempunyai tempat tinggal? Santai saja Dilemma. Kita keluarga sekarang," Dilemma memeluk Alexa dan mengucapkan banyak terimakasih.
"Oh ya. Ini kertas apa?" Alexa bertanya mengenai kertas yang berada di tangan.
"Aku diterima di Acitya," Dilemma mulai akrab dengan Alexa.
"Benarkah? Kita bisa bersama selalu. Hahahaha. Benarkan?"
"Ke-kenapa Kau mau berteman dengan gelandangan seperti aku?"
"Karena kita keluarga." Alexa kembali memeluk Dilemma dan membuat suasana haru menyelimuti mereka berdua.
"Oh ayolah jangan cengeng." Alexa mengusap airmata Dilemma dan kembali bergembira bersama.