Guntur menarik tanganku berjalan menuju meja belakang yang berada di pojok kanan. Lalu, Guntur mendudukkan ku yang ada berada di depannya.
"Kalian jajan aja, gua ga istirahat" Ucap Guntur kepada teman cowok di kelasku.
Lalu, Guntur menatap ku dengan tajam. Sedangkan aku yang ditatap intens hanya bisa menundukkan wajah ku.
"Jadi, Nun" Guntur memulai pembicaraan.
"Gua suka sama cewek"
Aku memutar bola mata ku dengan malas "dari kemarin lu bilang kayak begini, Gun. Males dengernya lagi"
Guntur memukul kepalaku dengan pelan.
Plak
"Sakit, ikh" Keluh ku kesakitan
"Dengerin dulu, jore"
"Iya iya"
"Lu tahu ga ceweknya siapa?" Tanya Guntur kepadaku.
"Ngga, kan lu ngga bilang" Jawab ku dengan singkat.
"Orangnya cerewet, ngeselin pula, sok pinter, badannya gendut..... "
"Jangan julid masalah body shaming dong" Aku memotong ucapan Guntur.
"Yeee, siapa juga yang julid. Gua kan ngomong apa adanya"
"Itu udah termasuk menjelekkan postur tubuh tahu"
"Dih, ngga yah. Kecuali gua bilang dia udah gendut jelek lagi, coba kecilin dikit pasti cantik. Baru itu gua julid masalah body shaming, gimana sih" Guntur menjelaskan kepadaku dengan kesal.
Aku merenung sebentar "oh iya, hehehe. Maklum. Gua tersinggung soalnya sebagai cewek yang memiliki postur tubuh gemuk"
"Ck" Guntur berdecak. Sedangkan aku hanya tersenyum paksa.
"Terus gimana lagi?" Tanya ku mulai kepo.
"Orang nya pendek"
"Ekh, busyet. Ga nyangka selera lu kek gitu" Komentar ku dengan reflek
"Dengerin dulu kenapa sih? Ya Allah"
Aku hanya cengengesan "maaf. Lanjutkan, Gun" Sambil tanganku mempersilahkan Guntur untuk cerita lagi.
"Walau dari segi postur ngga bagus-bagus amat, tapi gua suka cara dia mengekspresikan dirinya sendiri. Entah dari sikapnya, caranya berbicara, dan tatapan matanya. Awalnya, gua cuek dan ga peduli terhadap itu semua termasuk tentang dirinya. Karena yah... Gua ada trauma masa lalu dengan cewek. Tapi, cara dia ngedeketin gua bener-bener buat gua ga bisa berpaling dari dia. Aura dia terlalu kuat bagi gua yang biasa aja dan bisa merasakan hal itu.
Kadang gua mikir. Apa jangan-jangan ni cewek apa-apain gua?"
"Ya, kali dia melet lu. Ngaco"
"Gua tau dia ngga kek gitu, makanya gua mikir ya kali masa melet gua. Gua timpuk aja tuh orangnya kalo beneran"
"Iliiihhh, mulai deh"
"Tapi, ada satu hal yang membuat gua ga bisa ngomong kalo gua pun ada rasa. Mungkin. Yah dia orang nya terlalu islami bagi gua yang biasa aja" Guntur menatap ku dengan tersenyum lembut.
Aku yang melihat senyum Guntur langsung memalingkan muka ku dengan wajah merah merona.
"Tapi, bukan berarti hal itu jadi halangan buat gua ngga deket sama dia. Cuma gua takut, dia malu sama orang yang gua kayak begini keadaannya"
"Hmmmm, menurut gua ga gitu sih, Gun. Kalo dia beneran suka sama lu berarti dia emang nerima lu apa adanya. Ga mandang lu jelek, penampilan lu berantakan, belum suka bolos dan tidur di kelas. Mungkin aja, ada sesuatu yang emang menarik dari dalam diri lu sendiri. Dia ngga melihat luarnya, tapi dalamnya lu itu seperti apa"
Guntur menganggukkan kepalanya sambil menatap jendela.
"Lu mau tahu cewek itu siapa?"
Aku menggelengkan kepalaku tidak tahu.
Guntur terdiam lama sebelum akhirnya mengatakan siapa orang tersebut.
"Lu, Nun"
Aku terkaget dengan ucapan Guntur "akh? Gua? Apanya yang gua?" Tanya aku tidak paham sambil menunjuk diriku sendiri.
"Lu suka kan sama gua?" Tanya Guntur to the point
Aku makin terkejut dengan pertanyaan Guntur yang tepat sasaran.
"Pemikiran darimana itu? Ya Allah" Ucap ku sambil berdiri.
"Ngga, yah Gun. Jangan ngadi-ngadi jadi orang" Aku menutup kegugupan ku.
Aku melihat Guntur sedang menahan senyumnya dengan tingkahku saat ini.
Brak
Seseorang membuka pintu kelas dengan kencang. Aku berbalik menatap ke arah pintu melihat Tika dan teman sekelas yang lain memasuki kelas. Lalu, Tika berjalan ke arah ku sambil menyerahkan jajanan yang aku titipkan padanya.
"Ini pesanan kamu" Ucapan Tika menyerahkan jajan itu kepadaku "ini punya Guntur" Dan Tika menyerahkan pesanan Guntur juga.
"Makasih, Tik"
Aku berbalik lagi ke arah Guntur "nanti lagi di lanjut, ga enak ada temen di kelas" Aku berusaha menyudahi obrolan ku dengan Guntur.
"Kalo ga enak di lanjut, berarti bener donk lu suka sama gua"
"GUNTUR SIALAN" Aku berteriak dengan kesal.
Teman sekelas yang berada di dalam kelas terkejut mendengar teriakan ku.
"Ya Allah, si Umi kenapa lagi?" Tanya Riani sambil mengelus dadanya.
"Huk huk huk. Keselek anjirr" Tika terbatuk-batuk ketika sedang meminum air.
Nur menatap aku dan Guntur heran "kenapa dah tiap ketemu ribut mulu, heran"
"Umi, ikhhh. Berisik. Kaget tahu, aku sampe keselek denger teriakan kamu" Komen Tika kepadaku.
Aku menatap Guntur dengan kesal.
"Makanya, jangan kesel dulu. Cepet duduk lagi" Ucapan Guntur dengan tenang.
Aku menarik kursi ku dengan kencang lalu terduduk di kursi dengan malas.
"Hmmmm. Iya iya gua tahu lu malu saat ini. Gua ga akan ngomong sama siapa-siapa kok. Baik kan gua" Ucap Guntur dengan becanda.
Asli, ga ada yang lucu. Rasanya aku malu detik ini juga, tidak tahu harus ditaruh dimana muka ku ini. Saat ini bahkan wajahku sudah memerah padam.
"Gua juga mau jujur sih. Gua juga suka kok sama seseorang yang ada di depan gua saat ini" Ucap Guntur dengan jujur.
Aku yang mendengar ucapan Guntur hanya tertunduk malu. Jantungku berdebar dengan kencang saat Guntur mengatakan itu.
Apakah ini yang aku tunggu selama ini?
Ini benar-benar gila
"Jadi, tolong yah, Nun. Sampaikan sama orang yang berada di depan gua ini kalo gua suka sama dia"
Ya, bukan Guntur namanya kalo ngga bercanda saat situasi yang serius seperti ini.
"Dih, bilang aja sendiri. Ga ada kerjaan banget gua bilang kek gitu" Lah aku malah membalas candaan Guntur.
Guntur melipat tangannya sambil bersandar kearah kursi "yah, biar ga malu aja gitu"
Aku berdiri dari tempat duduk ku "bodo amat. Bilang aja sendiri. Gua mau makan dulu intinya" Ucapku sambil berlalu pergi dengan wajah memerah padam.
Aku bergabung dengan Tika, Nur, Riani dan Elsa. Selain makan dan minum, kami mengobrol dengan heboh entah tentang gosip terbaru ataupun tentang lainnya. Ya, sedangkan aku hanya berusaha mengalihkan pikiranku atas kejadian tadi.
Satu jam terlah berlalu. Mata pelajaran terakhir sudah selesai dan murid SMK berhamburan keluar kelas untuk pulang ke rumah masing-masing.
Aku, Tika dan Nur berjalan sambil sesekali kami bercerita atau bergosip mengenai drama Korea atau k-pop. Ya kamu sangat menyukai hal-hal yang berbau Korea. Salah satunya, aku yang suka banget dengan Korea terutama dramanya. Tika menyukai EXO dan BTS. Sedangkan, Nur tidak fanatik hanya mengikuti yang dia kenal saja.
Dalam perjalanan, aku terdiam apakah aku harus cerita kepada mereka atau tidak. Tapi, mereka tidak tahu kalau aku suka sama Guntur. Aku tidak tahu apa reaksi mereka, apakah akan terkejut atau mengejek ku?
"Hmm, ekh Tik" Aku memanggil Tika dengan ragu-ragu.
Tika menoleh ke arah ku "kenapa, Nun?"
"Hmm, kek nya aku suka sama Guntur deh" Jawab ku to the point.
"AKH? SUKA SAMA GUNTUR?" tanya Tika sambil berteriak. Sedangkan, Nur yang berada di sebelah Tika pun terkejut mendengar ucapan Tika.
"Anjirr, sejak kapan? " Komentar Nur tidak percaya.
Aku mengusap wajahku dengan kasar "ga tau. Aku yang mau comblangin Tika sama Guntur. Kenapa jadi aku yang suka sama dia" Ucapku dengan frustasi.
"Hahahaha. Sabar yah, Nun" Tika mengelus punggung ku sambil tertawa terpingkal.
"Lagian sih keukeuh, jadi mak comblang. Jadi suka kan. Lagian bukannya itu karma? Hahaha" Ucap Nur mengingatkan dengan tertawa mengejek.
"Bilangnya sih, ga mungkin suka sama Guntur. Tahunya suka beneran" Ucap Tika.
"Bilangnya sih bakal kiamat kalo suka sama Guntur. Tahunya suka beneran" Nur menimpali perkataan Tika.
"Sedih, aku tuh. Mana orangnya tahu lagi" Aku memberikan tahu mereka.
Nur dan Tika membelalakan matanya terkejut "AKH? GUNTUR TAHU? SERIUSAN?"
"Biasa aja ish. Berisik. Malu pula" Pinta ku kepada mereka.
"Anjayyy, sabar yah, Nun. Semoga hidup kamu tenang mulai detik ini" Tika hanya berdo'a dengan keadaan ku saat ini.
Ya Allah, kenapa jadi seperti ini?
Situasi ini berbalik kepadaku.
Aku yang mendekatinya hanya untuk menjadi mak comblang antara Tika dan Guntur. Tapi, aku sendiri yang menyukainya.
Aku harus bagaimana besok sekolah?
Aku hanya bisa mengeluh dan menangis dalam hati.