Setelah Wanda dan Alexa pergi ke Adanu Segara, Richi bergegas mencari peta ajaib yang menunjukan letak cincin-cincin tersebut. Tapi peta itu kosong dan Richi tidak tahu menahu tentang cara memakai peta itu. Richi terus mencari cara agar peta itu bisa berfungsi, namun sedikitpun petunjuk tak didapatkan olehnya.
Karena terlalu lama mencari tahu, akhirnya Dia pun berpukir untuk turun ke kota dan mencari tongkat sihir yang pas untuknya. Richi tidak seharusnya membeli tongkat karena selama ini dia bisa menggunakan sihir tanpa tongkat ajaib. Namun hal itu Dia lakukan untuk menyamar menjadi anak dengan keturunan penyihir biasa. Kalau penyihir lain tahu bahwa dia keturunan murni, hidupnya mungkin tidak akan tenang.
Dia pergi ke suatu tempat yang bernama "Wande Gitik", di sana dia bertemu dengan orang tua yang menjual tongkat sihir. Orang itu melihat tanda-tanda Anggakara di tubuh Richi. Dia bisa merasakan bau yang sangaat berbeda dari seorang Anggakara. Dia juga bisa melihat aura yang special yang terpancar dari tubuh sang Anggakara.
"Akhirnya kau datang tuanku," Orang itu memulai pembicaraan dan mengagetkan Richi.
"Apa yang Kau cari di toko ku yang sederhana ini?"
"Aku hanya ingin mencari setangkai tongkat sihir tuan."
"Kau datang di tempat yang sangat tepat." orang itu menarik tubuh Richi ke suatu ruangan yang berdebu dan sangat tua.
"Kau adalah keturunan murni. Aku tidak pernah melihat keturunan murni bebas berkeliaran di Dwipa Nusantara setelah puluhan tahun terakhir." Orang itu mengetahui kedok Richi.
"Ba-bagaimana kau mengetahui itu?"
"Aku adalah satu-satunya makhluk yang ikut membangun kerajaan ini yang masih hidup." Dia menaiki tangga yang sangat tinggi untuk mengambil tongkat.
"Semua telah dibantai oleh Dewa, bahkan pemerintahan kami sekarang telah dikuasai olehnya. Kelompok mereka merahasiakan kedok mereka untuk mendapatkanmu! Jangan mudah percaya dengan orang yang tidak kau kenal!" Orang itu mengambil tongkat yang sangat indah dengan permata di ujungnya,
"Ku rasa ini tongkatmu!" Dia memberikan tongkat itu kepada Richi.
"Ta-tapi aku tidak punya uang untuk membayar tongkat mahal ini tuan." Richi menolaknya dan mencari tongkat yang lain.
"Jika tongkat ini mau dipakai denganmu. Maka kamu adalah satu-satunya nak," Orang itu memerintahkan Richi untuk memakai tongkat itu.
Richi mengayunkan tongkat yang baru saja dia pegang. Tiba-tiba toko tongkat itu berubah menjadi bersih dan indah seperti baru berdiri. Semua benda yang berserakan kembali ke tempatnya masing-masing. Sarang laba-laba yang menakutkan menjadi bersih dan berkilau.
"Maka itulah tongkatmu anaku. Ambillah!" Orang itu memberikan tongkat yang indah kepada Richi dengan Cuma-Cuma.
Richi bergurau dengan orang tua itu. Mereka sangat cepat akrab hingga seseorang masuk ke toko nya. Dia adalah Orang yang berusaha menjatuhkan Richi dan menjebloskannya ke penjara Kurakah yang terkenal sadis kepada tahanannya.
"Oh, kita ketemu lagi ya?" Romo tersenyum pahit kepada Richi.
"Bibel. Bawakan aku tongkat baru untuk anakku!" Romo menyuruh Bibel mencarikan tongkat yang cocok untuk anaknya.
Bibel melihat sesuatu yang aneh ada pada diri putra Romo, tapi dia tidak melihat sesuatu itu di tubuh Romo. Kedua aura itu sangat beda padahal mereka adalah seorang bapak dengan anaknya.
"Hai. Apa kau teman Alexa yang hampir masuk penjara kemarin?" Taka memulai pembicaraannya dengan Richi.
"Tapi bukan aku yang melakukan itu," Richi menunduk takut karena ada Romo.
"Aku tahu itu. Itu sihir tingkat tinggi. Tak mungkin orang seumuran kamu bisa melakukan sihir itu," laki-laki itu sangat mudah akrab dengan Richi.
"Kenalkan aku Taka. Tahun ini aku akan masuk ke sekolah Acitya," Taka mengulurkan tangannya menandakan bahwa dia ingin berkenalan dengan Richi.
"Menjauh darinya Taka! Dia bukan level keluarga kita. Dia hanyalah gelandangan yang dipungut oleh keluarga berada," Romo menarik tangan Taka dan segera menyuruh Taka mencoba tongkat sihirnya.
Tak selang berapa lama, Taka dan Romo pergi meninggalkan toko itu. Richi ikut berpamitan ke Bibel dan mengucapkan terimakasih berkali-kali kepada Bibel. Dia keluar dari toko dan langsung pergi ke arah hutan yang penuh dengan Ahool.
Seorang gadis dari kejauhan mengikuti Richi, seakan dia mencari sesuatu. Sesampainya di perbatasan kota, Richi mencari cara untuk menyebrangi jurang yang sangat luas. Dia melihat banyak kendaraan terbang lalu lalang namun, ia tidak melihat seorangpun menyebranginya tanpa alat. Dia mencari jalan dengan cara berkeliling di sekitar jurang itu hingga di suatu sisi, peta itu mengeluarkan gambar jembatan yang sangat besar padahal tidak ada jembatan apapun di sana.
Richi memberanikan diri untuk melangkah kearah jurang di depannya. Gadis tadi sangat kaget melihat apa yang dilakukan Richi. Dia mengira Richi ingin bunuh diri dan terjun ke dalam jurang besar dan sangat gelap.
"Tunggu! Jangan bunuh diri!" Suara gadis yang mengikuti Richi tadi. Gadis itu menarik tubuh Richi.
"Aku tahu hidupmu lebih senang dari aku." Ternyata dia adalah seorang gelandangan yang ditinggal kedua orangtuanya di jalanan kota.
"Siapa namamu? Kenapa kau mengikutiku?"
"Aku Dilemma, aku mengikutimu karena aku melihat sayap indah dipunggungmu." Richi merasa terheran karena Richi tidak memiliki sayap dipunggungnya.
"A-aku tidak memiliki sayap. Siapa kau ini?"
"Kau keturunan murni tapi kau tidak bisa melihat sayapmu sendiri?"
"A-aku tidak tahu maksudmu!" Richi menepis tangan Dilemma. Dia meneruskan langkahnya di jurang itu. Tak disangka Richi melihat jembatan yang sangat indah di sana. Setelah Richi berjalan menuju jembatan itu, Dilemma tidak bisa melihat tubuh Richi. Tubuhnya menghilang begitu saja. Karena khawatir, Dilemma mengejar Richi ke dalam jembatan itu. Tubuh Dilemma ikut lenyap seperti tubuh Richi.
"Jangan mengikutiku!" Richi mengusir Dilemma.
"Kenapa? Aku hanya ingin berteman denganmu!"
"Ini akan menjadi sangat berbahaya untuk mu!"
"Karena itu aku mengikutimu."
"Terserah kamu sajalah!"
Mereka berdua menyeberangi jurang yang sangat luas dan menakutkan. Mereka berdua saling diam tanpa berkata apapun. Selang berapa lama, Richi memulai pembicaraan diantara mereka berdua. Mereka semakin akrab dan menjadi sahabat. "Kalau kita bertemu di Acitya, jangan lupa dengan aku ya Dilemma!" Richi ingin berteman dengan Dilemma meskipun saat mereka berada di Acitya.
"Ta-tapi aku tidak bisa Richi." Dilemma menundukan mukanya.
"Ke-kenapa? Kau tidak boleh berteman denganku?" Richi berhenti dan melihat Dilemma.
"Aku tidak bersekolah. Aku tidak punya uang untuk berada di sekolah sebagus itu." Richipun menyesali perkataannya. Tak seharusnya Dia menanyakan hal itu.
Hari semakin gelap, mereka harus bergegas menemukan tempat persembunyian agar tidak diserang oleh sekawanan ahool. Mereka mencari wilayah sungai agar mudah bertahan hidup di sana. Akhirnya mereka menemukan sungai kecil dan dangkal. Sungai itu mengarah ke jurang menakutkan dan jatuh bebas ke dalamnya. Banyak sekali ikan lele yang berenang di sungai itu, tapi anehnya tidak terlihat seekorpun yang terbawa arus dan jatuh ke jurang.
"Inferno to dark tameng," Richi membuat perisai gelembung yang lebih besar dari sebelumnya. Richi terus melihat Dilemma yang wajahnya sedih karena pertanyaannya tadi. Richi berusaha menangkap ikan yang berenang bebas di sungai kecil itu.
"Kau mau Dilemma? Ini baru saja aku bakar dan masih hangat."
"Terimakasih Richi."
"Kau tahu? Aku pergi ke daerah ini demi perempuan yang aku sayangi. Karena aku kedua orangtuanya berubah menjadi patung batu."
"Bukannya mereka berubah karena sihir para penjahat? Kenapa kamu menyalahkan dirimu atas hal itu?"
"Andai aku tidak berada diantara mereka, hal ini tidak akan terjadi Dilemma."
"Kau adalah seorang Anggakara, Kau akan menyelamatkan kerajaan Dwipa, seharusnya Kau tidak boleh menyerah hanya karena hal itu."
"Begitu juga kamu! Bukan berarti kamu seorang anak gelandangan kamu tidak berhak mendapatkan pendidikan bukan?"