Chereads / Mata Alam: True Story / Chapter 9 - Stupid

Chapter 9 - Stupid

"Tolong kuatkan hatiku untuk menghadapi laki-laki macam Guntur, ya Tuhan"

Ainun yang frustasi

"GUNTUUURRR..... " Teriak aku saat melihat Guntur masuk ke dalam kelas.

"Astaghfirullah, Nun" Tika mengelus dadanya terkejut mendengar suaraku yang keras.

"Berisik, Nun. Pagi-pagi udah teriak" Keluh Harus menatapku jengkel.

Guntur menatapku dengan malas "kenapa dah lu?" Tanya Guntur melihat muka ku yang sedang kesal.

"Ngeselin banget emang lu" Jawab aku ga jelas.

"Lah kesel kenapa dah? Gua ga ngapa-ngapain lu, Nun" Guntur makin bingung dengan ucapan ku.

"Gara-gara Komar aku kek orang bego tahu, Ga?".

"Akh? Gara-gara Komar? Emang si Komar bilang apa?" Tanya Guntur kesekian kalinya dengan bingung.

"Lho, Nun. Lu beneran nunggu chat dari Guntur yah semalam?" Ucap Komar menimpali.

Aku gelapan mendengar ucapan Komar "dih, ngga yah. Ga ada kerjaan aku nunggu in chat dari Guntur"

Komar menaikkan alisnya dengan menahan senyum di bibirnya "masa?" Tanya Komar tidak yakin dan tidak percaya dengan jawabanku.

"Iya, kok. Lagian kan semalam Ainun sibuk nonton drakor" Aku memberikan alibi.

"Terus jadinya lu kesel kenapa?" Tanya Komar menggoda ku.

"Akh? Ngga kok, tadi cuma manggil Guntur aja karena telat lagi" Aku masih berusaha mencari alasan yang lain.

Aku mengedipkan mata ku berusaha menghilang kegugupan ku saat ini.

"Bohong"

"Dih, beneran Komar" Aku masih berusaha meyakinkan Komar.

"Yang dibilang Komar tadi, itu beneran? Lu nunggu chat gua?" Tanya Guntur yang masih berada di depan ku.

Aku berbalik menatap Guntur dengan gugup "ng ngga kok"

"Yakin?" Tanya Guntur memastikan.

"Yakin kok" Ucapku berusaha yakinkan Guntur.

"Komar, jangan kek gitu lagi kasian anak orang" Teriak Guntur kepada Komar yang sedang duduk bersama Bana.

Komar hanya cengengesan sambil mengucapkan kata maaf kepada ku.

"Tapi, Nun" Ucap Guntur terhenti

Aku menatap Guntur dengan penasaran.

"Kalo emang lu beneran nunggu gua, ngga apa-apa kok" Guntur mulai menggoda ku.

"Ikhhh, ngga yah. Jangan kepedean jadi orang" Aku menatap Guntur dengan malu.

"Udah sana pergi. Ngeselin" Usir aku mendorong Guntur yang berada di depan ku.

Guntur pergi sambil berjalan menuju mejanya yang ada di samping ku.

"Tapi, Nun. Gua penasaran. Lu beneran nunggu chat dari gua?" Tanya Guntur sekali lagi sengaja menggoda ku.

Aku menatap Guntur dengan tajam.

Flashback kemarin malam

Aku terdiam di kamar sambil memperhatikan ponselku dengan seksama. Tidak ada atau mungkin saja belum ada chat dari Guntur sama sekali.

Jam 21.00 aku masih menunggu chat dari Guntur.

Jam 22.00 aku masih menunggu chat dari Guntur tapi belum ada notifikasi sama sekali.

Jam 23.00 masih tetap sama belum ada notifikasi chat.

"Apa Komar bohong yah sama aku?" Pikirku karena tidak ada chat sama sekali dari Guntur.

Jam 23.30 aku masih menunggu chat dari Guntur sampai ketiduran esok paginya.

Jam 05.00 aku bangun dari tidur dengan cepat mengecek ponselku masih sama dengan semalem, tidak ada chat sama sekali.

"Komar dan Guntur sialan. Awas saja sekolah kalo ketemu" Ancam ku dengan nada kesal.

Flashback End

Aku berdiri berjalan menuju keluar dari kelas "ngga, Guntur" Ucapku sambil berlalu pergi.

Aku berjalan menuju kamar mandi. Setelah sampai di kamar mandi. Aku bercermin sambil mengusap wajahku dengan air. Aku menatap wajah yang saat ini berwarna merah. Ya, aku malu pada diriku sendiri atas kelakuan ku semalam yang menunggu chat dari Guntur. Aku tidak menyadari bahwa itu keisengan Komar yang menggoda ku.

Aku kembali ke kelas ku. Akh, tidak. Aku hanya berdiam diri di teras keras sambil memandang pemandangan sawah, tanaman, gunung dan menikmati angin yang sejuk.

Ketika aku sedang menutup mataku , aku merasakan seseorang berada di samping ku. Perlahan, aku membuka mataku dan melihat ke samping kanan ku. Aku melihat Guntur yang ada di samping ku sambil menatap pemandangan juga.

"Indah yah, Nun?" Tanya Guntur yang masih melihat pemandangan didepannya.

"Hmmm" Aku bergumam menyetujui ucapan nya itu.

"Cantik"

"Teduh"

"Nyaman"

"Bener ga, Nun?" Tanya Guntur meminta persetujuan dariku.

"Iya" Ucapku menatap ke arah lain.

"Nun" Panggil Guntur sambil menatap ku.

Mendengar namaku di panggil, aku menengok ke arahnya dengan mencari arti dari tatapan itu.

"Sebenarnya, gua suka sama seseorang. Mungkin" Guntur mengutarakan perasaan ku.

"Sama siapa?" Tanya ku.

"Ada pokoknya" Jawab Guntur merahasiakan nama itu.

"Ekh, seriusan. Siapa?" Tanya aku dengan nada mendesak.

"Tapi, gua tahu. Gua ga mungkin sama cewek ini, Nun"

"Lho, kenapa?"

"Gua ngerasa minder aja. Mungkin" Jawab Guntur tidak yakin.

"Yah, kalo emang lu suka sama cewek ini, kenapa ngga mencoba ungkapin dulu aja? Yah kalo lu mau nembak, sok aja. Kalo emang cuma ngasuh tahu kalo lu suka sama dia juga, ga apa-apa kok. Ga baik juga di pendem" Aku mencoba memberikan nasihat.

Aku termenung sesaat "tapi, menurut lu sendiri si cewek ini suka ga sama lu?" Tanya aku penasaran.

Guntur menatap ku dengan lama. Aku yang memang tidak bisa menatap nya selama 3 detik mengalihkan mataku dengan cepat.

"Iya, dia suka sama gua, Nun" Jawab Guntur.

"Lah, lu tahu darimana? Kan lu belum nanya ke orang nya" Tanya aku bingung.

Guntur terdiam "dari tingkah dan caranya natap gua beda, Nun".

"Serius?"

"Iya, gua tuh kayak gini bisa menganalisis orang, Nun. Entah adanya benci, kesal, marah ataupun suka sama gua" Guntur memberi tahu ku.

Deg

"Jangan sampai Guntur tahu perasaan ku saat ini" Gumam aku di dalam hati dengan gelisah.

"Dukun yah, lu?" Tebak ku dengan bercanda.

"Bukan, kamvret. Orang lagi serius gini malah ngelawak" Jawab Guntur mendengus kesal.

"Hehehe, kan mencairkan suasana"

"Woy" Teriak Danar dari jendela.

Aku dan Guntur menatap ke arah Danar.

"Ada tugas juga malah di luar lagi. Buruan kerjain. Dasar bapak dan ibu wakil ketua ga ada akhlak" Keluh Danar sambil menggelengkan kepalanya.

Aku dan Guntur hanya tertawa lalu masuk ke dalam kelas berjalan menuju meja masing-masing.

Aku belajar dengan giat sesekali bercanda dengan teman sekelas ketika tidak ada guru. Tak terasa waktu bel kedua berbunyi dan sholat dzuhur tiba, teman sekelas beranjak dari tempat duduknya menuju ke masjid yang berada di depan sekolah ku. Sedangkan aku, hanya duduk di depan teras kelas sambil menikmati pemandangan sekolah yang masih asri.

Setelah selesai sholat, murid-murid SMP berpulang kerumahnya masing-masing atau bermain di sekolah untuk melepaskan penat. Berbeda dengan murid SMK masih ada satu mata pelajaran yang harus diikuti, sebelum bel berbunyi mereka jajan atau bermain terlebih dahulu di area sekolah.

Aku mendapati Guntur menyeret kursi dari luar lalu meletakkan kursi itu di samping ku.

Aku menengok ke arah Guntur "heran dah, dimana pun ada lu terus" Keluh ku.

"Dih, ini namanya gua baik nemenin lu tahu" Ucap Guntur sarkas.

"Yaudah, ga usah ditemenin"

"Ngeselin emang"

"Lebih ngeselin lu ikh"

"Masa?" Tanya Guntur pura-pura tidak tahu.

"Iya"

Aku dan Guntur hanya terdiam saat ini. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang menemani ku waktu istirahat kedua.

"Nun, nanti malam gua mau jujur" Tiba-tiba Guntur memberitahu ku.

"Jujur apa?" Tanya aku bingung sambil menatap wajahnya.

"Tunggu aja malam"

Aku mencibir "ogah, gua nunggu. Ga ada kerjaan"

"Tunggu aja pokoknya" Ucap Guntur seperti memberi ku kode. Tapi aku ga paham.

"Bodo amat, terserah" Balasku mencoba tidur peduli.

Tapi nyatanya, berbeda dengan jantung ku yang saat ini berbeda, mungkin aku menantikan malam hari itu tiba. Tapi, aku pun tidak yakin apakah akan berbohong seperti malam kemarin atau tidak.

Aku menatap Guntur dengan tajam "awas aja kalo di php in lagi" Ancam aku di dalam hati.