Hari ini zwiena menjalan kan aktifitas seperti biasanya. Dia melangkahkan kaki nya menuju kelas. Sesampai nya di dalam kelas dia langsung saja duduk menunggu bel berbunyi, tak lupa dengan memakai earphone di telinganya. Dia sengaja menulikan kuping nya dengan mendengarkan lagu karena umpatan anak kelas yang sudah membuat nya gundah.
***
"Sampai sini pelajaran kita. Oiya minggu depan kalian sudah mulai menjalankan try out. Jadi ibu harap kalian fokus belajar untuk persiapan ujian nasional nanti. Selamat siang" sang guru pun langsung keluar kelas.
Tak lama guru itu keluar kelas masuk lah pasukan kakak hits dengan pakaian yang bisa dibilang kurang bahan sehingga udel nya terlihat apabila mereka mengangkat tangan sedikit saja. Dengan gaya rambut yang di cat ombre coklat pirang. Tak lupa dengan jari kuku nya yang amat sangat seram. Ketahui lah kuku mereka panjang sangat dan berwarna hitam merah sehingga yang melihat cuma bisa bergedik ngeri.
Mereka berjalan ke arah meja zwiena. Gadis yang didatangi itu belum menyadar ke hadiran kakak hits nya. Dia sedang sibuk dengan dunianya. Memakai earphone sambil melihat ke arah luar jendela.
Gebrakan meja terdengar di telinga zwie samar samar. Zwie mulai melihat ke arah gebrakan itu dan mendapatkan sosok pasukan kakak hits yang sudah mengepung nya dari sudut mana pun. Zwie menatap mereka dengan tatapan bingung seakan bertanya 'ada apa ini?' Namun dia tidak berani untuk mengucap kan secara langsung hanya dengan gumaman batin saja.
"Lo yang namanya shammara zwiena?" Tanya salah satu dari mereka.
"I-iya Ada apa ya?" Balas zwie dengan gugup. Bukan nya zwie tidak sopan tapi menganggap mereka seangkatan dan tidak pernah terlintas dipikiran nya untuk memanggil mereka dengan sebutan kak atau semacam nya.
"Huh! Jadi lo biang kerok nya yang udah buat temen gue di scors" ujar nya dengan nada sok sok sangar dahal mah malah bikin ngakak dengernya.
"Aku?" Tanya zwie dengan kebingungan.
"Iya lah lo! Masa iya setan!"
Zwiena pun hanya ber'oh' ria membuat sang empu geram.
Plak
"Aw" ringis zwie. Zwiena menatap keisha dengan tatapan tajam.
"Apa! Mau bales? Silakan nih" sahutnya menawarkan diri untuk di tampar balik.
"Kalian punya dendam apa sih sama aku? Aku tidak pernah membuat ulah dengan kalian! Kenapa kalian terus mengganggu ku selama 3 tahun berturut turut" bentak zwie membuat yang lain bungkam.
Seperti jalangkung yang datang tak diundang, pulang tak di antar. Seorang wanita berparas cantik dengan baju modisnya berjalan menuju tempat zwie membuat yang lain minggir memberikan jalan kepada nya.
"Lo pantas di ganggu bitch!" Bisiknya
"Siapa kamu?" Tanya ku.
Suasana kelas kini menjadi creepy. Teman teman kelas ku yang tadi nya masih ada di dalam kelas sekarang disuruh keluar oleh mereka. Pintu kelas pun di kunci dengan di ganjal kan oleh meja.
"Lo ga perlu tau siapa gue! Yang jelas jauhin Abian! Atau gue bikin hidup lo tidak tenang sampai nafas terakhir lo yang berlangsung tak lama lagi!" Cercanya.
Apa ini? Abian? Apa dia kenal Abian. Dan kenapa dia mengganggu zwiena bukannya Abian ?
"Dan satu lagi" dia mendekat ke arah kuping zwie dan membisikan "gue bakal bongkar topeng lo! Huh Alexander zwiena roxy anak dari Alexander Regan roxy. Mulus sekali permainan kalian" badan zwie seketika menegang. Pikirannya kabur kemana mana.
Siapa orang ini? Apa mau nya? Kenapa mengetahui tentang ku - batin zwiena
Cewe tersebut pun mundur dan berjalan santai keluar dengan berucap.
"Ayo gais belum saat nya kita bermain" semua pasukannya pun mengikuti perintahnya.
Tinggalah zwie seorang diri di kelas. Tanpa di sadari setetes air mata mulai turun. Kenapa? Kenapa nasib zwiena selalu tidak beruntung. Mungkin benar kata ayah kalau zwiena anak pembawa sial! Anak pembawa masalah. Zwie kamu harus kuat. Fighting zwiena.
Author pov end
***
"Apa kau berulah lagi di sekolah?" Tanya sang ayah. Tubuh ku bergetar kala suara barington ayah menyambut ku dengan pertanyaan yang sedikit sensitif bagi ku.
"Tidak"
"Jangan berbohong sayang. Ayah tidak suka anak pembohong" ucapnya melangkah mendekatkan ku.
"Aku tidak melakukan apapun ayah. Aku melakukan apa yang ayah suruh" jawab ku dengan takut.
Ayah tersenyum smirk "jadi lah anak penurut sweety" ayah memajukan wajahnya. Ini lah hal yang membuat hati ku terasa teriris. Aku lebih baik di hukum dengan cambukan dari pada harus mendapatkan cumbuan dari ayah kandung ku sendiri.
"Ikuti apa yang aku lakukan sweety"
ayah menggendong ku. No, jangan berpikiran kalau ayah menggendong ku ala bridal style melain kan menggendong ku layak nya karung beras. Aku pun merontak. Mendapatkan pukulan keras di bokong ku. Aku pasrah. Ingin menangis kencang rasa nya. Ingin teriak. Namun tidak bisa.
"Ku mohon jangan lagi yah"
"Sstt panggil aku daddy sweety"
ayah mulai mencumbui ku. Dia membaringkan ku di kasur king size nya. Dia menindihin ku. Menjilat kuping ku. Lalu ke bibir ku. Aku menolak poppo nya berakhir dengan gigitan kasar di bibir ku.
"Akh aya-mphm h"
Plak
"Panggil aku daddy sweety! Kau tidak paham juga ya!"
"maaf daddy"
"good girl"
"jangan jadi anak pembohong sayang jika kamu tidak mau mendapatkan hukuman"
"maaf kan aku daddy. tapi aku memang tidak berbohong kepada mu"
"mata mata ku banyak sweety! kau tidak bisa mengelak lagi"
ayah mempererat dekapannya. kini tangan nya mulai menjalar ke ara baju ku. menelusup masuk dan
ctlak
pengait bra ku terlepas. dengan sangat gampang nya ayah melepaskan nya. aku terus menahan lengan ayah namun tetap saja kekuatan ku kalah dengan ayah.
Dia mulai memindahkan tangan ke depan. meremasnya. memporak porandakan payudarah ku. "akhhh dad hen- ahh tikannn"
"nikmati saja sweety" bisiknya dengan nada barington miliknya. dan siapun yang mendengar kan suara barusan pasti akan terbuai olehnya.
Tuhan ambil lah nyawa ku. aku lebih baik mati dari pada harus merasakan adegan ini.
Aku pun hanya bisa pasrah dengan apa yang aku dapat kan saat ini. Ya Tuhan jika engkau menyayangi ku, tolong aku. Tolong keluar kan aku dari situasi ini. Aku mohon pada mu tuhan. Rilih ku dalam hati. Aku tak kuasa menahan isak tangis.
"Hiks.... ku mohon ay- daddy hentikan" ayah yang mendengar isak tangis ku langsung memberhentikan kegiatan mencumbui ku. Aku menangis. Aku ingin semua kegilaan ini berhenti!
"Kau menangis" kini mata ayah beralih ke wajah ku. Dia mengusap lembut pipi ku. Menghapus air mata yang jatuh sedari tadi.
"Maafkan ayah zwie. Ayah khilaf"