Chereads / Mata Alam: True Story / Chapter 4 - Guntur Alam

Chapter 4 - Guntur Alam

Hati.....

Jangan terlalu terlena atas kebahagiaan mu

Bersikaplah biasa saja agar suatu hari nanti tidak merasakan sakit yang teramat dalam

Ainun Solihat

Pagi hari di sekolah Matusha. Aku duduk di kursi sambil membaca novel kesayangan ku. Aku terlarut membaca novel itu sampai aku tidak menyadari kalau ada seseorang berada di hadapanku saat ini.

"Hmm"

"Apa? " Tanya aku tanpa menoleh ke arahnya

Seseorang itu menarik kursi di hadapanku dan menatap ku yang sedang membaca saat ini.

"Gua mau nanya"

"Yaudah sih, nanya aja" Jawab aku menatap Guntur dengan kesal

"Lu bisa lihat setan? " Tanya Guntur penasaran

Perlu diketahui, aku memang mempunyai mata batin atau indra ke enak yang bisa melihat makhluk halus. Aku sebenarnya tidak mempermasalahkan. Tapi, kenapa orang yang ada di hadapanku saat ini mengetahui aku mempunyai indra ke enam?

Aku memutar mataku dengan kesal "Iya. Terus kenapa? "

"Kalau setan deketin gua itu kenapa? " Tanya Guntur lagi

"Yah, berarti dia suka sama lu"

"Ternyata, keren juga gua di sukai sama setan"

"Bodo amat, Gun. Udah sana minggir, ganggu orang lagi baca aja" Aku mengusir Guntur dengan mendorong tubuhnya untuk menjauhi mejaku.

"Bentar dulu" Guntur menahan tubuhnya dari dorongan ku "Baca aja. Ga akan di ganggu sama gua kok"

Aku menatap nya dengan kesal "Yaudah" Aku melanjutkan membaca cerita novel kesayangan ku

5 menit dia masih memperhatikan ku.

Tidak lama, aku merasa risi dengan Guntur karena menatapku terus yang sedang membaca novel.

"Udah sih sana akh, ganggu aja" Ucapku sambil menutup novel dengan kesel

"Kok salting? " Tanya Guntur dengan tersenyum kecil

Aku gelagapan "ekh, siapa yang salting? Ngaco akh. Udah sana pergi" Aku mendorong tubuhnya menjauhi meja ku

"Iyaiya, bilang aja kalau malu. Ga usah, merah gitu mukanya" Ejek Guntur sambil berjalan keluar meninggal kan kelas.

Aku menghela napas perlahan "Gila, masa kayak gini aja sampai merah" Aku menepuk-nepuk pipiku

"Kenapa, Nun? " Tanya Tika yang berada di hadapanku saat ini

"Ekh? Ngga. Ga kenapa - kenapa kok hehe" Jawab ku dengan gugup

Tika hanya menganggukkan kepalanya "Lho, teman yang lain belum pada datang? "

"Udah.Tapi, pada ke kantin buat sarapan"

"Oh begitu. Padahal bentar lagi masuk" Ucap Tika sambil melihat jam tangannya

"Bukan mereka namanya kalau pada telat" Aku menimpali ucapan Tika sambil melanjutkan baca novel

Tika duduk di hadapanku "Hmm, Nun"

"Kenapa? " Tanya aku tanpa mengangkat kepalaku dari novel

"Nanti pulang sekolah temenin aku yah? "

Aku melihat Tika dengan bingung

"Ngapain? "

"Mau pulang bareng sama Irvan" Jawab Tika sambil memperlihatkan giginya

"Ekh, ogah. Pulang aja sendiri yang ada nanti aku di kacangin" Tolak aku dengan mentah-mentah

"Aelah, Nun. Sekali aja yah? Please" Tika memohon kepadaku

Aku berdecak dengan kesal "Lama ga? "

"Hehe, ngga kok cuma sebentar. Thanks, Nun" Ucap Tika tersenyum senang

Bell berbunyi. Teman-teman masuk ke dalam kelas dan menempati kursinya masing-masing.

"Assalamu'alaikum" Sapa bu Dita memasuki ruangan kelas

"Wa'alaikum salam" Jawab mereka dengan kompak

"Hari ini, kita akan membahas tentang standar operasional prosedur atau SOP di suatu perusahaan. Sekretaris mana? " Tanya bu Dita menatap anak muridnya

"Saya bu" Jawab Elsa sambil mengangkat tangannya

"Sini, Elsa" Bu Dita menyusul Elsa ke depan

"Nanti kamu tulis di depan dari halaman 8-10 yah? Di rangkum aja" Bu Dita menunjukkan buku dan halamannya untuk di tulis oleh Elsa

"Oke bu"

Bu Dita berdiri menatap anak didiknya "Sebelum di bahas, ibu mau kalian menulis dulu tentang SOP ini. Oh iya, hari rabu pelajaran ibu kan? Buat kelompok minimal 3 orang lalu presentasi ke depan tentang standar operasi prosedur ini yah. Ibu keluar dulu" Ucap bu Dita sambil berjalan meninggalkan kesal

Kelas yang tadinya sunyi. Jadi, ramai setelah bu Dita keluar.

"Kebiasaan banget guru disini, ngasih materi iya tapi ga pernah di bahas. Wajar aja, anak muridnya ga pernah ngerti" Keluh Riani

"Horeee tidur" Teriak Haris dengan gembira. Yah, Haris adalah murid yang selalu tidur di kelas jika tidak ada guru

Aku menatap Tika dan Nur "pokoknya kalian sekelompok sama aku"

"Siap, Nun" Ucap mereka dengan kompak

Aku merasa seseorang menatap ku dengan tidak suka. Aku melihat ke belakang tapi tidak mendapatkan seseorang sedang menatapku. Karena tidak ada guru, aku melanjutkan menulis yang ada di papan tulis. Sesekali, aku bercerita kepada Tika dan Nur untuk menghilangkan kejenuhan.

Bell istirahat berbunyi. Teman-teman di kelas berhamburan untuk keluar dari kelas menuju kantin. Hanya aku dan Guntur yang ada di dalam kelas saat ini. Aku menitipkan jajanan ku kepada Tika karena aku males keluar kelas. Lalu, Aku membuka novel dan membaca dengan serius.

Brak

Seseorang memukul meja ku

"Astaghfirullah" Aku terkejut sambil mengelus jantungku yang berdetak dengan kencang

Aku melihat ke atas mendapati Guntur yang menatapku dengan kesal

"Apaan sih? Kaget tahu ga? "

Guntur menarik kursi yang ada di belakang ku, lalu menempati kursinya di depanku.

"Lu? Kenapa sih kemana-mana selalu bertiga? Hm? Kan ada teman yang lain juga" Tanya Guntur

Aku melihat ke arah lain "Ga kenapa - kenapa, Gun"

"Alasan. Ga punya temen? Kalau lu kayak gini terus yang ada nanti lu beneran ga punya teman. Teman-teman yang lain ngga sejahat itu sama lu. Kalau lu beneran menganggap mereka teman"

"Bukan gitu"

"Terus kenapa? "

"Ga nyaman aja" Aku menjawab sambil menundukkan kepala ku

"Ga nyaman karena lu ga kenal mereka dengan dekat. Coba deh, lu jangan membentengi pertemanan lu. Mereka asyik kok"

"Iya emang. Tapi, ada kejadian yang membuat ku ga nyaman"

"Kejadian apa? " Tanya Guntur memperhatikan gerak gerik ku yang gelisah

"Ada pokoknya. Kamu ga boleh tahu"

Aku mendengar Guntur menghela napas dengan kasar

"Alasan itu yang membuat lu trauma berteman sama mereka? " Tanya Guntur tepat sasaran

Aku hanya menganggukkan kepalaku

"Yaudah, gua ga bisa maksa lu. Tapi, nanti gua ajakin lu buat sedikit berinteraksi lagi dengan mereka"

"Tapi... "

"Ga ada tapi-tapi an. Lu harus belajar buat buka diri lu ke orang lain, Nun. Lu ga bisa gini terus. Nanti gua temani, oke? " Ucap Guntur sambil menatapku dengan lembut

"Iya" Aku menjawab dengan singkat

"Ga jajan? " Tanya Guntur

"Ngga. Aku nitip ke Tika soalnya lagi seru baca novel hehe" Jawab aku sambil menunjuk novel yang ada di hadapanku saat ini

Guntur tersenyum "Yaudah, lanjutin. Gua mau keluar"

Aku melihat punggung nya yang berjalan meninggalkan kelas. Perlahan, aku tersenyum dengan perhatian yang di berikan nya.

"Woy, senyum-senyum sendirian" Teriak Tika di depan pintu

"Karena novel ini,Tika" Jawab aku dengan dusta

"Oh... Ni jajananya" Tika menyerah kan roti kepadaku

"Thanks, Tika"

Aku melanjutkan kembali membaca novel sambil memakan roti.

Bell masuk berbunyi. Di lanjutkan dengan mata pelajaran terakhir yaitu tentang pemasaran yang diajarkan oleh bu Lia. Satu jam, bu Lia mengajarkan tentang pemasaran, strategi pemasaran, target pasar dan lainnya. Tak terasa, bell pulang berbunyi. Aku terdiam menunggu Tika yang sedang membereskan alat tulisnya.

"Ayo, Nun. Let's Go" Ajak Tika dengan semangat sambil menarik tanganku

Aku menengok ke arah Nur yang ada di samping ku "Oh, iya Nur. Nanti pulang duluan aja, aku mau nemenin Tika dulu yang mau jalan bareng sama Irvan"

"Jadi kacang donk? " Ejek Nur sambil menahan tawanya

"Pasrah aja dah" Jawab aku dengan singkat.

"Aku pulang duluan yah? Dah, Nun" Nur berjalan meninggal kan ku sambil melambaikan tangannya

Aku berjalan di belakang Tika dan Irvani sambil memainkan handphone ku dengan ekspresi wajah badmood. Nemenin orang yang pacaran itu rasanya benar-benar di kacangin dan di anggap tidak ada. Bahkan, dunia serasa milik berdua. Nasibnya diriku harus menemani sahabat laknat kayak dia.

"Mau kemana? " Tanya seseorang di belakang ku

Aku menoleh kepalaku

"Guntur? "

"Mau kemana? " Tanya Guntur sekali lagi

"Tuh, nemenin sahabat yang mau pulang bareng sama pacarnya" Tunjuk aku ke arah depan

Guntur melihat ke arah yang aku tunduk dan tersenyum geli "Di kacangin, ekh? "

"Yah, mau gimana lagi. Ga ada yang nemenin juga kan" Aku mengangkat bahu ku

"Yaudah, gua temenin" Ucap Guntur sambil berjalan di sebelahku

"Lho, emang kamu mau kemana? " Tanya aku heran

"Yah, pulanglah. Kan satu arah sama Irvan" Jawab Guntur

"Ohh gitu" Aku menganggukkan kepalaku

"Mantannya Tajul kan? "

Aku melihat Guntur dengan sinis "Jangan bahas mantan"

"Bana juga kan? " Tanya Guntur lagi deng tersenyum jahil

"Ishh, jangan di sebutin nama-namanya" Aku memukul Guntur dengan kesal

"Hebat. Pendek juga udah punya mantan" Ucap Guntur mengejek aku

"Gini-gini juga kan cantik" Ucap aku dengan percaya diri

Aku melihat Guntur menepuk jidatnya dengan keras. Sedangkan, aku hanya tersenyum dengan memperlihatkan gigiku.

"PD banget" Ucap Guntur menggelengkan kepalanya dengan raut wajah kesal

"Bodooo haha" Akku tertawa dengan keras

Sampai di persimpangan, aku melihat Tika berpamitan kepada Irvan pacarnya untuk mengakhiri perjalanan pulang bareng mereka. Tika menghampiri ku dan melanjutkan perjalanan menuju ke rumah nya bersama ku

"Duluan yah, Gun"

"Ya, hati-hati di jalan. Kalau jatoh, telpon polisi jangan telpon ambulance" Ucap Guntur yang membuat ku tertawa

Ya, perjalanan pulang yang membuat tertawa setiap langkah ku. Terima kasih untuk hari ini.