Chereads / Mata Alam: True Story / Chapter 7 - Chatting?

Chapter 7 - Chatting?

"Dari sini aku mengetahui....

Bahwa saat itu aku mulai menyukaimu"

Ainun Solihat

Malam hari, aku merenung dikamar seorang diri, memikirkan perkataan teman ku tentang aku dan Guntur. Saat ini, aku bertanya-tanya benarkah aku menyukainya? Tapi, aku rasa itu tidak mungkin. Di satu sisi, aku merasa nyaman ketika berada disampingnya, di sisi lain itu adalah hal yang mustahil untuk aku menyukai seorang laki-laki yang penampilannya tidak sesuai sama kriteria ku.

Ketika aku masih merenungkan hal itu. Sebuah pesan dari Facebook muncul di layar ponselku dari Guntur Alam. Aku mengambil ponselku sambil menatap layar dengan terkejut.

"Guntur?" Gumam ku dengan nada kecil

Aku membuka layar ponselnya dengan gugup, masih bingung dengan situasi saat ini.

Guntur Alam

Nun?

Gua ada perlu ni

Ainun Solihat

Ada perlu apa?

Guntur Alam

Tugas hari ini apa?

Ainun Solihat

Tugas mata pelajaran Komunikasi Bisnis, disuruh buat wawancara 2 orang

Guntur Alam

Orangnya gimana kita kan? Mau sama siapa aja?

Ainun Solihat

Iya, gimana kita

Guntur Alam

Oke oke, gua paham

Nanti bikinin yah, Nun

Ainun Solihat

Ogah, bikin aja sendiri

Gua sibuk asal lu tahu, yah

Guntur Alam

Sibuk apaan? Mikirin gua?

Aku membelalakan mataku dengan terkejut, kok tahu? Ni orang manusia apa cenayang? Kok pas banget?

Ainun Solihat

Dih, ngga yah. Pd bener lu

Guntur Alam

Yah, kalo bener pun ga papa

Ainun Solihat

Ogah, banget gua mikirin lu, ga ada kerjaan

Guntur Alam

Hahaha, oke oke

Cuma bercanda kok

See u next tomorrow di sekolah

Aku mengedipkan mata tidak percaya dengan kata-kata yang sedang dibacanya itu. Ni orang kayaknya lagi kerasukan jin yah? Aku masih tidak mengerti dengan tingkah Guntur yang absurd. Setelah memenangkan hatiku, aku bersiap untuk tidur untuk menyambut esok hari yang cerah.

Seperti biasa, aku berangkat sekolah bersama Tika dan Nur. Sesampainya di kelas, kita mengobrol sambil menatap pemandangan sekolah yang masih asri dari lantai 3. Satu persatu, teman sekelas ku datang ke kelas dan bersiap mengikuti mata pelajaran pertama.

"Si Guntur mana? Ga sekolah bukan?" Tanya Dayat kepada Hari

"Ga tau dah, biasanya juga chat kalo dia ga sekolah" Jawab Haris dengan mengangkat bahunya

Aku yang mendengar percakapan mereka merasa khawatir dengan keadaan Guntur. Aku selalu menatap ke arah pintu yang tertutup berharap Guntur akan datang saat ini. Perlahan, pintunya di buka menampakkan sosok seorang Guntur dengan pakaian dan rambut yang berantakan.

"Kaget, anjir. Dikira Guru" Ucap Haris yang sedang merokok saat itu

Guntur perlahan berjalan menuju meja pertama di sebelah ku "biasa ada kerjaan tambahan di rumah" Ucap Guntur sambil mengangkat alisnya menatapku

"Dah, gua mau tidur lagi" Ucap Guntur selanjutnya sambil mencari kenyamanan dalam tidur

"Ekh, busyet. Baru ge datang udah tidur aja" Komen aku

Guntur hanya mengangkat jarinya sambil membentuk tanda V. Aku hanya tersenyum melihat itu.

Tak lama kemudian, Bu Lia masuk ke dalam kelas sambil membawa sebuah buku Kewirausahaan.

"Guntur, bangun. Bukan saatnya tidur" Perintah Bu Lia kepada Guntur. Guntur bangun dari tidurnya dengan mata yang masih mengantuk.

Bu Lia menjelaskan pengertian dalam berbagai macam usaha, dasar-dasar memulai usaha dengan baik dan benar, target maupun pasar yang tepat dalam memulai usaha. Semuanya menatap bu Lia dengan fokus kecuali Guntur yang menatap Bu Lia dengan malas sesekali menguap karena ngantuk. Aku hanya tersenyum melihat prilaku Guntur.

"Baik, Jumat kita ada tugas presentasi"

"Yahh, ibu" Keluh semua anak muridnya temasuk aku

"Kelompoknya mau ditentukan oleh kalian atau ibu? " Tanya Bu Lia tersenyum

"Sama ibu aja. Kalo sama anak-anak nanti yang ada geng-geng an" Jawab Guntur menyindir aku. Sedangkan aku hanya menatap Guntur dengan sinis.

"Oke kita bagi 5 kelompok. Ada yang 5 orang ada yang 6 orang. Kelompok pertama Ainun, Danar, Nurelsa dan Guntur" Bu Lia menyebutkan satu persatu untuk tiap kelompok.

Mendengar namaku disebutkan dan akan satu kelompok dengan Guntur, aku bersorak dalam hati dan bergumam yes dengan pelan. Tetapi berbeda dengan teman sekelasku mendengar nama aku dan Guntur dalam satu kelompok protes, tidak terima kalau aku satu kelompok bersama Guntur.

"Ibu, tolong pisahin Ainun sama Guntur" Pinta Riani dengan memohon

"Ibu tahu sendiri mereka raja dan ratunya debat dan menjelaskan, ganti bu ganti" Pinta Tika juga

"Bu, ni yah. Kalo nanti mereka ngajuin pertanyaan kita kewalahan ga bisa jawab. No, bu. Saya menolak" Ucap Dayat juga sambilan menyilang tangannya membentuk x

"Yeeee, protes aja kalian. Udah sih terima aja, lagian nanti aku ga nanya yang susah kok" Aku mencoba menyakinkan teman ku

"Ga susah darimana? Kamu ni nanyanya yang susah terus kan" Nur menatapku dengan kesal

Aku hanya tersenyum sambil memamerkan gigiku sambil mengangkat tanganku membentuk v

"Sudah, jangan berdebat. Ibu tetap pada kelompok itu tidak boleh di ganti. Jangan lupa kelompok pertama untuk presentasi hari Jum'at sekarang. Ibu permisi dulu. See u. Assalamu'alaikum" Ucap Bu Lia sambil berlalu pergi keluar dari kelas.

Bel jam pelajaran kedua di mulai. Aku keluar menuju ruang guru untuk memanggil guru selanjutnya yaitu Pa Bakti mata pelajaran agama Islam. Setelah dari ruang guru, aku menuju kelas dengan muka riang. Ketika membuka pintu, aku melihat teman sekelas ku menatap ku dengan harap, semoga saat ini guru agama Islam tidak masuk.

"Gimana, Nun? Ada gurunya ga? " Tanya Guntur

"Jadi gini, gengs. Kita ada tugas dari Pa Bakti kalau kita BOLEH NGAPAIN AJA, terserah" Teriak aku dengan girang yang disambut riang oleh teman sekelas.

"Yaudah gua mau molor lagi" Ucap Guntur sambil mengacungkan jempolnya

"Ekh, ga bisa gitu, Gun. Lu harus bahas tugas bareng gue" Aku mencegah Guntur untuk tidur kembali

"Nanti kan bisa di bahas" Guntur menolak dengan halus

"Ikhh, Guntur. Waktunya mepet tahu, ga boleh tidur pokoknya"

"Gua pusing, Nun" Keluh Guntur menatapku dengan mata tertutup

Aku terdiam "oh yaudah, oke. Selamat tidur" Ucapku sambil berlalu. Langkahku terhenti ketika mendengar perkataan Guntur

"Nanti gua chat lu malam, oke?" Tanya Guntur sambil menatapku

Aku menoleh ke arah Guntur sambil menganggukkan kepala ku.

Sekolah berakhir pada pukul 14.00. Semua murid meninggalkan sekolah dan bersiap untuk pulang ke rumah. Aku berjalan dengan teman sekelas sesekali tertawa riang.

"Gua suka" Bisik seseorang di sebelah telingaku

Langkahku terhenti mendengar ucapan itu. Perlahan jantungku berdegup dengan kencang sambilan menatap Guntur yang berjalan di depan ku bersama teman laki-laki yang lain, tidak menatapku seakan itu tidak ada apa-apanya.

Malam hari, aku terus menatap ponselku dengan perasaan gugup. Ketika aku sedang menatap ponselku sebuah pesan chat Facebook muncul di layar dari Guntur. Pada saat itu, aku belum tahu nomor pribadinya dan chat hanya melalui Facebook saja.

Guntur Alam

Kuy bahas tugas

Ainun Solihat

Siap, boss

Malam itu, aku membahas tugas yang diberikan oleh Bu Lia yang akan dipresentasikan dengan tema kritea bisnis yang baik dan tepat, contohnya dan membuat suatu usaha untuk kedepannya nanti. Aku dan Guntur membagi tugas siapa saja yang akan mencari bahan presentasi, mengetik, menjelaskan dan menjawab pertanyaan nanti. Diskusi masih berlanjut sampai menemukan presentasi yang baik.

Setelah selesai aku dan Guntur menyudahi obrolan itu dan bersiap untuk tidur. Ketika aku memejamkan mataku, sebuah pesan muncul di layar ponselku dari Guntur

Guntur Alam

Nun, gua suka sama seseorang

Aku membaca pesan itu terkejut, jantungku berdegup dengan kencang. Lalu, aku flashback saat pulang sekolah tadi. Aku bertanya-tanya apakah dia menyukaiku? Atau menyukai orang lain? Tapi, maksudnya apa dia membisikkan hal itu di telinga ku. Jari jarinya mengetik dengan cepat membalas pesanmu tersebut

Ainun Solihat

Wahh, siapa, Guntur?

Guntur Alam

Dia.........