Chereads / Mata Alam: True Story / Chapter 19 - Ketahuan Yah?

Chapter 19 - Ketahuan Yah?

"Kok kayaknya teman-teman beda yah? Dari tadi lihat aku terus. Apa jangan-jangan mereka tahu masalah ini? Guntur sialan. Awas aja kalo ketemu"

Ainun menatap temannya dengan horor

Jum'at, 27-Oktober-2017

Saat ini, aku sedang duduk di dalam kelas seorang diri menulis sebuah diary di buku diary ku . Sedangkan Tika dan Nur berada di kantin untuk sarapan pagi. Aku masih fokus menulis di buku diary ku sambil memikirkan apa yang aku tulis di dalamnya.

Jum'at, 27-Oktober-2017

Wahai matahari

Yang menyinari bumi

Menerangi seluruh alam ini

Burung berkicau di pagi hari

Burung menari di sore hari

Angin yang berhembus kesana kemari

Menerpa seluruh alam ini

Entah sampai kapan bumi akan seperti ini

Ketika tanda kiamat terjadi

Seluruh bumi gelap gulita

Tanpa cahaya

Tanpa kedamaian

Tanpa kehidupan

Jika suatu hari nanti itu terjadi

Tolong titipkan salam dan perasaan rinduku untuknya

Ridhoi cinta ini

Untuk sampai ke jannah mu.

Tertanda

Ainun Solihat.

Ya, dari diary yang aku tuliskan ini. Aku berharap kelak aku bisa selalu bersama dengannya. Jika Allah mengijinkan, aku ingin dia menjadi pendamping hidupku sampai mati. Jika tidak, aku akan menerimanya dengan ikhlas dan berdo'a somoga dia akan baik-baik saja dan selalu menjadi pribadi yang lebih baik.

Ketika aku sudah selesai menulis aku mendengar teman-teman ku sedang berjalan ke dalam kelas, dengan cepat aku memasukkan buku diary ku dan bersikap biasa aja duduk dengan tegap sambil memainkan ponselku. Ya, hanya keliatan masuk menu karena aku pun tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Teman-teman ku masuk ke dalam kelas sambil menyapa dan berjabat tangan sesuai tradisi di sekolah kami. Tapi, aku merasa tatapan teman-teman ku ini berbeda dari biasanya. Ada yang menatap ku sambil menahan senyumnya, ada yang menatap ku sambil menggelengkan kepalanya, ada yang menunjuk-nunjuk aku entah apa maksudnya, dan ada yang bersiul seperti kesenangan.

Aku mengernyitkan dahiku menatap mereka dengan aneh.

"Kenapa sih?" Tanya aku penasaran karena dari tadi di tatap oleh teman-teman ku terus.

"Ngga" Jawab Riani sambil menatap kesana kemari menghindari tatapan aku.

"Bohong ni"

"Ekh, beneran, umi. Ga bohong kok" Riani masih mengelak tidak tahu.

Aku menengok ke arah Echa "Cha, kenapa sih?" Aku makin penasaran dengan arti tatapan itu.

Echa meletakkan jarinya di dagu sambil mengelus "hmmm, kasih tahu ga yah?"

"Apaan ikhh" Ucap ku tidak sabar mendengar apa yang akan Echa ceritakan.

"Tapi, umi harus jawab jujur yah?" Tanya Echa.

"Iya lah, masa mau jawab bohong" Jawab aku dengan cepat.

"Awas tah bohong" Echa memperingatkan ku.

"Ngga ikhh. Cepetan" Ucap ku menatap Echa tidak sabar apa yang akan di katakannya.

Echa memandangku sambil tersenyum "Umi sama Guntur yah?" Tanya Echa.

Aku menganga terkejut "akh? Maksudnya gimana ini? Ga paham" Aku sedikit tidak mengerti perkataan Echa.

"Umi sama Guntur pacaran?"

"Akh? Pacaran? Gosip dari mana itu? Ngga dih" Aku mengelak ketika mendengar pertanyaan Echa. Yah memang pada dasarnya aku sama Guntur ngga pacaran.

Lagian aku juga heran. Kok bisa-bisanya mereka menyimpulkan seperti itu. Jangan kan pacaran, di kasih kepastian aja belum sama Guntur. Aishh.

"Bohong dosa lho, Mi" Echa menatapku dengan kesal sambil menunjuk aku.

"Ekh, beneran ngga bohong. Kalo ga percaya yaudah tanya aja ke Guntur nya"

"Tapi, kata anak-anak cowok Umi pacaran sama Guntur" Tuding Echa sambil menunjuk ke teman cowok yang sedang duduk di pojok kanan.

"Dihh, mereka tahu darimana?" Aku heran mendengar ucapan Echa. Sedangkan Echa hanya menggeleng tidak tahu. Toh, Echa juga hanya mendengar sekilas tentang gosip itu.

Geram. Aku berjalan menuju tempat teman-teman laki-laki yang sedang sibuk bermain game. Tapi, tidak ada Guntur karena Guntur belum datang atau mungkin saja sedang berada di perjalanan menuju sekolah. Entahlah.

"YA" Teriakku kepada mereka.

Komar sampai menjatuhkan ponselku terkejut dengan teriakan ku "sialan" Umpatnya.

Dayat menepuk jantungnya menenangkan dari rasa terkejutnya "astaghfirullah"

Haris mengelus telinga nya dengan cepat "budeg gua, Nun"

Mereka menatapku dengan kesal terkejut dengan teriakan ku.

"Kenapa sih? Datang-datang udah teriak?" Tanya Danar kesal.

Aku menunjuk mereka satu persatu "kalian ni yah, jangan suka bikin gosip yang ngga-ngga" Ucap aku memperingati mereka.

"Gosip apaan?" Tanya Danar.

"Pura-pura ga tau ni?" Tanya aku sambil memegang pinggang ku.

"Ga tau, Nun. Gosip apaan emang?" Tanya Dayat sambil menatap teman-teman nya.

Aku menghela nafas dengan kencang "gosip pacaran aku sama Guntur. Itu kalian gosip darimana?" Tanya aku kesal.

"Lho, bukannya emang pacaran?" Tanya Komar bingung.

"Ngga, dih. Itu kata siapa?" Jawab aku.

"Bohong dosa lho, Nun" Danar menimpali.

Aku menghentakkan kakiku dengan gemas dan kesal. Ingin rasanya aku menarik rambut mereka satu persatu.

"Ngga ikhh, orang bener kok"

"Lu ni nyebarin gosip yang ga bener" Tuduh Dayat kepada Haris.

Haris menatap Dayat kesal "ekh, orang gua juga kata si Guntur"

Aku yang mendengar nama Guntur di sebutkan dalam gosip itu menatap Haris dengan tajam.

"Guntur ngomong apa emang?" Tanya aku menahan diri untuk tidak meledakkan amarahku.

"Itu..... Itu Guntur bilang kalo dia lagi deket sama lu sekarang" Jawab Haris tersenyum jenaka.

"Tapi kan ngga pacaran"

"Tuh, lu sendiri mengakui" Tuduh Haris mendengar jawabanku.

"Ishh, tapi kan gosipnya ngga sampai pacaran juga, Ris" Aku menggerakkan kaki ku dengan kesal.

"Tapi, lu mengakui kan kalo lu deket sama Guntur?" Tanya Haris sekali lagi.

"Tapi, kan ga sampai pacaran ikhh. Jangan ngegosip yang ngga ngga" Jawab aku.

"Ohhh jangan Ainun beneran deket sama Gugun? Dari kapan, Nun?" Tanya Dayat tersenyum menatap ke arah ku.

"Dari... " Aku tersadar dengan pertanyaan Dayat "dih apaan? Ngga yah aku ga deket sama Guntur" Aku berusaha mengelak.

"Yakin?" Tanya Komar, Danar dan Haris bersamaan.

"Iya" Jawab aku dengan berusaha meyakinkan mereka.

"Tadi lu mengakui lho deket sama Guntur. Hayooo ngaku" Dayat berusaha untuk membuat ku mengakui sedang dekat dengan Guntur.

"Ngga, ikh"

"Tapi, Nun. Gua tahu lho lu sering telponan sama Guntur" Ucap Haris menggoda ku.

"AKH? KOK TAHU?" Teriakku menatap Haris dengan terkejut.

"Hahahaha, ketahuan kan. Udah sih jujur aja. Lagian Guntur yang bilang sendiri kalo dia deket sama lu" Ucap Haris sambil tertawa puas memergoki ku yang berusaha untuk menutupinya.

Aku yang mendengar ucapan Haris kesal, malu dan marah kepada Guntur. Bisa-bisanya tuh anak malah bilang ke teman-temannya.

"Jadi, sekarang sama Guntur ni, Nun?"  Goda Dayat bertanya kepadaku.

"Kenapa ngga semua cowok kelas aja jadiin lu mantan, Nun" Danar menimpali.

Wajahku memerah padam mendengar teman-teman cowok sekelas ku sedang menggoda ku. Aku hanya tertunduk malu, kesal dan marah dengan situasi saat ini.

"Bodo amat" Aku menutup telinga ku sambil berbalik berjalan menuju mejaku berusaha menghindari pertanyaan mereka.

"Nun, awas" Teriak Komar.

Jedug

"Adaww sakit" Aku mengeluh kesakitan di dahi ku menabrak seseorang yang berdiri di depan ku saat ini.

"Ga papa, Nun?" Tanya Guntur khawatir.

Aku melihat ke atas mendapati Guntur yang khawatir akibat bertubrukan tadi.

Aku menyingkirkan Guntur lalu melanjutkan langkah ku menuju mejaku. Guntur hanya menatap ku dengan bingung dengan tingkahku saat ini.

Penasaran. Guntur bertanya kepada teman-teman nya.

"Kenapa sih?" Tanya Guntur heran saat melihat ku tadi berada di depan teman-teman nya.

"Itu tadi Ainun nanya, gosip dari mana kalo lu sama Ainun pacaran" Jawab Dayat.

"Terus?" Tanya Guntur lagi.

"Yah, gua kasih tahu aja kalo lu lagi deket sama dia. Lu sendiri yang bilang sama kita kita" Jawab Haris menimpali.

"Ekh, orangnya malah kesal" Danar juga ikut menimpali.

Guntur hanya menutup matanya berusaha untuk tidak kesal kepada teman-teman nya "sialan" Umpat Guntur.

Guntur melihat kearah ku yang sedang menutup wajahku dengan melipat tangan ku di meja. Lalu, Guntur berjalan kearah ku dan berdiri di depan ku saat ini. Guntur sedikit membungkukkan tubuhnya lalu berbisik di telinga kanan ku.

"Nanti pulang kita ngobrol berdua yah" Ucap Guntur pelan. Lalu mengelus kepalaku dengan lembut.

Setelah melakukan tindakan itu Guntur pergi dari meja ku, kembali ke tempat teman-temannya sedang duduk.

Teman-teman yang melihat tindakan Guntur yang mengelus kepalaku menjerit histeris.

"WHAT?"

"ASTAGHFIRULLAH"

"APA-APAAN INI?"

"GUA BAPER ANJAY"

"SI GUGUN BISA ROMANTIS JUGA"

Begitulah teriak teman-teman sekelas ku. Sedangkan aku tetap pada posisi itu membenamkan wajah merah ku di balik tanganku sambil mengatur ritme jantungku yang berdetak kencang akibat perbuatan Guntur.