Zwiena memasuki rumah dengan penuh hati-hati. Dia baru saja pulang dari sekolah. Namun, jam pulangnya tidak wajar bagi anak sekolah.
Sebelum dia pulang tadi Abi mengajaknya ke pantai dan berujung lupa waktu sampai selarut ini pulangnya.
"Dari mana saja kau jalang!"
Deg
Aish sial. Ketauan lagi - batin Zwiena.
Zwiena berbalik badan menemukan sang ayah yang sudah. Berdiri di bawah tangga dengan melipatkan kedua tangannya di atas dada.
Zwiena tersenyum, "eh ayah" detik berikutny Zwiena pun langsung kabur masuk ke dalam kamar. Entah Regan mengejarnya atau tidak, intinya Zwiena takut melihat tatapan Regan yang sangat mematikan itu.
Zwiena langsung mengunci pintunya dua ceklekan biar tambah aman.
"Huh selamat" ucap Zwiena membaringkan tubuhnya. Melemparkan tas sekolahnya ke segala tempat.
Dia melirik jam, sudah hampir tengah malam. Pasti Regan sekarang sangat marah melihat Zwiena pulang tengah malam begini.
Zwiena pasrah dengan apa hukuman selanjutnya.
Ceklek
Ceklek
Zwiena membulatkan matanya. Dia langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi dan langsung ia kunci.
Jantungnya seraya ingin copot mendengar pintu kamarnya dibuka. Dia tau siapa pelakunya, tidak lain pasti Regan ayahnya.
Ceklek
Pintu terbuka lebar. Regan pun langsung masuk mencari keberadaan anaknya. Tatapannya sudah tidak santuy lagi.
"Yak! Jalang! Di ngumoay dimana kau!!" Teriak Regan membanting pintu kamar.
Regan menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat, senyum devilnha keluar. Dia berjalan menuju kamar mandi.
Dor... Dor.... Dor...
"Eh jalang buka!!"
Dor... Dor... Dor...
"Buka sialan!!"
Dor... Dor... Dor...
Brak
Pintu kamar mandi terbuka lebar. Regan lah yang menyebabkan pintu itu terbuka bahkan rusak. Dia menendangnya dengan begitu kencang.
Zwiena sangat ketakutan. Dia berdiri di pojokan dengan wajah yang ketakutan. Kaki dan tangannya sudah bergetar hebat. Dia menggigit kuku jarinya. Nafasnya tidak beraturan.
Regan mengeluarkan smirknya. Dia masuk ke dalam kamar mandi. Tidak langsung menyamperi Zwiena melainkan menutup pintu kembali meskipun sudah tidak bisa di kunci.
Zwiena tambah ketakutan. Ya Tuhan hukuman apa lagi yang dia dapat sekarang.
"A-aya-h ma-afin zwie" ucapnya terbata-bata.
Regan mengangkat satu alisnya dengan masih tersenyum smirk.
Dia berjalan mendekat ke arah Zwiena. Zwiena pun tak bisa kabur atau pun mengumpat lagi karena dirinya sudah terpojokkan.
"Ay-ah zwie mo-hon maafin z-wie-na" lirih Zwiena. Jantungnya berdegup kencang. Kakinya melemas. Zwiena sangat takut dengan ayahnya.
"Aku tanya sekali lagi. Dari mana kamu baru pulang jam segini? Apa sekolah mu ada mata pelajaran untuk menjadi jalang?" Tanya Regan yang sudah di hadapan Zwiena.
Tangan Regan sudah mengunci pergelangan Zwiena. Zwiena tidak berani menatapnya.
"Jawab gue anak sialan!!" Teriak Regan di hadapan Zwiena.
"Ayah hiks.. maafin z-wie"
"Gue nanya Lo dari mana! Bukan malah minta maaf!!" Bentak Regan membuat Zwiena semakin takut, takut dan takut.
Zwiena menangis. Dia sudah sangat takut dengan Regan. Zwie hanya menggeleng-geleng kepala sambil menangis.
"Maafin zwie hiks..."
"Argh!! Anak sialan. Pasti Lo abis ngejalangkan sama pemilik sekolah Lo! Dasar jalang!"
Plak
Kepala Zwiena terbentur tembok akibat tamparan yang diberikan Regan. Zwiena pasrah. Tubuhnya sudah sangat lemas. Dia tak sanggup berdiri lagi, Zwiena terjatuh namun masih dalam keadaan sadar.
"Ck. Banyak drama Lo!" Regan membopong tubuh mungil Zwiena seperti karung beras.
Percuma Zwiena memberontak kalau ujung-ujung nya dia dia tetap akan kalah dengan Regan.
Regan melempar tubuh Zwiena di atas kasur. Dia berjalan menuju pintu. Di kuncinya pintu tersebut, lalu kembali ke Zwiena.
"Jangan bermain-main dengan peraturan ku baby."
Regan membuka ikat pinggangnya. Dia menaiki kasur. Dirinya sudah berada di atas tubuh Zwiena. Senyum iblisnya selalu muncul.
"Mau ku cambuk atau bercinta?" Tanya Regan dengan lembut. Menyelipkan rambut Zwiena di balik daun telinganya.
Zwiena hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau keduanya. Dia hanya mau bebas tanpa peraturan gila itu. Zwiena capek. Dia capek harus mendapatkan hukuman setiap hari.
"Jawab gue jalang!!" Bentak Regan. Namun Zwiena masih tetap bungkam. Dia tidak mau memilih keduanya.
Regan mulai murka. Dia merobek baju Zwiena dengan paksa. Melemparnya kesembarang arah.
Regan membalikkan tubuh Zwiena dengan satu hentakan. Zwiena dibuat nangis kencang.
"Lepaskan aku ayah!! Zwiena minta maaf. Jangan hukum Zwiena lagi" ucap Zwiena.
Gadis yang malang. Ayahnya bahkan tidak mendengarkan ucapannya. Kupingnya seakan ditutup rapat.
Regan mengikat kedua tangan Zwiena dengan dasinya. Dia mendidikan Zwiena membelakangi dirinya.
Zwiena kini hanya menyisakan pakaian dalamnya. Regan mengeluarkan smirknya dengan menjilat bibir bawahnya.
"Pemandangan yang indah" gumam Regan langsung menarik ikat pinggangnya.
Ctar
"Akh.. sshh.." teriak Zwiena meringis kesakitan.
"Teriak yang kencang sayang. Suara mu merdu" bisik Regan menjilati daun kuping Zwiena membuat Zwiena mejamkan matanya. Dia kembali menjauhkan tubuhnya dari Zwiena.
Ctar
"Aakhh..."
"Hitung!"
Ctar
"Akh... Shh..."
"Gue bilang hitung ya hitung bodoh!"
"Sa-t akh.."
"Hitung sampe lima."
Ctar
"Akh... Ss-at-u shh..." Hitung Zwiena meringis tak karuan.
Punggunya sudah sangat sakit dan perih. Ini udah ke 4 kalinya cambukan yang dilakukan Regan. Namun ini baru dianggap satu cambukan olehnya.
Ya tuhan baru aja Zwiena bersenang-senang sekarang sudah mendapatkan hukuman saja.
Ctar
"Akh... Su-dah ay-akh..."
"Jalang! Kau tak pantas jadi anak ku!"
Regan melemparkan ikat pinggangnya. Di melepaskan ikatan Zwiena pada pangkal kasur. Di balikkannya tubuh Zwiena kehandalannya.
Diraup ganas bibir mungil Zwiena sehingga Zwiena sulit untuk bernafas. Zwiena tak bisa memberontak. Dia mengangkat tangan Zwiena keatas, mereka berdua pun sudah berada di posisi saling menindih.
Lumayan panas yang Regan lakukan membuat Zwiena mendesah kesakitan. Tidak ada kelembutan didalam ciuman ini. Zwiena menangis kencang.
"Ay-mphmm... Ahh..."
"Akh... Shh..." Desah Zwiena meringis kesakitan. Ujung bibirnya berdarah akibat gigitan Regan.
"tolong jangan lakukan itu ayah. aku anak mu." mohon Zwiena.
"aku tidak peduli dengan status kita. kamu melanggar peraturan dan aku akan memberi hukuman yang ku janjikan kemarin baby. jadi nikmati saja malam ini." bisik Regan melepaskan semua pakaiannya. Dia kembali menindihi Zwiena. Menjalankan hukuman sesuai yang dia janjikan kemarin.
Liak Lingkuk tubuh Zwiena membuat Regan semakin bersemangat untuk menghukumnya. Semua desahan dan kesakitan selalu Zwiena keluarkan tanpa ia tahan. Kamar Zwiena sangat mengerikan malam ini.
Tak di sadari dari balik pintu kamar Zwiena, Rita mendengar semuanya. Dia mengepalkan tangannya kuat. Gelutik uang9berasal dari giginya terdengar sangat jelas membuat siapa pun yang mendengarnya merasa ngilu. Hatinya hancur. Dia sudah mencintai lelaki kontraknya itu. Dia benci situasi seperti ini. Regan harus jadi miliknya kembali.
Jalang kecil harus di singkirkan - gumamnya langsung pergi dari kamar Zwiena.