Chereads / The Decision / Chapter 19 - Bab 16

Chapter 19 - Bab 16

Selamat membaca💙

🌼👑🌼

Sejauh ini, yang dia baca hanyalah kisah cinta dari nenek moyangnya, bahkan sampai ada yang belum pernah ia dengar namanya dari cerita sang Ayah atau dari ratu Alena. Bahkan cerita cinta kedua orang tuanya belum terukir di dalam sana. Tepatnya cuma berhenti di raja Alvi, ayah dari raja Avi, kakek Aalona. Dan, di saat tangannya membuka halaman berikutnya, persis dibagian tengah-tengah buku, terpampang judul yang memenuhi kertas itu :

🌼M untuk M🌼

MANTERA

UNTUK

MANUSIA

Ya, seperti itulah kira-kira tulisannya. "Apa mungkin ini akan berguna untukku ke depannya?" tanyanya pada dirinya sendiri. Lebih pasnya lagi untuk hati kecilnya. "A-Alvison..." lirihnya seteleh menelan ludahnya sendiri ketika bayangan pemuda tampan dari bangsa manusia masuk ke pikirannya. Tak mau menunggu lama, di baliklah kertas itu dan melihat bagian belakangnya.

Ada enam mantera tertera di sana. Berikut bunyi dan kegunaanya:

1. Akusimanepa 🌼

Mantera yang hanya berlaku untuk manusia. Diucapkan di saat hatinya tulus dan penuh tekad untuk masuk menjadi bagian mailnera. Sesudah rasa cintanya untuk sosok mailnera itu benar-bernah terbentuk sempurna. Bersifat sementara. Berfungsi hanya dalam waktu satu hari penuh.

2. Kumoliku perula 🌼

Mantera memohon untuk dikembalikan seperti semula. Menjadi manusia secepatnya. Atau saat itu juga.

3. Ukapetera iseka 🌼

Mantera yang diucapakan saat berada di perbatasan. Membuka penghalang wilayah bunga teratai dengan dunia manusia. Tentunya setelah berubah wujud menjadi mailnera.

4. Ikusemaiadi seka 🌼

Manter yang diucapkan dengan penuh ketulusan dan keyakinan agar dirinya berubah meniadi mailnera selamanya. Abadi. Tanpa paksaan dan benar-benar ingin masuk bagian mailnera. Masih bisa berubah menjadi manusia, namun dalam batasan umur sampai dua puluh tujuh tahun. Setelahnya, mailnera kekal hingga umur tujuh puluh tahun. Umur dimana seluruh mailnera menutup mata terakhir kalinya. Kalau sang mailnera tak bermain-main dengan ajal.

5. Sumkuara nera senemoya seka 🌼

Mantera satu-satunya bagi manusia yang harus menjadi raja mailnera. Sumpahnya.

Sesuai garis kerajaan : seorang pria wajib memimpin. Ketika Sang Takdir memberikan penerus wanita di kerajaan teratai, sang suamilah yang harus menggantikan posisinya.

6. Parabura idama seka 🌼

Di saat kerajaan teratai terancam bahaya dan harus dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Hanya rajalah yang berkuasa. Untuk manusia yang menjadi raja, inilah manteranya. Seperti raja teratai kedua, yang berasal dari bangsa manusia. Raja Arkan. Siapapun pemimpinnya, bila sejatinya berasal dari manusia, tetap dialah yang mampu memindahnya dan mengucapkan mantera ini.

Bila memang sang raja keturunan mailnera atau keturunan kerajaan bunga lainnya, baiklah ia menggunakan mantera yang tertulis di bagian paling depan.

Buru-buru Aalona melihat bagian depan yang dimaksud itu. Tepatnya di halaman pertama buku yang pinggirannya sudah tak putih lagi. Kecokelatan. Benar-benar buku lawas. Namun jangan salah, tinta warna-warni yang berbahan dari warna bunga teratai beda jenis itu, terlihat menghiasi kertas-kertas kusamnya. Tinta itu sungguh masih kinclong nan indah. Hanya tinta itulah yang membuat buku sejentidatmai terlihat menakjubkan. Tertulis di bagian paling atas, pada titik teratas judul 'Buku Bersejarah', berbunyi : mantera perpindahan kerajaan teratai dari raja ialah piranera itadim.

"Baru sadar ada tulisan sekecil itu." gumam Aalona usai membaca.

"Fokus banget!" seru Elina yang tiba-tiba datang dan langsung duduk disamping Aalona dengan kaki menjuntai ke bawah, sama persis dengan posisi duduk sang putri.

Paha gadis yang dikageti oleh sahabatnya itu masih memangku buku sejentidatmai. Kepalanya kini tak lagi menunduk, menyamping kiri menatap Elina. "Iya, bukunya lumayan rumit. Tentang perpindahan kerajaan gitu."

"Ha?! Uuuh... Selamat berpusing kepala kalo begitu, tuan putri Aalona yang terhormat." tubuhnya membungkuk, sedikit berdrama dalam hal menggoda Aalona.

"Ya-ya..." singkatnya dengan bola memutar jengah. Lalu kembali ke fokus awalnya. Sedang Elina sibuk meneguk aimas yang ia bawa dengan benda seperti teko kecil berwarna hijau. Sudah dipastikan, berbahan daun teratai. "Loh! Kosong...."

"Apa?" tanya Elina penasaran dan hampir tersedak.

Tanpa pikir panjang, ditunjukkannya bagian yang kosong itu pada perempuan di sampingnya yang menganga tak percaya. "Lona, itu..." seakan tahu pertanyaan Elina, sang putri membalik halaman berikutnya, lagi, lagi, lagi, sampai Elina merebut halus buku itu dari tangan Aalona.

"Ya, kosong semua. Nggak ada apa-apa lagi sampai di halaman terakhir." sang putri menghela napas panjang. "Ini aneh, El... Aneh sekali."

"Ya... Kalo yang ini aku-aku juga nggak paham." komentarnya sambil menutup buku besar itu dan dikembalikannya pada perempuan bermahkota bunga itu. "Tapi aku yakin, kamu pasti nemuin jawabannya."

"Semoga...."

🌼👑🌼