"Kok jadi ragu yah kalo aku suka sama dia? Aku terlalu takut untuk menyukainya yang tidak aku kenal sama sekali"
Ainun yang bimbang atas perasaannya
Pagi hari sekolah pukul 07.30
Aku sedang duduk di kursi sambil memainkan ponselku membuka aplikasi Facebook. Sedangkan, Tika dan Nur sedang mengobrol dengan teman yang lainnya. Entah berbicara tugas ataupun bergosip.
"Selamat pagi, Nun" Sapa seseorang yang ada di depan ku.
Aku terdiam bingung dengan sapaan Guntur yang ada di depanku. Selamat pagi? Ini orang kerasukan setan yah?
"Akh? Selamat pagi? Lu sehat, Gun?" Tanya aku yang masih terheran-heran.
Guntur mendesis kesal "cih, serba salah banget jadi gua"
"Kan emang salah gimana sih. Lagian lu tumben banget selamat pagi, biasanya juga suka ngajak berantem kalo pagi-pagi lu muncul" Aku mengingatkan Guntur atas kejadian sebelumnya.
"Iya sih. Tapi, kan sekarang berbeda"
"Beda apanya?" Tanya ku semakin bingung.
Guntur menatapku tersenyum sinis "hmmm, gua kan sama lu.... " Guntur mengucapkan kata itu dengan lama.
"Apa?"
"Mau gua bocorin?" Kode Guntur kepada ku
Aku terdiam belum mengerti apa maksud dari Guntur. Setelah aku mengingat, aku langsung berdiri sambil menggulungkan buku ku bersiap untuk memukul Guntur.
"Awas lu kalo sampe lu berani bocorin hal semalam" Ancam aku menatap Guntur kesal sekaligus malu.
Guntur meletakkan jarinya di dagu "hmmmm.... Kasih tahu ga yah?" Guntur menggodaku.
"Guntur ihhhh" Panggil aku dengan kesal.
Aku melihat Guntur tertawa manis. Senang menggoda ku yang sedang gugup.
"Iya iya. Serem banget. Gua takut jadinya" Guntur pura-pura bergidik ngeri melihat ku yang kesal.
"Bodo amat" Jawab ku dengan kesal kembali duduk di kursi ku.
Ketika aku sedang duduk, aku mendengar bisikan di belakang ku. Membicarakan apa yang lakukan dengan Guntur tadi.
"Seriusan ni Ainun sama Gugun ga ada apa-apa?" Tanya Dayat penasaran. Gugun itulah panggilan teman-teman sekelas kepada Guntur. Berbeda denganku, memanggil nama Guntur dengan nama aslinya. Aga gimana gitu, kalo aku manggil Guntur dengan Gugun. Aneh.
"Curiga kalo mereka itu ada apa-apa nya" Harus ikut mengomentari.
"Kalo Ainun cepet baper sih wajar, tapi kalo Guntur ikut baper juga. Ga mungkin kayaknya" Riani ikut mengomentari juga.
"Aku jadi takut lho, kalo Gugun beneran deketin Ainun. Takut buat main-main aja" Ucap Nunuy sambil melihat ku yang ada di depan.
"Coba, Day. Lu kan temennya, tanya gih dia beneran suka sama Ainun ala ngga" Riani menyuruh Dayat untuk bertanya kepada Guntur.
"Ogah" Tolak Dayat dengan cepat.
Begitu gosip dan bisikan teman-teman di belakang ku. Aku hanya memejamkan mataku untuk meredakan rasa kesal dan malu di wajahku. Lalu, aku berbalik menatap mereka.
"Permisi teman-teman ku yang budiman. Jika ada yang perlu ditanyakan silahkan bertanya, jangan bergosip dibelakang saya. Mengerti?" Ucap Aku sambil menatap mereka dengan senyum paksa.
"Baik, umi" Jawab mereka kompak terkejut dengan ucapanku.
Aku berbalik menatap ke depan, meletakkan buku ku dengan keras.
Brak
"Ainun ngamuk"
"Astaghfirullah, Nun" Ucap Tika disamping ku.
"Kenapa, Nun?" Tanya Guntur heran. Sedangkan aku hanya menatap nya dengan sinis.
Jam pelajaran pertama di mulai dengan mata pelajaran bahasa Inggris. Seperti biasa, Pak Firman hanya memberikan buku paket. Kita para murid hanya disuruh untuk mengerjakan soal yang ada di buku paket lalu mengumpulkan tugas itu jika sudah selesai. Lalu, setelah bel berbunyi, dilanjutkan dengan jam pelajaran kedua dengan mata pelajaran Agama Islam.
Agama Islam adalah mata pelajaran kesukaan ku mempelajari tentang fiqih islam, menyetor hafalan dan ada sesi tanya jawab bagi yang belum memahami agama Islam. Kelasku mencatat terlebih dahulu materi yang akan di bahas, sesudah itu dilanjutkan dengan hafalan juz 30. Setelah selesai, sesi tanya jawab di mulai dengan sangat menyenangkan. Tema kali ini adalah akhlak yang terpuji dan tercela di dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka berganti bertanya kepada Pak Bakti mengenai hal yang belum mereka pahami.
"Pak, saya mau bertanya" Guntur mengangkat tangannya dengan tinggi.
"Saya punya temen dia selalu berpikiran negatif thingking terus sama temennya. Saya ga suka sama dia pikirannya bener-bener kolot dan tidak realistis. Itu gimana, Pak?" Tanya Guntur.
"Yah, ga boleh lah. Itu gak baik. Manusia itu harus selalu berpikir positif agar kita selalu terjaga silahturahmi nya dengan baik. Su'udzon atau negatif thingking itu penyakit hati dan harus di hilangkan. Kalo Bapak sarankan, nasehati dia dan ubah dia menjadi lebih baik lagi" Saran Pak Bakti yang sedang berdiri di depan murid-murid nya.
"Jadi, saya boleh ubah sifat teman saya ini kan, Pak?" Tanya Guntur lagi.
"Boleh donk, justru itu bagus" Jawab Pak Bakti.
"Oke, Pak. Kadang saya kesel aja sama sifatnya yang ga baik itu. Terlalu su'udzon sama orang" Ucap Guntur sambil berpura-pura kesal "tuh, Nun. Dengerin" Ucap Guntur menyalahkan ku.
"Dihhh, apaan tiba-tiba ke Ainun? Fitnah tuh" Elak aku tak terima dan tidak mau mengakui. Sebenarnya aku sudah tahu ketika Guntur bertanya seperti itu sedang menyindir ku secara tidak langsung.
"Alaahhh, sok sok an ga tau pula"
"Apa sih?" Tanya aku kesal masih berpura-pura tidak tahu.
"Sudah sudah. Kalian itu ribut terus kerjaannya" Lerai Pak Bakti kepada aku dan Guntur.
Aku memalingkan wajahku dengan kesal. Lalu, aku mengangkat tanganku untuk bertanya kepada beliau.
"Iya Ainun, mau bertanya apa?" Tanya Pak Bakti.
"Saya punya teman. Teman saya ini kelakuannya buat saya istighfar terus. Nah dia tuh, selalu deketin saya biar saya bisa berbaur dengan orang lain. Tapi, terkadang saya kurang nyaman. Ga tau kenapa saya terlalu takut buat kumpul atau diajak bicara"
"Teman kamu itu bagus udah membimbing kamu biar bisa berinteraksi dengan orang lain"
"Tapi, saya masih kurang nyaman, Pak. Kadan ada pikiran takut mereka beginilah, begitulah"
"Kurangi su'udzon nya, yah. Pokoknya kamu harus selalu husnuzon aja dengan teman-teman atau yang ada di sekitar kamu. Menjalin pertemanan itu baik kok, asal tidak menyakiti hati seseorang" Nasehat Pak Bakti.
Aku menggangukkan kepalaku menyetujui apa yang disarankan oleh Pak Bakti. Ya, dari sini aku mencoba untuk mulai berinteraksi dengan yang ada di sekitar ku.
"Tuh, dengerin" Guntur menimpali.
Aku menatap Guntur kesal "lu kenapa komen terus sih? Heran"
"Yah, biarin. Emang masalah buat lu?" Tanya Guntur.
"Yaiyalah" Jawab aku kesal.
"Sebenarnya, itu pertanyaan mereka saling sindir bukan sih?" Tanya Danar heran.
"Iya kayaknya, soalnya pertanyaannya sama persis" Jawab Tika yang mendengar ucapan Danar.
"Heran, lagi belajar aja ada yang diributin" Keluh Riani pura-pura mengusap air mata nya yang tidak ada.
Aku dan Guntur masih saling menatap dengan kesal.
"Awas lu pas istirahat" Ancam Guntur.
Aku hanya menjulurkan lidahku mengejek ancaman Guntur tanpa takut.