Huftt.... akhirnya selesai juga.
Aku merebahkan tubuh ku disofa, merenggangkan otot otot ku. Aku melirik dindin menampakkan jam 14.25.
Kruyukk
Oh perut ku berbunyi, segera ku melangkahkan kaki ke dapur. Ku jelajahi semua ruangan yang ada di dapur. Dan akhirnya aku menemukan mie instan dan telur. Aku pun segera memasaknya.
"Alhamdulillah kenyang juga" gumam ku melirik ke arah jam. Segera ku bangkit dan memberekan bekas makan ku.
Aku menaiki anak tangga berjalan menuju kamar.
Ceklek
"Lama sekali kamu diruang bawah zwie!" Ucap seorang lelaki, siapa lagi kalau bukan abi. Satu satunya cowo yang berani masuk lewat jendela kamar ku.
"Sudah ku bilang jangan datang lagi abi!" Protes ku namun tidak dia hiraukan.
"Apa? Kamu kangen sama aku? Sini sini peluk" sergahnya sambil merentangkan tangannya yang sudah bersiap untuk memeluk ku. Kasian sekali kamu abi mana masih muda kupingnya sudah budek.
"Arghh au ah susah ngomong sama kamu" aku pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badan ku. Namun tangan ku dicekal olehnya.
"Mau ikut" ucapnya dengan nada manja sambil memasang wajah puppy eyes nya. Hilih jinjja jinjja not arasso kamu bi.
"Kamu mau aku bunuh pakai apa abi? Pisau? Gunting rumput? Linggis? Cerurit ? Atau apa ? Bilang aja" ucap ku. Membuat sang empu bergedik ngeri.
"Zwiena jahad ah! Huh tidak teman aku sama kamu" balasnya dengan nada anak kecil umur 5 tahun. Aduh gemush banget si tingkahnya minta di cubit pake gunting kuku.
Jahad sekali kamu zwie.
"Udah ah aku mau mandi bapak abian ansel yang terhormat" ucapku. Abi hanya terkekeh geli melihat ku lalu dia megacak acak rambut ku.
"Yaudah silalan mandi nyonya ansel yang terhormat" godanya membuat ku misuh misuh wohoho.
Aku pun masuk ke dalam kamar mandi.
Blam
Buset dah serem amat banting pintunya- batin abi
***
"Ayolah zwie ikut aku makan diluar" mohonnya.
"Tidak abi, sebentar lagi ayah dan ibu ku pulang. Nanti kalau aku tidak ada dirumah berabe urusannya" sahut ku. Aku tidak mau mendapatkan hukuman lagi, sudah cukup luka yang kemaren saja belum sembuh apalagi nanti kalau ditambah bisa bisa aku mati muda.
"Yaudah kita tunggu ayah dan ibu mu pulang. Nanti biar aku yang izin ke mereka" ujarnya. Aku membulatkan mataku. Tidak! Abi tidak boleh bertemu dengan ayah! Aku tidak mau dia masuk kedalam lingkaran hitam keluarga ku.
Aku menggeleng gelengkan kepalaku membuat abi menaikan alisnya.
"Kenapa?"
"Jangan! Ku mohon jangan bertemu ayah ku apalagi ibu ku" ucap ku dengan amat sangat memohon kepadanya agar mendengarkan perkataan ku.
Belum sempat abi menjawab ucapan ku, sudah terdengar suara mobil ayah berhenti didepan rumah.
"Zwiena!!! Siapkan saya makan malam! Cepat!" Teriak sang ayah memerintahkan ku membuatkan makan malam untuknya. Ya tuhan, sebenarnya aku ini anaknya atau pembantunya si?.
"Maaf zwie tapi aku akan tetap bertemu dengan ayahmu" ujar abi membuat aku semakin takut. Benar benar cowo satu ini nekat sekali ingin bertemu dengan ayah ku.
Ya Tuhan. Tolong selamatkan abi dari iblis yang ada dijiwa ayah ku. Aku tidak mau orang sebaik abi dijadikan mangsa ayah dan ibu tiri ku.
Ku lihat abi sudah keluar dari kamar ku melalui jendela. Aku menyerngitkan alisku.
Katanya mau ketemu ayah tapi ko malah keluar lewat jendela- batin ku
Tak lama dari itu suara bel rumah berbunyi.
Oh tidak jangan bilang itu abi! Aku harus segera membukanya sebelum ayah ku yang membukanya.
Baru saja aku menuruni anak tangga, aku sudah melihat ayah membukakan pintu. Aku pun pasrah sudah tidak bisa berbuat apa apa lagi.
Selamat Tuan Abian Ansel, Anda Telah Masuk Ke kandang Iblis yang amat sangat keji ini.
Selamat Menikmati Masuk Didalam Lingkaran Hitam Keluarga ini
Aku mengeluarkan seringai devil ku.
"Huh bodoh sekali kamu abi! Sudah ku bilang jangan tapi kamu tetap keras kepala"
***
"Jadi kedatangan kamu kesini mau izin untuk mengajak anak saya keluar?" Tanya ayah dengan nada dinginnya.
"Iya pal, saya mau mengajak zwiena keluar."
"Naik apa?"
"Kebetulan saya bawa mobil pak"
"Hm pekerjaan mu apa? Saya tidak terima anak saya diajak lelaki sembarang orang!" Ucap Regan a.k.a ayah zwiena.
"Ayah apa apaan si" sahut zwie yang malu dengan perkataan ayahnya. Namun Rita segera menginjak kaki ku, mengisyaratkan kalo dia tidak harus ikut campur dengan urusan ayah.
"Diam kamu! Ikuti saja apa yang ayah kamu katanya" bisiknya, tanpa Rita sadari abi menyimak kejadian itu.
"Saya kebetulan CEO di perusahan galtgher sama lavender's" seketika ucapan abi membuat seisi ruangan menjadi tercengang. Pasalnya kedua perusahaan itu adalah perusahan yang tiap tahunnya naik daun.
Ya Tuhan habis lah aku, akan dijadikan boneka oleh ayah ku.
"A-apa kamu bilang? Perusahaan galtgher dan lavender's ? Hah! Tidak salah kamu berucap seperti itu" ucap ayah ku meyakinkan kalau abi beneran CEO diperusahaan itu. Abi tersenyum manis di hadapan kami bertiga. Sikapnya berubah menjadi wibawa layaknya seorang CEO sungguhan.
"Untuk apa saya mengatakan hal omong kosong tuan" balasnya dengan senyum angkuhnya.
"Oh ya sudah saya izinkan kamu untuk mengajak anak saya keluar" ucapan ayah berhasil membuat abi semakin tersenyum berbinar binar.
Haduh abi! Kamu salah mencari seorang wanita.
"Dengan senang hati saya terima izin ayah. Ya sudah kalau begitu saya pamit dulu ya yah, bu. Terima kasih atas izinnya. Ayo zwiena" ucapnya seraya menarik tangan ku dengan lembut. Lalu kita pergi keluar dari rumah ku.
"Mangsa baru" gumam regan tersenyum licik.
***
"jangan menampakkan kekayaan mu didepan ayah ku!" Ucap ku ketus.
"Kenapa? Kamu takut ayah mu akan memanfaatku?" Tanyanya seraya tau apa yang sedang aku pikirkan.
"A-i iy--"
"Tak apa jika memang nanti nya akan seperti itu. Aku siap terima apa yang akan ayah kamu minta ke aku. Asalkan aku selalu bersama mu zwie" ya Tuhan cobaan apa ini! Kenapa abi bisa bisanya semanis itu terhadap ku. Haduh aku hampir saja pingsan dengan aesthetic bruhh.
***
"Terima kasih udah mau ikut dengan ku" ucapnya dengan nada lembut. Dia menarik tengkuk dagu ku, dia dekatkan wajahnya sehingga deru nafasnya terdengar oleh ku.
"Aku mencintai mu zwiena!" Bisiknya membuat detak jantung ku taraktakdung!
Cup
Dia mengecup bibir ku lembut. Melumatnya dengan lembut tanpa ada rasa nafsu. Abi benar benar kamu ya! Sudah buat pipi ku memanas seperti udang rebut.
"Habis ini langsung mandi ya. Langsung tidur juga. Jangan lupa mimpiin aku" ucapnya mengelus pucuk kepala ku.
Aku tersenyum ke arahnya. Senyumku menandakan kebahagiaan yang tidak pernah aku dapatkan. Sungguh kamu membuatku terjatuh dalam dunia kebahagiaan ini abian.
Tuhan. aku berharap senyum kebahagiannya ini akan bertahan lama.
Aku memang belum mencintai mu saat ini! tapi tidak tau besok, tunggu saja.
***