Danial sudah siap dengan pakaian dinasnya, lalu dia turun dengan menarik sebuah kopernya
Ayah dan bundanya sudah duduk dimeja makan begitu pula mbak nia dan keluarganya, itu adalah kegiatan saat danial akan dinas, seluruh keluarga berkumpul dan memberikan do'a agar danial bisa pulang dengan selamat, dan setiap danial pulang dinas mereka akan berkumpul lagi sebagai rasa syukur danial selamat.
"mas, rute mu sekarang kemana?" tanya suami mbak nia
"ke Eropa" danial sudah duduk dikursinya dan bersiap menyantap sarapannya, bunda memberikan sepiring nasi goreng di depan danial,
Kegiatan sarapan itu pun berlangsung dengan lancar, setelah selesai danial diantar sampai depan rumah untuk menaiki taksi yang sudah dipesannya untuk kebandara
"yah, bun mas pamit doain mas biar bisa selamat, mbak jaga bunda sama ayah yah"
Setelah danial mengatakan itu dia mulai menaiki taksi
Selama diperjalanan danial melihat pemandangan yang dia lalui, dia mengingat kembali pertemuan dengan nona manis beberapa waktu lalu, dan karena itu, hari ini terasa berat danial meninggalkan kota kelahirannya,
Danial tersenyum 'Andai aku bisa berpamitan terlebih dahulu' ucap danial dalam hati
Sepanjang perjalanan hatinya dan pikiran danial dipenuhi nona manis itu. Bagi danial itu terasa lucu karena bertemu pun hanya sekali tapi dia tidak bisa melupakan nona manis itu, entah karena merasa bersalah atau apa.
Taksi berhenti karena sudah sampai di tempat yang dituju, perjalanan menuju bandara terasa begitu cepat dari biasanya bagi danial itu membuatnya semakin berat
Danial keluar dari taksi, sopir taksi membantu mengeluarkan koper danial, lalu pergi dari sana setelah menerima bayarna,
Danial termangu ditempatnya
"I hope, I can meet you again" gumam danial, lalu menarik kopernya untuk memulai kewajibannya,
Setiap langkah sepatu danial bergema ditelinganya seolah memberi tanda bahwa dia berada semakin jauh dari nona manis dan keluarganya, setiap langkahnya diiringi doa dari orang terkasihnya agar bisa segera berkumpul kembali,
Danial sudah duduk dikursinya disamping terlihat fahri yang sedang memeriksa semua yang ada disekitar mereka
"hari ini terasa berat bagiku" ujar danial
Fahri yang mendengar ucapan danial memberhentikan aktivitasnya hanya untuk sekedar menatap danial
"Ada apa denganmu?" tanya fahri heran karena setahunya danial pergi kemana pun dan kapan pun danial akan siap melaksanakan tugasnya
"Uh aku harus bisa fokus" danial mulai mengeluh dengan nada parau
"don't like it brother, we have job" ujar fahri mencoba menyemangati danial walaupun dia tidak tahu masalahnya
"oh I really miss her" danial kembali bergumam, tapi fahri bisa mendengarnya
"siapa gadis beruntung itu? " fahri bertanya dengan nada serius
"dia..... " danial memberi jeda sebelum menjawab keingin tahuan fahri
"dia? " fahri mencoba sabar menunggu jawaban yang digantung itu
"nona manis" jawab danial dibarengi cengiran lebar
Fahri tidak tahu harus memberi respon apa dia terdiam dengan mulut yang terbuka menghadap danial, hanya saja matanya berkedip memberi tanda bahwa fahri masih hidup dan bernafas
"Siapa namanya?" fahri mulai merasa kesal dengan jawaban danial yang terkesan memberi teka teki itu, ayolah otak fahri sedang cuti sebelum bekerja keras nanti
"nama?" danial mengulang pertanyaan fahri seolah memastikan pertanyaan itu yang dilontarkan
"iya, siapa namanya? " jawab fahri cepat,
Cengiran danial melebar dengan kepala yang menghadap fahri itu terlihat mengerikan bagi fahri,
"captain, ah maaf tapi kita harus segera berangkat" seorang pramugari mengintrupsi acara saling tatap fahri dan danial, wajah pramugari itu merah karena wajah fahri dan danial berjarak lumayan dekat terkesan romantis bagi yang melihat
"baiklah" danial menjawab dengan santai tanpa memperhatikan wajah merah pramugari itu
"sebaiknya kamu tidak berpikir macam macam, karena saya sudah akan melangsungkan lamaran dengan seorang gadis " fahri yang melihat wajah merah pramugari itu berujar dengan kesal dan memberi penekanan di akhir kalimat sebagai tanda bahwa dia masih suka perempuan
"ah maafkan saya" pramugari itu salah tingkah merasa malu karena pemikirannya sendiri, dia pun undur diri dari ruangan itu
Danial mulai memberi intrupsi kepada fahri, mereka harus menjalankan tugas dengan baik karena banyak nyawa yang harus mereka jaga, sebuah tanggung jawab besar mereka pikul
Danial menjalankan tugasnya tanpa hambatan begitu pula fahri, walaupun fahri masih panasaran dengan gadis yang dibahas tadi tapi prioritasnya saat itu adalah pekerjaan
Pesawat melayang dengan seimbang memberikan rasa nyaman dan aman bagi penumpang yang harus menaati aturan, semua orang yang berada dibawah langit bisa melihat pesawat itu yang melaju dilangit dengan meninggalkan jejak putih dijalur yang dilaluinya
Beberapa jam terlewati, semua kegelisahan berakhir dengan ditandai pesawat yang mulai landing dinegeri lain, semua orang mengucapkan syukur karena diberi keselamatan,
Semua penumpang turun dengan beragam ekspresi yang terlukis diwajahnya, ada yang menunjukan wajah senang, wajah tenang bahkan wajah mengantuk pun dapat terlihat dari beberapa penumpang,
Danial sudah turun dari pesawat diikuti fahri dibelakangnya, mereka tersenyum dan saling menjabat tangan, mereka merasa bangga bisa menginjak kembali tanah,
Danial dan fahri sudah mulai menuju tempat istirahat dengan menarik koper masing masing, saat danial mengaktifkan hand phone nama wildan langsung tertera dilayar
"hallo" sapa danial
"dimana?" tanya wildan
"aku baru mau ketempat istirahat bareng fahri"
"kabari kalau sudah sampai sini" ujar wildan dari seberang telepon
"baiklah" setelah itu panggilan pun diputuskan oleh wildan
"istrinya menitipkan sesuatu?" tanya fahri saat tahu bahwa yang menelpon danial adalah wildan
"heem" jawab danial sambil mengangguk kepala, dia mulai berjalan dengan menarik kopernya bersama fahri disampingnya
"Bentar siapa nama gadis tadi?" fahri memberhentikan langkah danial dengan cara berdiri didepannya
Danial menghembuskan nafasnya sebelum menjawab dengan perlahan
"aku tidak tahu, kami belum sempat berkenalan" jawab danial jujur, pertanyaan fahri menohok danial
"really?" fahri bertanya dengan nada tidak percaya
"you can trust me, aku hanya tahu dia selalu mengunjungi cafe mbak nia dan taman yang berada disebrang jalan, tapi kamu baru sekali bertemu" danial kembali melanjutkan langkahnya, fahri mengejar danial agar langkah mereka sejajar
"Kenapa kamu bisa ingat wajahnya?" fahri semakin heran
"dia manis walaupun tidak tersenyum" jawab danial dengan mudah
Fahri semakin heran dengan jawaban danial, danial itu pelupa yang akut, tapi hanya alasan sesederhana itu dia bisa memikirkan gadis yang bahkan nama saja tidak diketahui, seperti mengejar angin
"tunjukan padaku, saat kamu melihatnya kembali dan tanyakan namanya" fahri memberi saran sambil menepuk pundak sahabatnya itu
"aye captain" danial menjawab dengan tangan yang memberi hormat tapi mulutnya tertawa
Fahri menggelangkan kepala
'ah dia mulai dewasa' gumam fahri tapi danial tidak mendengarnya
Mereka menaiki taksi yang sama agar menghemat pembayaran, danial tersenyum dengan menatap keluar jendela danial merasa semangatnya kembali terisi walaupun dia belum bertemu kembali dengan nona manis, tapi ada sebuah kebanggaan karena dapat menceritakan nona manis terhadap sahabatnya,
Sementara fahri sibuk dengan ponsel pintarnya, dia memberi kabar kepada kekasih hatinya, bagaimana pun fahri sudah bertekad untuk melangkah ke jenjang serius dengan gadis pilihannya itu, dengan begitu dia akan menjadi keluarga besar wildan.