Chereads / Mata Alam: True Story / Chapter 5 - Debat?

Chapter 5 - Debat?

"*Hati-hati dengan ucapan mu. Boleh jadi hari ini kamu tidak menyukai nya. Tapi, bagaimana kalau keesokan hari kamu menyukainya?

Siapa yang harus di salahkan? Dia? Atau perasaan kamu sendiri? "

Anonim*

Pagi hari di lantai tiga, anak didik kelas dua belas sedang sibuk menyiapkan perlengkapan untuk bahan presentasi di kelas. Presentasi kali ini akan di bimbing oleh Bu Dita tentang Standar Operasional Prosedur atau SOP dengan masing-masing tujuh kelompok yang terdiri dari tiga orang.

Kelompok pertama yaitu Riani, Elsa dan Yani. Mereka menjelaskan apa itu pengertian SOP menurut para ahli, apa saja SOP yang harus di taati di sebuah perusahaan dan tata cara mengikuti SOP dengan baik dan benar. Setelah selesai, dilanjutkan dengan presentasi kelompok dia yaitu Haris, Rina, dan Bana mereka menjelaskan tentang macam-macam SOP. Setelah selesai di lanjutkan dengan kelompok selajutnya.

Setiap kelompok yang presentasi, tidak semua memperhatikan orang yang di depannya sedang berbicara. Ada yang mengobrol, bercanda, tidur dan ada pun yang sibuk memperhatikan dengan terkantuk-kantuk. Tapi, berbeda dengan ku yang saat ini sedang meremas jadinya dengan gelisah.

Entahlah. Setiap presentasi tidak satu kelompok dengan Guntur pasti selalu debat dan tidak pernah mau mengalah. Pemahaman yang berbeda, mengakibatkan kekesalan yang tidak ada ujungnya. Pertanyaan yang tidak berbobot mengakibatkan jawaban yang melenceng entah kemana. Itu lah aku dengan Guntur yang saat ini sedang memperhatikannya presentasi di depan.

Aku memperhatikan dengan seksama, lalu mencatat di buku kecil kata-kata yang tidak aku mengerti untuk di tanyakan pada sesi pertanyaan nanti.

"Nun" Tika memanggil namaku

"Iya, kenapa? " Jawab aku menoleh ke arah Tika

"Mau nanya? " Tanya Tika penasaran

Aku tersenyum dengan devil "Yah jelas aku mau nanya. Aku mau balas dendam, setiap aku presentasi pertanyaan nya selalu susah"

"Hehehe, yaudah terserah kamu. Aku up" Tika mengangkat tangannya tanda tidak mau terlibat perdebatan antara aku dan Guntur.

"Baiklah. Sekian dari presentasi kami. Ada yang ingin bertanya? " Tanya Dayat kepada audience

Aku mengangkat tangan kanan ku dengan cepat

"Akh, Ainun ga asyik akh. Masa kamu terus yang nanya? " Keluh Riani

"No, bu. Kalo Ainun yang nanya pasti debat" Protes Danar kepada bu Dita

"Gini kalau ngga satu kelompok pasti debat terus. Udah itu yang selalu nanya mereka lagi, mereka lagi" Silva menepuk jidatnya sambil menggelengkan kepalanya

"Ainun, biar aku aja yah? " Tanya Tika sambil menatap ku dengan melas

Aku dan Guntur berpandangan dengan senyum licik yang aku sembunyikan di sudut bibir kanan ku.

"Yaudah, lu mau nanya apa sih? Sini gue bakal jawab" Ucap Guntur lalu berdiri dari tempat duduk nya.

Aku sekilas membaca kembali catatan kecil yang berada di tangan ku saat ini.

"Jadi, gini" Ucap ku melihat ke arah Guntur "Mengapa Standar Operasional Prosedur itu penting bagi perusahaan? Jika tidak ada SOP apa masih berjalan dengan baik suatu perusahaan itu atau tidak? "

Aku melihat Guntur tersenyum  kecil lalu menatap aku dengan tajam

"Jelas SOP sangat penting untuk perusahaan, kenapa? Karena itu dapat di jadikan sebuah pedoman situasi bagi perusahaan. Setiap perusahaan wajib memiliki SOP tersendiri, baik perusahaan besar atau bahkan perusahaan kecil sekalipun. Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dan mencapai target  yang dirancang oleh perusahaan. Tanpa SOP, anggota perusahaan tidak dapat bekerja secara efektif dan efisien serta tidak memahami bagaimana ruang lingkup pekerjaannya. Akibatnya, pekerjaan yang mereka kerjakan tidak akan terorganisir dengan baik.

Lalu, apakah tiap perusahaan wajib memiliki SOP? Itu balik lagi ke perusahaannya masing-masing. Kalau pemimpin menginginkan kerja yang efektif dan efisien wajib memiliki SOP tersebut. Jika tidak? Yah, masih bisa di jalani sih, tapi tidak efisien. Nah, gimana? Udah ngerti? Hm? " Jelas Guntur dengan detail

Aku menganggukkan kepala memahami apa yang sudah di jelaskan oleh Guntur "Ngerti kok" Jawab aku sambil mencatat apa yang di ucapkan oleh Guntur.

"Nah, sekian dari presentasi kami. Terima kasih atas perhatiannya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh" Dayat mengakhiri sesi presentasi kelompoknya.

Kali ini giliran kelompok aku yang maju ke depan. Kelompok terakhir yang akan mengakhiri sesi presentasi tentang Standar Operasional Prosedur.

"Sebentar, ibu mau ke kantor dulu. Ainun siap-siap aja dulu, yah? " Pamit Bu Dita keluar kelas

"Iya, bu"

Aku merasakan seseorang menepuk pundak ku dengan pelan

"Kali ini, giliran gue yang balas dendam. Siapin hati lu, oke? " Guntur berbisik di telinga kanan ku

Aku mematung menenangkan ritme jantung ku yang berdegup kencang. Aku berbalik menatap Guntur dengan datar.

"Akh, Guntur. Jangan donk. Plis kali ini aja yah? Jangan nanya " Raut wajahku berubah memelas meminta pengertiannya

"Ga bisa" Tolak Guntur

"Plis, yah? Sekali ini aja. Janji deh nanti ga akan nanya lagi" Ucapku sambil merengek kepadanya

"No"

"Kemarin Guntur nanya, pertanyaannya sulit banget. Tadi Ainun nanya, pertanyaannya gampang. Kan bales dendam yang kemarin bukan yang sekarang"

"Bodo amat" Guntur menatap ku dengan kesal

Aku memukul bahunya dengan kencang "Terserah. Nanya aja yang sulit lagi. Gue ladenin" Aku berbalik sambil menghentakkan kaki ku dengan kesal

"Yaudah, hari ini lu lolos dari gue" Guntur membisikkan di telinga ku

Aku langsung berbalik tersenyum senang

"Makasih, Gun. Terbaik emang" Aku memberikan kedua jempol ku

Guntur hanya menganggukkan kepalanya "Hari ini, gue jadi penonton dulu. Tolong, presentasi yang benar, semut kecil" Tanpa sengaja, Guntur menepuk pucuk kepalaku dengan pelan.

Aku terdiam mematung atas perlakuan Guntur yang diberikan kepada ku.

Ya ampun, ini hati. Kenapa sih? Susah banget di kontrolnya.