Suasana restoran menjadi lebih sibuk menjelang waktu makan siang. Banyak pelanggan berdatangan untuk bersantap siang dengan menu kegemaran mereka.
Sesekali aku langsung ke meja-meja pelanggan untuk membantu pegawai lainnya yang sedang kerepotan. Ah, ternyata kegiatan ini agak melelahkan, aku baru menyadarinya.
Menjelang waktu breakĀ kantor berakhir, restoran mulai sepi. Ah, akhirnya aku bisa mencuri waktu dan menyelinap tidur di ruangan Tante Lusi.
Aku terlalu lelah, mata ingin terpejam walau sesaat. Sebelum benar-benar tertidur, sudah menjadi kebiasaanku melirik jam; yang menunjukkan pukul 03.10 PM.
Dalam hitungan detik kesadaran menghilang bagai ditelan bumi, lelap tanpa menyadari apa yang terjadi dengan sekitar.
Rasanya baru sedetik yang lalu mataku terpejam, tiba-tiba saja seorang pegawai membangunkanku karena ada pelanggan yang protes. Aku melirik jam sebelum melangkah keluar, durasi tidurku hanya 20 menit.
Ah, menyengkelkan sekali, tapi sudah menjadi tanggung jawabku.
Dengan langkah yang tidak begitu ringan, aku mengikutinya menuju meja pelanggan yang berumur 50-an tersebut. Ia mulai mengkritik banyak hal setelah melihat kehadiranku.
Aku berusaha tetap tenang sambil mendengarkan protes panjangnya. Tidak ada yang luput dari kritikan, mulai dari rasa makanan hingga layanan restoran yang menurutnya buruk.
Kritikannya luar biasa pedas, setengah menjelek-jelekkan pemilik restoran. Tentu saja kesabaran seseorang ada batasnya, aku tidak sanggup mendengarnya terus mengulang kritikan yang sama.
"Maaf Pak Cik, sebagai permintaan maaf dari pihak restoran karena makanannya tak sedap Pak Cik tak payah bayar", jawabku menanggapinya.
Jawabanku membuatnya semakin meradang. Ia menjadi lebih marah dari sebelumnya. Menurutnya, perkataanku sama saja dengan merendahkan harga dirinya karena memperlakukannya seolah tidak ingin membayar.
Lelaki tua itu terus mengoceh, seakan kesalahan yang aku lakukan teramat besar. Aku benar-benar lelah dengan kritikannya yang tidak masuk akal.
Seseorang datang membantu menengahi perdebatan ini, orang itu adalah Hanan Mikail. Aku baru tahu ternyata pelanggan yang protes itu adalah En. Jamal.
Kesenangannya adalah mencari kesalahan Tante Lusi yang merupakan salah satu rival terbaiknya. Menurut Hanan, restorannya juga memiliki banyak pelanggan, tapi tetap merasa iri dengan kesuksesan Tante Lusi.
***