"Hal yang paling tidak disukai oleh para siswa-siswi adalah ketika waktu ujian sudah dekat. Tapi, malas belajar apalagi menghafal mata pelajaran"
Ainun yang frustasi memikirkan ujian kenaikan kelas
Selama seminggu ini adalah hari yang paling tidak disukai oleh para siswa-siswi sekolah Matusha. Mata pelajaran yang sangat padat dan persiapan untuk ujian membuat para murid menjadi jenuh dan otak menjadi lelah.
Bagi yang belajar serius, pasti akan merasakan jenuh, capek dan lelah harus mencatat dan menghafal mata pelajaran. Berbeda dengan siswa-siswi yang berleha-leha dan tidak peduli dengan nilai selama mereka naik kelas dengan nilai rendah yang penting naik ke kelas selanjutnya.
Seperti halnya, aku yang sedang fokus untuk mencatat mata pelajaran Administrasi Perkantoran yang sedang ditulis di papan tulis oleh Echa. Sesekali aku mengeluh capek, menulis terus dari pagi sampai sekarang mata pelajaran terakhir yang membuat ku lelah. Seseorang narik buku ku ketika aku sedang menulis.
"Sini, biar gua yang nulis" Guntur menawarkan dirinya untuk menggantikan ku.
"Terus lu nulis gimana?" Tanya aku heran dengan tawaran Guntur.
"Dari tadi, gua ngga nulis, Nun. Gua ngobrol di belakang sama anak-anak cowok" Jawab Guntur sambil mulai menulis dibuku tulis ku.
"Akh? Ngga nulis?" Aku terkejut dengan perkataan Guntur.
"Hmmm, lagian jadi siswa itu jangan terlalu rajin kayak lu"
Aku hanya terbengong dengan mulut terbuka mendengar ucapan Guntur "gua belajar bukan berarti gua mau raih rangking satu atau dua, yah? Biar gua bego aja" Aku memberikan pernyataan ku kepada Guntur.
"Iya iya, yang pinter mah emang beda" Ledek Guntur.
Aku menarik rambut Guntur dengan kesal "ikhhh, dibilangin bukan itu. Ngeselin emang"
Guntur mengaduh kesakitan "auw duh aw aw, sakit Nun. Rambut gua bisa botak ini" Sambil tangan Guntur mencoba melepaskan tanganku dari rambutnya.
Aku masih tetap menarik rambutnya "ga mau, pokoknya gua lagi kesel" Aku menolak permintaan Guntur untuk melepaskan tanganku.
"Gua sakit, Nun. Astaghfirullah, aw aw aw. Gua bilangin ke mamah ni" Adu Guntur mencoba menakuti ku.
Perlahan aku melepaskan tanganku dari rambutnya "bilang aja sana, wleee" Ucapku sambil menjulurkan lidahku.
Guntur hanya tersenyum tipis "ckk, dasar"
Aku menepuk pundak Guntur dengan pelan "tulis yang bagus yah, boss ku hihihi" Ucapku sambil tersenyum senang.
"Ogah, tulisan bagus gua terlalu berharga buat buku lu yang dipenuhi dengan tulisan kecil-kecil kayak kurcaci" Goda Guntur sambil menatap ku lembut.
"Guntur ikhhhhh" Teriak ku dengan kesal.
Ya, begitulah canda tawa ku dengan Guntur. Sesekali, aku dan Guntur membicarakan teman-teman ku yang kepo dengan hubungan aku dan Guntur. Mereka masih tidak percaya dengan kedekatan ku dan Guntur yang bisa dibilang sangat bertolak belakang.
"Tuh, lihat deh. Pasangan fenomenal tahun ini, tiap hari pasti bercanda mulu" Komentar Dayat yang sedang duduk di samping Komar.
"Biasalah, lagi kasmaran" Harus menimpali ucapan Dayat setelah melihat ke arah aku dan Guntur.
Aku menengok ke belakang mendengar seseorang membisikkan aku dan Guntur.
"Kenapa sih? Komen aja kalian itu" Ucap aku dengan kesal.
"Dih, siapa juga yang ngomongin kalian berdua geer banget" Dayat pura-pura tidak tahu apa maksud aku.
"Dih, bohongnya keliatan banget" Aku menggelengkan kepala ku ketika mendengar ucapan Dayat.
Guntur memutar kepalaku untuk menghadap ke depan "udah udah, jangan diladenin" Relai Guntur.
"Habisnya kesel kan" Aku cemberut sambil menaruh wajahku di meja.
Guntur hanya melihat tingkahku, lalu lanjut menulis mata pelajaran di buku tulis ku.
"Oh iya, Gun" Aku menengok ke arah Guntur "habis ujian kan libur panjang. Lu pulang ke Majalengka?" Tanya aku penasaran.
Guntur berhenti menulis "entah, gua masih mikir" Jawab Guntur bimbang.
"Mikir kenapa?"
"Kalau gua ke Majalengka, lu di Bogor gimana?"
"Yah, ngga gimana-gimana. Gua baik-baik aja pasti di Bogor" Aku menjawab pertanyaan Guntur dengan perasaan aneh.
"Ngga bukan itu maksudnya gua"
Aku mengeryitkan keningku "terus apa?"
"Nanti lu kangen gimana?" Tanya Guntur dengan sedikit menggoda ku.
"Kan bisa nelpon atau kirim pesan, dih" Aku menjawab sambil menundukkan kepala ku. Malu.
"Berkurang ga nanti kangennya?"
"Mana gua tahu dih, ngeselin emang" Aku menepuk pundak Guntur dengan keras.
"Busyet dah ngegombal si Guntur" Komentar Silva yang mendengar perkataan Guntur.
"Ini sih, Dylan 2017" Tika juga ikut mengomentari.
"Tiba-tiba gua merinding dengerin si Guntur ngegembel kayak tadi lho, Cink" Danar ikut mengomentari.
"Kayaknya semenjak Guntur sama Ainun, Guntur jadi gila deh. Harus di ruqyah dia, Cink" Echa yang sedang menulis pun ikut mengomentari tingkah Guntur.
"WOY, DIEM KALIAN" Teriak Guntur dengan wajah memerah. Malu.
"Ciiiyeeee, yang mukanya merah padam" Ledek Dayat melihat wajah Guntur yang memerah.
"Sialan. Dah. Gua mau ke kamar mandi dulu" Ucap Guntur sambil berlalu pergi meninggalkan kelas menuju ke kamar mandi yang berada di lantai satu.
Aku yang dari awal melihat raut wajah Guntur yang memerah tertawa. Untuk pertama kalinya, Guntur memperlihatkan wajahnya yang sedang malu. Uwuu, lucu sekali.
Tak lama kemudian, Guntur kembali ke dalam kelas dengan rambut dan wajah yang sedikit basah.
"Gimana, Gun? Udah ga panas kan?" Tanya Dayat yang memang berniat untuk menggoda Guntur lagi.
"Diem, lu. Awas aja kalo godain gua lagi. Gua bilang sama Riani semua rahasia lu" Ancam Guntur sambil menunjuk Dayat dengan tatapan kesal.
Seketika Dayat menjadi panik setelah mendengar ancaman Guntur "yah, jangan donk, Gun. Ga seru akh, mainnya pake ancaman segala" Ucap Dayat dengan kesal.
Guntur hanya mengangkat bahunya tanda tidak peduli, lalu duduk kembali di sampingku.
"Memangnya, Dayat ada rahasia apa yang Riani tidak tahu?" Tanya Riani yang mulai penasaran.
"Akh, ngga teh. Ngga ada rahasia kok, itu Guntur aja yang becanda" Jawab Dayat dengan gugup sambil menatap Guntur dengan melotot tajam.
"Ikhh, rahasia apa emang?" Riani tidak peduli dan mendesak Guntur untuk menjawab pertanyaan Riani.
"Tanya aja Dayat" Tunjuk Guntur kepada Dayat.
"GUNTUR SIALAAAANN" Teriak Dayat dengan kesal.
"Pulang sekolah Dayat jangan dulu pergi, ngobrol dulu sama Riani. Awas aja kalo kabur" Ucap Riani dengan sedikit ancaman.
"Tamat sudah riwayat ku" Gumam Dayat memukul meja dengan pelan.
Aku mendengar Guntur tertawa kecil melihat Dayat yang frustasi dan kesal kepada Guntur.
"Kenapa sih?" Bisikku dengan pelan penasaran apa rahasia Dayat.
"Ngga" Jawab Guntur tidak mau memberitahu ku.
"Ikhh, apaan?" Tanya aku lagi dengan tidak sabaran.
"Itu kemarin, si Dayat main sama mantannya. Yah, kalo si Riani tahu pasti nanti marah. Syukurin. Beraninya si sama gua" Jawab Guntur sambil tertawa pelan.
Aku tertawa mendengar jawaban Guntur tentang rahasia Dayat. Yah, jelas Riani pasti marah, apalagi Riani juga termasuk orang yang pencemburu.
Aku menengok ke arah Dayat lalu tersenyum "sabar yah, Dayat" Ucap ku tanpa suara.