"Mari bermain bersama ku tuan Abian."
***
Ceklek
Layak nya sepasang kekasih, kasur king size itu di isi dengan salah satu kaum hawa dan adam. Regan mengepal tangan kuat, mata nya tidak lepas dari pemandangan di depan yang mana di sana ada zwiena dan Abian yang sedang tertidur pulas layaknya sepasang suami istri.
Dia mulai melangkahkan kaki nya. Dia menjongkok dihadapan zwie, dia tatap wajah kecil anak nya itu. Dia elus pipi dengan amat sangat lembut. Menyempilkan rambut nya dibelakang kuping zwie. Lalu tersenyum penuh arti. Hanya regan lah yang tau arti dari senyum nya itu.
Ia berpindah tempat. Berdirinya ia di hadapan Abi dengan tatapan mematikan. Lelaki yang sedang terbaring di atas kasur king size itu sedang asik dengan dunia mimpi nya. Sementara regan mengeluarkan alat alat yang sudah ia siapkan sedari rumah tadi di tambah dengan pisau dapur milik Abi yang ukuran nya lumayan besar dan cocok untuk memotong daging.
Perlahan dia gerakkan pisau itu ke arah jari jemari nya. Di tes nya sebelum melakukan kegiatan yang menyenangkan ini bagi nya.
Stret
Tes
Darah segar keluar dari ibu jemari Regan. Tersenyum puas kala melihat pisau yang ia dapatkan bekerja dengan sempurna. Dia melirik Abi dengan smirk nya. Diambil lah kain penutup mata secara perlahan. Setelah selasai dengan acara menutup mata, dia ikat kaki dan tangan Abi menyambung dengan satu tali yang berada di tangan kiri Regan. Dia ikat ke dua kaki Abi dan berahir di jenjang leher. Siapun yang di ikat seperti itu tidak bisa berkutik hanya sekali gerakan. Jika dia bergerak sedikit saja tali itu menarik kaki, lengan dan leher secara bersamaan. Cekikan yang di dapat kan oleh tali itu sangat lah menyakit kan jikalau sudah kena tarik.
Kini Regan memulai aksinya dengan awalan seperti ini. Namun, ia tidak mau bermain di sini. Di angkatlah Abi terlebih dahulu. Tak lupa dengan suntikan bius di leher nya. Membopong nya layak nya karung beras dan memasukannya kedalam bagasi mobil. Setelah selesai dengan Abi, baru lah ia mengangkat tubuh zwie. Di jepitnya tangan nya diantara jenjang kami zwie dan punggung belakang zwie. Mencium sekilas bibir merah zwie lalu berjalan menuju mobil.
Gadis ku tidak boleh nakal - gumam nya.
***
Pagi yang cerah seraya membangun kan sang putri dari tidur nya. Aku menggeliat kan tubuh. "Hoamm" sedikit mengerjap Ngerjapkan mata ku. Fokus ku kini terhadap ruangan yang aku tempati. Menatap bingung dengan isi kamar ini.
"Apa aku masih di alam mimpi ku" monolog ku.
"Aw" cubitan kasar medarat di pipi ku.
"Bagaimana bisa aku berada di rumah?! Sedangkan semalam aku masih berada di rumah Abi?!" Bermacam pertanyaan masuk ke dalam otak ku. Huh! Aku di buat pusing dengan keadaan.
Ceklek
"Ternyata sudah bangun" ucap seseorang dari bilik pintu. Segera aku menengok ke arah nya.
Ya Tuhan. Kirain siapa, ternyata ayah ku.
"Apa kau bersenang senang semalam baby?!" Tanya nya dengan intonasi barington suara andalan nya.
Aku pun meneguk ludah kasar. Tatapan dingin itu menandakan bahwa suatu hukuman sudah di siap kan rapih dengan nya.
"A-a-aku..." belum sempat aku melanjutkan ucapan ku, sudah di cela oleh ayah.
"Kenapa gugup huh?! Baby ku pasti sangat lelah dengan tugas kelompok yang di berikan guru mu di sekolah ya?"
Aku menatap nya dengan tatapan bingung. Dia? Apa barusan yang dia ucapkan? Tugas? Sekolah? Huft tak apa lah jika di berpikiran seperti itu. Mungkin semalam Abi mengantarkan ku ke rumah dengan alasan seperti itu.
Aku pun tersenyum meng-iya kan ucapan ayah. Namun, raut wajah ayah berubah. Dia mengunci pintu, lalu berjalan mendekat ke arah ku.
"Akh... sakit yah" ringis ku kala ayah menjambak rambut ku dengan sangat kuat.
Aku tak mengerti apa yang ayah pikir kan sekarang.
"Apa kamu bersenang senang semalam baby?!" Tanya nya lagi. Tapi kini dengan suara serak milik nya, siapa pun yang mendengarkan suara itu akan menikmati nya.
"Ke-kenapa ayah menanyakan itu?"
"Jawab aku baby!" Bentak nya.
Raut wajah nya benar benar berubah drastis. Aku semakin takut dengan raut wajah ayah yang sekarang. Ia muncul kembali setelah sebulan dia menghilang. Ku pikir ia sudah pergi, tapi ternyata filing ku salah.
"Ku mohon ayah"
"Jawab aku!!" Semakin tinggi intonasi suara ayah.
"Maaf kan aku hiks..." lagi lagi aku pun yang kalah dari nya.
Dia tersenyum kala aku mengucapkan kata maaf. Terlepas lah jambakan itu secara perlahan. Sekarang di elus pucuk kepala ku.
"Kau tau kan, ayah tidak menyukai anak nakal!"
"I-iya yah aku tau" sahut ku menundukkan kepala dengan menahan isak tangis ku.
"Oh jangan nangis baby kecil" ayah menarik dagu ku dengan halus. Mata nya dan mata ku saling bertemu.
"Jangan pernah melanggar perintah ku baby!" Bisik nya.
Sekarang dia terlihat tenang, aku pun turut tenang. Isak tangis ku mereda dan aku pun menerima perlakuan ayah yang sudah lama aku nanti kan ini.
Memanja ku layaknya anak.
"Yak! Kenapa kau berbohong kepada ku! Kenapa kau tidak pulang sampai separuh itu! Kenapa kau tidur bersama lelaki lain!kenapa zwie! kenapa!" Bentak ayah dengan nada yang sangat tinggi. Aku sontak kaget dengan teriakan ayah. Apa ini? Hawa mematikan itu muncul lagi. Ku mohon tuhan, reda kan lah emosi ayah.
Dia mendorong ku, menindihi ku dengan tatapan tajam. Aku tak berani membuka mata ku.
"Buka mata mu!"
"Ayah ku mohon maaf kan aku"
"Buka mata mu!"
"Tidak, ku mohon maaf kan aku ayah" aku terus memohon kepadanya tanpa menatap matanya. Karena aku sangat takut melihat manik mata ayah yang sedang berada di sisi gelap nya.
"Buka mata mu! Atau aku buka keperawanan kau" sontak aku membuka mata ku. Ayah ku tersenyum smirk. Aku semakin takut dengan perlakuan ayah.
"Ayah ku mohon maaf kan aku, ku mohon"
"Aku sudah menolak nya, namun dia bilang itu urusan nya dengan ayah. Aku hanya pasrah yah" lirih ku. Tumpahan air mata sudah sangat deras.
"Kenapa kau pasrah hah! Apa kau mau menjadi jalang! Apa hanya karna Abi kaya raya terus kau mau saja mengikuti apa yang dia kata kan! Jawab ayah zwie!"
Tangis ku semakin pecah. Ayah membentak ku terus menerus. Aku takut tuhan. Aku takut dengan ayah. Ku mohon jangan biar kan ayah menghukum lu dengan keji lagi. Hiks.
"Hiks.... maaf kan aku ayah... hiks.... maaf kan.. aku tidak bermaksud seperti itu"
"Oh aku tau, kau pasti mendekati nya hanya karna untuk menjauh dari ku kan! Iya kan! Kau ingin pergi dari rumah ini, pergi jauh tanpa sepengetahuan ku!"
"Sampai kapan pun kau tak bisa lari dari ku!!"
Ayah semakin geram. Dia mendekatkan wajah nya. Hanya berjaras beberapa centi dari wajah ku.
Benda kenyal mendarat sempurna di bibir ku, sontak aku membuka mata ku. Ya Tuhan jangan lagi. Ku mohon!
Ayah mencium ku, melumatnya secara kasar. Dia menggigit bibir bawah ku dengan kencang sehingga keluar dasar segar dari sudut ujung bibir ku. Aku meringis kesakitan. Dengan rasa tak jiji ayah langsung menghisap semua darah itu dan masuk ke dalam rongga mulutnya. Disedotnya hingga darah itu habis. Oh god! Apa ayah ku titisan vampir.
"Emm le-mphm pas kan" protes ku.
"Nikmati saja hukuman mu babygirl"
Ayah sukses mencumbui ku. Dia berhenti sejenak, lalu bangunlah dia. Tangannya menuju ke arah sabuk celana nya. Dia lepas kan ikat pinggang itu. Lalu dia berjalan mengambil tali yang entah dari kapan tali itu berada di dalam laci ku. Aku semakin takut dengan tingkah ayah. Sudah ku tebak dia akan mencambuk ku sambil bercumbu. Sungguh brengseknya ayah ku ini.
"Ku mohon jangan lakukan itu ayah" malas ku memohon ampunan dari ayah.
"Sstt... ikuti saja permainan ku baby" bisiknya seraya menjilat kuping ku.