Pagi yang cerah. Zwiena diantar sekolah oleh sang ayah. Sepanjang perjalanan zwie hanya diam tak berniat membuka obrolan terlebih dahulu, begitu pun dengan Regan a.k.a ayah zwie. Sesampai nya di sekolah,
"Sudah sampai" ucap Regan, tanpa basa basi zwiena langsung menyalimi punggung tangan sang ayah dan keluar dari mobilnya. Namun tangan nya dicekal terlebih dahulu.
"Mau kemana?!" Tanya Regan datar.
"Turun dan masuk ke sekolah." Balas zwiena dengan polosnya.
Regan mendekatkan tubuhnya dengan tubuh zwiena, membisikan.
"Morning kiss nya baby" disela sela suara nya yang serak.
Zwiena pun meneguk ludah kasar. Suasana berubah menjadi menyeramkan kala Regan sudah mengeluarkan suara serak serak basah nya itu.
"Aku sudah telat ayah" alasan nya.
"Morning kiss atau hukuman?!" Oke zwiena pasrah. Dikecup nya pipi kanan sang ayah.
Cup
"Bukan di situ baby!" Bisik Regan. Dia menjilat bibir bawah nya sambil mengucap usap bibir merah zwiena. Hal itu berhasil membuat zwiena semakin takut.
Ya Tuhan dia itu seorang ayah atau pencabul anak anak sih!
"A-aku sudah telat a-ayah"
"Sudah berani nolak ya ternyata baby ku" Regan langsung memangsa bibir merah zwiena, lumatan nya begitu kasar sampai bibir zwiena mengeluarkan darah segar yang cukup banyak, namun di hisap habis oleh Regan.
"Mphmm su-mph dah a-ayah...." Lirih zwiena.
Regan sama sekali tidak menghiraukan ucapan zwiena. Dia sedang asik memainkan lidah nya dengan lidah zwiena di dalam mulut mereka.
Limatan semakin panas, zwiena yang selalu menolak sekarang telah terbuai dengan permainan ayah nya. Di balasnya lumatan itu membuat Regan tersenyum kemenangan.
Sebelah tangan Regan menarik pinggang zwiena dengan sangat mudah nya, didudukinya di atas paha Regan.
Zwiena mengalungi tangan nya di jenjang leher Regan, 2 orang manusia itu saling bergulad lidah, persetanan dengan status ayah dan anak.
20 menit berlalu, zwiena sudah mulai kehilangan oksigen. Dia melepaskan kalungan tangan di leher Regan, dan sekarang tangan nya berada di depan dada bidang milik Regan. Zwiena memukul pelan dada Regan menandakan kalau dia sudah kehabisan oksigen. ikhlas tidak ikhlas Regan pun melepaskan tautan kenikmatan itu.
"huh... hah.... apa kau mau membunuh ku ayah huh... hosh..." ucap Zwiena ngos ngosan. Regan yang melihat ekspresi menggemaskan dari Zwiena terkekeh geli.
"kamu terlalu menggemas kan untuk menjadi anak ku." balas nya menyubit pipi zwiena. Membuat zwiena mempout kan bibir nya.
"Jangan menggoda ku baby, jika kau masih mau sekolah" Zwiena pun langsung sadar dengan sekolah nya. oh ya Tuhan aku terlambat sekolah.
"ayah aku berangkat ya" zwiena langsung menarik tas nya yang berada di tempat duduk asal nya. "Jangan terburu buru baby!"
"tidak ayah aku sudah telat" Zwiena membuka pintu mobil, namun ditutup nya kembali setelah tau posisi duduk nya sekarang.
"kenapa di tutup lagi?!" tanya Regan lembut. "Aku lupa kalau aku sekarang duduk di kursi ayah. aku harus memastikan tidak ada yang melihat ku" Zwiena pun benar memastikan keadaan luar dari dalam jendela, celingak celinguk melihat ke arah luar jendela.
"aman" gumam nya.
"aku pamit ayah" zwiena menyalimi punggung tangan Regan dan langsung keluar mobil. berlari menuju ke dalam sekolah membuat Regan terkekeh geli melihat tingkah laku anak semata wayang nya itu.
"Untung aku masih menganggap mu anak ku baby, jika tidak sudah ku pastikan kamu akan menyebutkan nama ku di dalam desahan mu di ranjang, dibawah kendali ku." gumam nya langsung menjalankan mobilnya.
***
Ding.... Dong....
Ding.... Dong.....
"hosh....huh... untung saja tepat waktu" gumam ku. Aku berhenti sejenak di koridor utama untuk menetralisir nafas ku yang hampir saja tidak bisa bernafas akibat aku lari dari ujung halte ke sekolahan.
Aku kaget, merasa ada tangan kekar yang sedang memeluk pinggang ku. aku menengok ke samping.
"Aku merindukan sweety" oh ya Tuhan, Abi membuat ku kaget saja.
"Abi, lepaskan! kita berada di lingkungan sekolah!" omel ku. Nama nya Abi keras kepala, dia tetap saja memeluk ku malah mempererat pelukan nya.
"Keruangan aku sebentar yuk" ucap nya langsung menggendong ku ala bridal style. ya Tuhan. aku malu sekali, untung saja koridor sepi dan anak anak lain sudah pada masuk ke dalam kelas. jika belum sudah ku pastikan, aku akan dibully kembali oleh anak anak seantero.
Tertutup sudah pintu ruangan Abi, menyisakan sepasang manusia yang sedang di mabuk asmara.
"kamu membuat ku malu Abi!!" protes ku.
"Tidak ada yang melihat sweety tenang saja" ucapnya santai.
"Aku marah!" ucap ku mempout kan bibir.
"Jangan menggoda ku dengan kau memajukan bibir seperti itu swetty!"
"Yak! dasar om om mesum" Abi menarik pinggang ku, tatapan nya sungguh membuat ku terbuai oleh nya. aku menelan ludah kasar.
"aku hanya mesum kepada mu sweety" bisik nya dengan suara serak basah miliknya. ya Tuhan. godaan apa lagi ini. tadi ayah sekarang Abi, arghh!!!
Dia mencium ku, mata nya terpejam dan aku mulai mengikuti memejamkan mata ku. dikecup nya bibir ku dengan lembut membuat aku terbuai dengan ciuman ini. sensasi nya berbeda dengan ayah, kalau ayah dengan paksaan awal dan lama lama aku menikmatinya, beda dengan Abi dari awal saja aku sudah terbuai dengan kenikmatan ciuaman ini.
"Aku mencintaimu sweety" Abi meremas bokong ku dan mengangkat nya sehingga aku spontan meluk leher nya.
Ditaruhnya aku di atas meja kerja miliknya. Ciuman ini menjadi panas, oh ralat lumatan. Dia lihay sekali memporak porandakan lidah ku.
Aku semakin menggeliat disela sela kenikmatan lumatan ini. oh ya Tuhan, nikamat sekali ciuman yang di berikan Abi. Tak lama Abi memindahkan ku ke sofa milik nya. di tidurkan nya aku tanpa melepaskan tautan kami.
Dia mulai meraba perut ku hingga berhenti di jenjang 2 bukit gunung milik ku. Diremas nya gunung itu dengan kedua tangan nya membuat ku semakin menggeliat. "anghhh.. mphmm Abi anghhh" erang ku.
Tuhan. sungguh ini kenikmatan dunia yang aku rasakan, aku menikmati setiap permainan yang Abi main kan. remasan, elusan, lumatan membuat aku semakin terbuai oleh nya. Detik berikut nya dia melepaskan ciumannya dan beralih ke leher ku. "ahhh eunghh Abi" dia tersenyum kala aku menyebutkan nama nya di dalam desahan ku.
"keluarkan kan saja suara indah mu itu. aku menyukai sweety" ciuman dileher ku kini turun di antar kedua gunung milik ku. "Abi ahh geli" erang ku. Abi benar benar menenggelamkan wajahnya di kedua gunung ku, meremasnya dan mencium nya berkali kali.
"aku ingin menikmatan yang lebih dari ini sweety" bisik nya membuat ku susah untuk menelan ludah. "Tidak untuk sekarang Abi. aku masih sekolah, tunggu lah sebulan lagi sampai aku lulus" demi Tuhan. kenapa aku menjadi wanita murahan seperti ini yang menawarkan tubuh ku kepada lelaki yang bukan menjadi suami ku. arrghh!! sudah gila kamu zwie!
"aku akan. menunggu sampai kau siap sweety." gumam Abi yang masih memainkan kedua gunung ku.
aku ragu dengan semua ini, ini salah! tidak seharusnya aku bermain dengan lelaki lain selain suami nantinya. apa aku sekarang seorang jalang?!
Di saat aku perang batin dengan diri ku sendiri, Abi tiba tiba menatap ku intens, "Aku akan menikahi mu dan melakukan kenikmatan itu setelah kita sudah sah sayang. tenang aja aku tidak akan merenggut mahkota berharga milik mu ini sebelum kita mempunyai ikatan yang sah." Demi Tuhan! aku mau menangis mendengar ucapan Abi barusan. Dia menghargai ku? dia menghormati seorang wanita? aku bahagia sekali mendengar ucapan tersebut. Tanpa basa basi aku langsung memeluk nya dan mencium nya, Abi yang sempat kaget langsung mengerti apa yang aku rasakan dan dia menerima ciuman ku.
***
Aku yakin dengan hubungan yang tidak memiliki keterpaksaan pasti akan bertahan lama. Ya Tuhan. aku telah mencintai ciptaan mu yang satu ini.
Abi jika kemarin aku belum bisa menerima mu, maka sekarang lah waktu yang tepat untuk aku mengucapkan perasaan ku yang sesungguhnya.
Aku Mencintai mu Abian Ansel, sangat mencintai.