Author pov
Malam 22.00
Regan baru saja pulang. Dia masuk ke dalam rumah selalu saja tidak memberi salam. Kaki nya kini melangkah menuju lantai 2 rumahnya. Berhenti di depan salah satu kamar yang membuat nya merindukan nya selama sehari tidak bertemu dengan wanita itu.
Ceklek
Mata nya mengamati seluruh penjuru isi kamar. Dia pun masuk mengecek sana sini. Emosi nya mulai meledak, tangan nya terkepal kuat, mata nya memerah, ekspresi nya pun berubah. Terakhir dia mengecek kamar mandi namun hasilnya nihil.
Regan berjalan keluar dari kamar tersebut, melangkahkan kakinya menuju kamar nya.
"Rita!! Dimana zwiena" teriak regan yang baru saja pulang. Memang lah dia selalu mengecek kamar zwiena terlebih dahulu sebelum menemui istrinya.
"Apaan sih mas! Malam malam teriak teriakan!" Sahut rita.
Rita yang melihat suami nya sangat frustasi segera dia memberhentikan kegiatannya yaitu nge-drakor. Kadang dia juga ngajak zwiena nge-drakor kala dia lagi berduaan dengan zwiena dirumah.
"Dimana zwiena? Kenapa kamarnya kosong!" Ucap dinginnya.
Pasalnya rita pun tidak tau kalau zwiena tidak ada di kamarnya. Karena dari tadi dia terus berada di dalam kamar sambil nge-drakor.
"Loh zwiena tidak ada di kamar?"
Regan menatap tajam ke arah istrinya. Dia sangat benci situasi ini, yang dimana anak nya belum pulang selarut ini. Bahkan bisa dibilang dia lebih milih zwiena dari pada rita.
Dia benci ketika rita lalai memantau zwiena. Emosinya kian meledak. Dia memecahkan vas bungan yang berada di nakas meja.
Prangg
"Akh... mas tenang mas!" Teriak rita ketakutan dengan yang dilakukan suami nya.
Prangg
"Kanapa kamu biar kan dia belum pulang sampai sekarang!!" Bentak nya semakin membabi buta memecahkan barang yang berada di dalam kamar.
"Maaf hiks... tolong jangan seperti ini, aku takut!"
Prangg
Prangg
"Persetanan dengan rasa takut mu! Aku hanya takut anak ku kenapa kenapa di luar sana!" Rita semakin kencang menangis kala regan terus terusan membentaknya tak lupa membanting barang sekitar.
"Hikss.... maaf mas.. maaf"
"Arghh!!"
BRAKK
Pintu kamar di banting oleh regan. Alhasil pintu itu rusak.
Rita meringkuk ketakutan di pinggir kasur. Ini lah yang di takutinya kala regan sudah marah karena zwiena yang pulang telah.
Tapi kali ini keberuntungan meliputinya.
Dia tidak di hukum oleh benda kesayangan regan yaitu cambukan.
"Zwiena! Anak sialan itu selalu saja membuat ku tersiksa" gumam nya
***
Tut tut
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Coba lah beberapa saat lagi. Terima kasih"
Sambungan pun terputus. Nomor Ponselnya zwie sedang tidak aktif.
Regan semakin panik. Dia menancapkan gas seperti orang kesetanan. Anggap saja dia pengendara ugal ugalan. Tapi memang itu kenyataannya.
Regan melaju dengan kcepatan diatas rata rata. Tujuan nya sekarang ke sekolah. Meski kecil kemungkinan, namun tidak membuatnya berpikir 2x.
Ssampainya di sekolah dia segara melangkah kan kakinya menuju gerbang sekolah di mana di sana sudah berada 2 satpam yang sedang berjaga.
"Permisi pak" ucap regan dengan sopan.
"Iya mas ada yang bisa saya bantu" sahut salah satu satpam.
"Maaf mengganggu malam malam seperti ini. Saya mau menanyakan siswi yang sekolah di sini. Apa dia masih berada di dalam?"
Kedua Satpam langsung melirik satu sama lain. Menatap bingung ke arah regan. Pasal nya murid murid di sekolah telah dipulang kan dari jam 10 pagi.
"Maaf pak, tapi murid murid sekolah ini sudah di pulangkan dari jam 10 pagi karena perintah pemilik sekolah ini."
"Kalau boleh tau siapa ya pemilik sekolah ini?" Tanya regan.
"Oh pemilih sekolah ini tuan Abian Ansel. Pemilik baru sekolah ini. Katanya dia anak dari pak Ansel pemilik sekolah yang lama" regan membelakak matanya kala mendengar pemilik sekolah ini.
Fix sampe sini regan sudah pamah kemana pergi nya zwiena. Tangannya kembali mengepal kuat. Emosinya kian meledak namun di tahan karena masih berhadapan dengan dua orang satpam ini.
"Oh begitu, yasudah terima kasih pak atas informasinya. Saya pamit. Selamat malam" ucap regan langsung menjauh dari gerbang sekolah dan masuk ke dalam mobilnya.
***
"Dimana kamu baby. Kenapa selalu saja melanggar aturan ku. Semakin kamu melanggar semakin senang aku menghukum mu." gumam regan tersenyum smirk.
Dia merogoh kantong celananya, mencari sesuatu di dalam sana. Setelah dapat, dia langsung mengetik nomor yang di tuju.
"Selamat malam tuan, ada yang bisa saya bantu"
"Cari tau alamat Abian Ansel CEO di perusahaan lavender dan galtgher. Sekarang! Saya tunggu 10 menit, jika tidak kamu saya pecat"
Tut
Regan mematikan sambungannya secara sepihak.
Dia melajukan mobil nya menuju arah rumah. Dia kembali untuk mengambil barang barang ke sayangan nya. Mengabaikan ucapan rita, lalu meninggalkan nya kembali.
Sepanjang jalan dia tidak henti hentinya tersenyum devil.
Komplek lavender no. 35, lanvender timur.
Obsesi sekali anda dengan bunga lavender tuan Abian - batin regan.
"Selamat malam pak" ucap penjaga komplek.
"Malam"
"Bapak mencari siapa ya malam malam begini?" Tanya nya dengan penuh curiga.
"Oh saya regan pak, rekan kerja bapak Ansel" bohong regan.
"Sebentar saya telefon dulu tuan Ansel nya" dengan tenang regan segera menyela kegiatan penjaga itu.
"Ah tidak perlu, saya punya buktinya pak" regan mengeluarkan ponselnya dan menunjuk kan message bahwa dia benar rekan kerja Ansel.
"Silakan masuk pak" dengan mudah nya penjaga itu membukakan gerbang komplek.
Mudah sekali menupu nya - batin regan.
***
"Apa ini? Dimana penjaga rumahnya? Bodoh sekali anda Abian" dengan mudahnya regan memasuki rumah Abian tanpa di curigai pihak mana pun.
Selalu tenang dalam mengerjakan sesuatu.
Ceklek
Pintu depan terbuka.
Bahkan pintu pun anda tidak tutup tuan. bagaimana anda mau menjaga anak ku kalau pintu saja kau tidak kunci. sungguh pendek sekali pikiran anda. mudah untuk di manipulasi. dasar bodoh! - gumamnya
Regan semakin masuk kedalam rumah Abian.
besar sekali rumah ini. pantas saja dia memikat anak ku dengan ke kayaan nya. tapi tidak semudah itu anda mengambil hatinya dengan menampakkan ke kayaan mu di depan anak ku, karena anak ku bukan seorang wanita matre seperti wanita di luaran sana. - batin regan
Dia menelisik ke semua penjuru isi rumah dan berakhir di dapur. dia mengambil salah satu pisau milik Abi, lalu mengambil buah apel. di rusuknya buah itu. lalu di makan oleh nya.
(anjim aji mumpung ada makanan), ngga deng dia menusuk nusuk nya hingga terbelah menjadi dua. dia ukir ke dua belah bagian apel itu dengan ukiran manis menurut nya. senyum licik nampak di wajahnya. setelah bermain dengan buah apel dia segera melangkahkan kakinya menuju setiap kamar yang berada di rumah Abi.
"Mari bermain bersama saya tuan Abian."