Chereads / Your voice / Chapter 5 - FOUR

Chapter 5 - FOUR

Danial yang masih merasa sebal itu memutuskan ke taman yang berada disebrang cafe mbaknya, dengan tangan masih menjinjing pesanannya, dia berniat menghabiskan pesanannya dikursi taman, sambil menikmati semilir angin yang sejuk

Setelah mencari kursi kosong lagi lagi danial hanya menemukan kursi yang kosong di sebuah bangku panjang tepatnya samping seorang gadis yang sedang memegang sebuah buku ditangannya saat diperhatikan terlihat seperti sedang membuat sketsa, dan disampingnya terdapat sebuah camera dan tas,

Danial yang tidak punya pilihan akhirnya memutuskan untuk duduk dikursi panjang itu bersama gadis berambut pirang,

"bolehkah saya duduk disini?" tanya danial setelah sampai didepan sang gadis, karena tinggi badannya,sinar matahari yang mengenai sang gadis terhalangi dan membentuk sebuah banyangan, disana danial melihat gambar pemandangan yang digambar dibuku sketsa itu,

Karena sang gadis merasa terhalangi oleh danial, gadis itu menengadahkan kepalanya, disaat itulah danial dapat melihat wajah sang gadis dengan jelas, matanya benar benar menghipnotis danial, sang gadis membuat gerakan reflex dimana sebelas alisnya mengangkat,

Danial yang melihat alis gadis itu menyadari bahwa sang gadis sedang bingung,

"bisakah saya duduk disampingmu?"

Sang gadis memperlihatkan bibir danial dan menganggukan kepalanya, danial sempat salah tingkah saat sadar sang gadis memperlihatkan bibirnya, tapi entah kenapa dia ingin duduk disamping gadis itu

Setelah duduk danial membuka kuenya dan menawarkan pada sang gadis,

"anda suka cake? Bila suka saya dapat membagi cake milik saya"

tapi gadis itu tidak mengubris apa yang dikatakan danial, danial memperhatikan sang gadis dari samping, sang gadis sangat fokus pada sketsanya,

"hi nona, can you hear me? "

Danial kembali memanggil gadis itu tapi tidak ada gerakan sedikitpun yang dibuat sang gadis

"nona? Can you hear me?"

Danial kembali mengulang pertanyaannya tapi sang gadis tidak menunjukan tanda tanda bahwa Dia mendengar danial, danial mulai kesal

"apakah anda tuli nona? Saya hanya berniat untuk menawarkan cake bila nona tidak mau, nona dapat memberi jawaban dengan mulut nona."

Danial agak mengeraskan suaranya,tapi sang gadis benar benar mengacuhkan danial, wajah danial benar benar kesal, disaat dia akan bicara lagi, tiba tiba datang seorang gadis kecil yang usianya sekitar 10 tahun

"Kakak jangan berteriak pada kakak cantik, dia sering kesini untuk membuat sketsa yang indah dan Kakak cantik tidak bisa mendengar suara Kakak walaupun Kakak berteriak, Kakak cantik pun tidak bisa menjawab Karena bisu"

Sang gadis kecil itu emosi melihat danial yang menghina gadis pirang itu,

"benarkah?" tanya danial kaget

"Iya, aku sering main kesini bersama mamah dan sering melihat Kakak cantik duduk disini, Kakak cantik akan menoleh bila ditepuk pundaknya, dan gunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi"

Gadis kecil itu menjelaskan

"ah maafkan aku, Karena tidak tahu" danial merasa malu ditegur oleh anak kecil, apakah dia masih kesal gara gara wafa?  Hingga melampiaskan pada gadis berambut pirang disampingnya

"berperilaku baiklah pada orang yang memiliki keterbatasan, itu yang dikatakan mamahku" gadis itu menjelaskan dengan nada sengit pada danial

Danial benar benar merasa bersalah pada gadis pirang disampingnya,

"bisakah kamu membantuku?" tanya danial pada gadis kecil itu

"apa?" jawabnya masih dengan nada sengit

"tawarkan cake ini pada Kakak cantik ini, Karena aku tidak bisa bahasa isyarat" jelas danial sambil menunjuk gadis disampingnya

Sang gadis kecil pun mulai menepuk pundak gadis disamping danial itu, saat itu danial melihat kepala gadis pirang itu menoleh pada orang yang menepuk pundaknya, gadis kecil itu tersenyum dan mulai menggerakan tangannya, danial memperhatikan interaksi itu dengan perasaan yang campur aduk,

Saat tangan kecil itu berhenti bergerak, gadis disamping danial menoleh pada danial, danial yang ditatap mendadak menjadi gugup, gadis itu menundukan kepalanya melihat cake milik danial,

Setelah mengamati beberapa detik mata danial dan gadis itu kembali bertatapan, tidak lama kepala gadis itu menggeleng,

"Kakak cantik tidak mau" jawab gadis kecil ketus

"ah baiklah tak apa," danial memberi jawaban dengan tersenyum pada gadis berambut pirang itu, setelahnya gadis itu kembali fokus pada sketsanya

"Trimakasih telah membantuku, Karena Kakak cantik tidak mau, bagaimana kalau aku memberikan satu padamu?" tawar danial pada gadis kecil

Gadis kecil itu menganggukan kepala dan tersenyum cerah, lalu mengambil cake coklat milik danial dan berlari kearah mamahnya yang berada tidak jauh dari tempat duduk danial,

"maaf aku tidak tahu nona memiliki kekurangan" ujar danial, dia tau sang gadis pirang itu tidak bisa mendengar suara danial bahkan tidak bisa menjawab danial, tapi entah kenapa danial memilih terus berbicara pada gadis itu

"nona, aku ingin tau namamu, tapi kita bahkan tidak bisa melakukan perkenalan sederhana, namaku danial anggabuana, nona dapat memanggilku nial entah Kenapa aku ingin mendengar nona memanggilku dengan nama itu, biasa hanya orang terdekat yang aku sayangi yang ku izinkan memanggilku begitu" jelas danial lalu mulai memakan dua suap chesee cakenya,

"ah benar aku belum melihatmu tersenyum dari detik pertama aku melihat nona, aku yakin senyum nona pasti cantik" danial kembali berbicara saat cake dimulutnya habis, dia kembali memakan cake itu

"nona, apakah kamu tidak mau memberi tau namamu?, aku panasaran"

"nona tau? Hari ini aku jengkel pada pegawai cafe mbak nia, mbak nia adalah kakakku cafenya disebrang jalan yang didepan, nama pegawai yang menyebalkan itu wafa, dia laki laki yang tidak peka, bahkan dia mengatakan ke mbak nia aku gay" danial menjelaskan dengan nada jengkel

"wafa kurang ajar, padahal disaat pertama melihat mata nona aku terpesona, bagaimana aku bisa gay, disaat dunia ini masih memiliki wanita cantik" danial tersenyum dan menoleh pada gadis yang dipanggil nona itu,

Danial memperhatikan wajah cantik itu dengan seksama, dia benar benar tidak akan mudah lupa nona itu Karena bagi danial, Nona disampingnya sangat luar biasa, Danial melihat gambar sketsa sang nona,

"benar benar indah, apalagi bila nona sambil tersenyum, aku yakin nona manis saat tersenyum walaupun sedikit" danial berkata sambil melihat wajah nona itu

Tangan nona itu berhenti bergerak dan kepalanya menoleh pada danial, mata mereka langsung bertatapan, danial merasakan jantungnya berdegup dengan asik, secara tidak sadar tangan danial menyentuh dadanya sendiri,

Nona itu heran dan membalik halaman bukunya, lalu menulis sesuatu diatasnya

"apakah anda tak apa? "

Tulis nona itu dibukunya, Danial yang melihat itu lalu tersenyum dan mengulurkan tangannya, nona itu memberikan buku dan pensilnya pada danial

"Nona manis, cobalah tersenyum Karena aku suka"

Tulis danial dan mengembalikan buku dan pensilnya pada sang pemilik, nona membaca tulisan danial tanpa ekspresi, lalu menuliskan jawaban kembali

"apakah anda mencoba berbicara dengan saya? Tidakkah anda tau saya tidak bicara dan tidak mendengar"

Nona itu memberikan bukunya beserta pensil pada danial, danial yang membacanya tersenyum dan menuliskan jawaban

"aku berasa sedang saling berkirim surat dengan kekasih, Nona manis tersenyumlah untukku "

Danial memberikan jawaban pada buku itu kepada Nona manis, saat akan menulis sesuatu ponsel nona itu bergetar, nona manis pun mengeluarkan ponsel dari saku dressnya, dan terlihat seperti sedang membaca sebuah pesan, lalu dia menoleh kebelakang, danial pun ikut menoleh

Tidak jauh dibelakang mereka danial melihat seorang pria muda dengan setelan kerja berwarna navy berdiri memperhatikan mereka dengan sebelah tangan memegang ponsel,

Nona disamping danial menggendong tasnya, lalu mengalungkan cameranya dileher dan tangannya memegang buku sketsa yang tadi, Nona itu berdiri dan menghampiri pria tadi, Danial memperhatikan setiap langkah Nona itu

Setelah sampai didepan pria tadi, nona itu berhenti sang pria pun merangkul pundaknya dan mencium puncak kepala nona itu, danial yang melihat itu merasa kesal, sementara pria itu mengajak nona manis masuk kesebuah mobil hitam, lalu mobil itupun mulai melaju dengan kecepatan sedang

Danial terus memperlihatkan mobil hitam itu, hingga mobilnya hilang dari pandangan danial karena berbelok, danial merasa kesal tanpa alasan dan rasa laparnya hilang, dia pun membuang cheese cake yang habis hanya setengah itu dan meminum coffenya seteguk lalu membuangnya,

Danial pun menuju cafe mbaknya kembali untuk membawa mobilnya dan pulang dengan perasaan kesal sepanjang jalan.