Chereads / Your voice / Chapter 6 - FIVE

Chapter 6 - FIVE

Danial yang masih didalam perjalanan pulang terus memikirkan nona manis tadi, itu panggilan baru danial "Nona manis"

"ah bahkan aku tidak tau namanya" danial masih kesal

"Bentar bukan kah tadi gadis kecil itu mengatakan bahwa Nona manis selalu ketaman? Besok aku harus kesana lagi" danial mulai tersenyum bahagia,

Selama sisa perjalanan pulangnya dia memutar sebuah lagu dan ikut bersenandung mengikuti lagu itu, tiba tiba danial ingat fahri maupun wildan akan mengantuk bila danial memutarkan lagu kesukaannya, Karena bagi fahri maupun wildan itu seperti lagu pengantar tidur,

Setelah beberapa lagu selesai danial sampai didepan rumahnya dia masuk dengan suasana hati senang, danial tidak Sabar menanti hari esok,

"mas" panggil bunda dari dapur

Danial yang mendengar panggilan bundanya langsung datang menghampiri bundanya

"apa bun?" tanya danial saat sampai

"mas udah bertemu mbak nia?" tanya bunda

"Iya sudah, dan pesan ayah pun sudah disampaikan" padahal dalam hati danial berdoa semoga wafa menyampaikan pesannya

"Ya sudah, Trimakasih mas" ujar sang bunda

"bun, ayah masih diperusahaan?" tanya danial

Bunda yang sedang memasak itu hanya menganggukan kepalanya

"bun, mas ke kamar dulu yah, mau mandi"

"Iya Sana, sudah sore juga" usir sang bunda,

Danial pun pergi ke kamarnya untuk bersiap Karena nanti malam mbak nia dan keluarganya akan makan malam disini,

Disebuah mansion

Terlihat sebuah mobil hitam memasuki pekarangan mansion besar berwarna putih gading itu, saat melihat mansion itu kita dapat menyaksikan pemandangan bangunan gaya eropa abad pertengahan dengan didalamnya didominasi warna putih gading dan navy,

Seorang gadis berambut pirang turun dari pintu belakang mobil diikuti seorang pria dari sampingnya

"sweetheart siapa pria yang tadi?" tanya Pria itu sambil merangkul sang gadis agar segera masuk ke dalam rumah luas itu

Sang gadis menggelangkan kepalanya tanda tak tau,

"apakah dia mengganggumu? Karena aku tidak suka melihat caranya menatapmu, sayang" pria itu kembali berkata

Gadis itu kembali menggelangkan kepalanya, dia membuka buku yang dipegangnya, mereka sampai didepan tangga besar yang menuju lantai dua, gadis itu berhenti ditangga ketiga dan menulis sesuatu dibukunya

"berhenti menanyaiku, dia bukan orang jahat, Jadi jangan lakukan hal biasa"

Tulis gadis itu dan memperlihatkan bukunya pada sang pria yang berdiri didepannya dengan jarak tiga tangga,

Sang Pria yang membaca tulisan itu dan melihat ekspresi sang gadis yang melembut, dengan senyum nyaris tidak terlihatnya, pria itu pun menghembuskan nafas kasar

"fine, jika ini mau mu sayang" pria itu pun mengalah dengan ekspresi yang melembut lalu tersenyum pada gadis itu, gadis itu pun menghampirinya dan memeluk lengan pria itu, mereka pun naik hingga tangga paling atas,

Sesampainya ditangga terakhir, sang Pria melepaskan tangan gadis itu

"sayang aku masih memiliki pekerjaan lain" ujar Pria itu lalu sang gadis hanya menganggukan kepalanya, pria itu pun pergi kearah berbeda, dengan gadis berambut pirang itu, mereka menuju arah berlawanan, sesuai tujuan mereka sendiri.

Dirumah keluarga danial

Mbak nia dan keluarganya masuk kedalam rumah, Danial melihat mbaknya menuntun seorang gadis kecil yang berusia sekitar 5 tahun dengan rambut hitamnya yang dikuncir dua, sementara suami mbak nia menggendong seorang lelaki kecil yang menyembunyikan wajahnya pada leher sang ayah,

"Vina Sini peluk om" danial merentangkan tangannya, gadis yang dipanggil Vina itu pun masuk dalam dekapan danial

"bunda sama ayah dimana mas?" tanya suami mbak nia

"diruang makan bang" jawab danial panggilan mereka terdengar terbalik, tapi karena danial selalu dipanggil "mas" akhirnya suami mbak nia mengikuti

Mbak nia dan suaminya yang mendengar jawaban danial langsung menuju ke tempat yang disebutkan itu,

Diruang makan terlihat ayah dan bunda, lalu mbak nia menghampirinya Dan mereka pun saling berpelukan, lalu mulai duduk dikursi masing masing,

Mbak nia menceritakan kejadian yang dialami danial hari ini dicafenya semua orang yang mendengarkan tertawa tanpa henti, sementara yang tokoh yang bersangkutan hanya diam dengan wajah kesalnya, makan malam itu pun berlalu dengan diselingi cerita dan tawa riang.

Keesokan harinya

Danial terbangun dengan semangat dan setelah berganti pakaian untuk jogging  danial langsung menghampiri ayahnya yang berada dilantai bawah,

"Ayo yah" Ajak danial

Ayah yang mendengar ajakan itu pun mengikuti danial yang mulai dengan pemanasan terlebih dahulu agar tidak kram, setelahnya mereka pun mulai berlari pelan dengan bersisian,

"mas tumben bangunnya semangat? Biasanya sebelum bunda bangunin, mas suka susah bangunnya" tanya sang ayah,

"mas lagi semangat yah" jawab danial dengan wajah berseri

"apakah jatah libur mas diperpanjang? " tanya sang ayah menebak

Tiba tiba wajah danial terlihat murung,

"tidak yah, lagian lumayan mas libur seminggu, lagian itu udah terbilang panjang, sementara fahri dan wildan pun hanya 5 hari" jawab danial

"fahri yang orang tuanya dari timur tengah itu?" tanya ayah memastikan

"Iya yah, dan wildan ayah masih ingatkan?"

"orang yang satu satunya sudah menikah diantara kaliankan?" ayah kembali bertanya untuk memastikan dugaannya tidak salah

"Iya, ayah mereka sedang sibuk Jadi jarang main lagi kerumah, apalagi wildan" jelas danial Karena mereka memang teman saat menempuh pendidikan bersama sejak senior high school dan memiliki cita cita sama, karena itu mereka nyaman berteman hingga sekarang,

Seusai percakapan itu danial menunjukan wajah kesal, sementara sang ayah tidak memperlihatkan wajah danial yang terlihat kesal Karena pertanyaan sang ayah yang membahas perjalanan dinasnya, karena danial teringat bila dia berangkat untuk dinas, Dia akan sulit bertemu nona manis yang selalu ditaman itu,

Acara jogging bersama pun telah usai danial mulai bersiap untuk mandi, tentunya setelah menunggu keringatnya kering,

Setelah satu jam bersiap danial turun dari kamarnya untuk sarapan bersama keluarganya, danial pun melihat semua keluarganya berkumpul lengkap dengan keluarga mbaknya,

"mas kemari dan bantu mbak, jaga Vina karena vion rewel" pinta mbak nia, Danial pun menyanggupi dengan cara mengambil alih Vina dari pangkuan mbak nia

"mas ada acara lagi?" tanya bunda heran karena biasanya danial akan menghabiskan masa libur hanya di rumah atau cafe mbaknya

"Iya bun, mau nyari calon menantu buat bunda" jawab danial yang membuat seluruh ruangan tiba tiba sunyi, mereka melihat danial bagai melihat hantu

"apa? " tanya danial yang tidak nyaman diperhatikan dengan pandangan seolah melihat hantu itu

"mas yakin? Nanti gimana kalo mas lupa sama istri setelah pulang dinas?" tanya mbak nia menohok danial, sekarang giliran danial yang termangu

Keluarganya yang melihat wajah danial hanya menggelangkan kepala merasa kasihan, pada penyakit pelupa danial yang akut

"tidak akan mbak buktinya mas ingat keluarga" jawab danial tersenyum cerah

"Bukannya beberapa waktu sehabis dinas mas yang 2 minggu, mas lupa sama suaminya mbak?  Tanya mbak nia kembali menohok danial

Semua orang tertawa melihat wajah danial yang mulai muram

"sudah,, siapa tau kali ini ada gadis yang bisa diingat danial dengan baik" bela sang ayah, tapi bagi danial itu ejekan

Tiba tiba ponsel danial berdering, tertera nama fahri disana, danial meminta izin untuk mengangkatnya, setelah diberi izinkan danial pun mengangkat panggilan itu

"hallo, ada apa?" tanya danial saat mengangkatnya

"balonku ada lima rupa rupa warnanya, merah kuning kelabu merah muda dan biru, meletus balon hijau door, hatiku sangat kaget balonku tinggal? Hayo tinggal berapa?"

Danial yang mendengar suara fahri bernyanyi heran, dia kembali mengecek layar hanphone nya, untuk memastikan itu fahri, dan benar itu fahri ah danial lupa bukankah temannya memang seabsurd itu?

"tinggal 4" jawab danial akhirnya mengalah karena fahri akan terus mengulangi pertanyaannya sampai dia mendapat jawaban

"salah, " jawab fahri dari seberang telepon dengan tertawa

"Bukankah dilagunya juga tinggal 4?" tanya danial heran

"kamu tidak lulus pelajaran berhitung saat sekolah dasar? " fahri malah memberi jawaban menyebalkan

"balonku ada lima rupa rupa warnanya, merah kuning kelabu merah muda dan biru, meletus balon hijau door, hatiku sangat kaget balonku tinggal? Hayo tinggal berapa?"

Fahri kembali bernyanyi dengan riang dan diakhiri pertanyaan yang sama, Danial kembali menjawab

"4, fahri, dan aku lulusan terbaik di sekolah dasarku" jawab danial mulai kesal dengan keabsurdan fahri

"balonku ada lima rupa rupa warnanya, merah kuning kelabu merah muda dan biru, meletus balon hijau door, hatiku sangat kaget balonku masih lima ku pegang erat erat" fahri memberi jawaban dengan nyanyian yang dia lanjutkan

Danial baru sadar ternyata urutan balon fahri yang bermasalah karena tidak ada warna hijau, bagaimana bisa balonnya bisa berkurang bila warna yang meletus saja tidak ada

"kurang kejaan" jawab danial kesal

"udah nemu jawabannya kenapa masih lima?" fahri kembali bertanya

"karena kamu tidak punya balon hijau" jawab danial pasrah melayani absurd nya fahri, sementara keluarga danial heran dengan semua perkataan danial

"kamu masih salah karena nyatanya aku tidak punya balon yang dipegang, karena itu hanya lagu"  jawab fahri dengan nada riang

"fahri kam- tuttt" Fahri mematikan sambungan telepon itu saat danial bersiap untuk mengeluarkan semua rasa kesalnya

"Kenapa mas?" tanya ayahnya heran yang melihat ekspresi wajah danial yang terlihat sangat kesal

"tidak yah, hanya saja fahri sedang absurd" jawab danial

Sarapan pun dimulai dengan diselingi pertanyaan ayah pada mbak nia tentang cafenya, sementara danial masih kesal pada fahri

Seusai sarapan danial pamit dengan membawa sebuah buku dan pensil lalu melajukan mobilnya menuju taman yang kemarin, Sesampainya disana danial menghampiri kursi yang kemarin

Disana duduk seorang gadis dengan rambut pirang diikat satu dibelakang, Danial yang melihat merasa senang Karena bisa bertemu kembali dengan sang Nona manis,

Saat menghampiri kursi itu dan berjalan kesamping kursi danial melihat gadis itu menoleh kewajahnya, danial kaget karena nyatanya itu bukan nona manis kemarin.