"Wei-Xiong!"
Nie Huaisang melambai heboh pada Wei Wuxian yang berjalan lesu ke arah meja kantin.
Tenaganya sudah dikuras habis untuk membersihkan ruangan multimedia yang luar biasa besar itu.
Catatan saja, ini merupakan Akademi Gusu. Dimana hanya orang-orang yang telah lulus seleksi ketat yang bisa masuk. Tidak ada ruangan yang biasa saja; dalam artian, semua ruangan di tempat ini luas dan megah.
Dan Lan Wangji, sang Ketua Disipiner sekaligus adik dari ketua yayasan ini dengan sangat murah hati telah memberikannya hukuman yang luar biasa kejam ini.
Terkadang Wei Wuxian menyesal, kenapa ia tidak memilih SMA biasa saja ketimbang mengikuti keinginan paman Jiang yang memaksanya masuk ke sini.
"Sepertinya aku akan pingsan. Jiang Cheng, tangkap aku." Wei Wuxian menjatuhkan dirinya secara tiba-tiba dipunggung Jiang Cheng yang tengah meminun cola.
"Uhuk- akh, sialan kau! Bagaimana jika aku mati tersedak!" Jiang Cheng menggoyangkan punggunya. Risih karena dipeluk erat-erat oleh We Wuxian.
"Aku lelah sekali. Ruangan itu besarnya tidak masuk akal. Tanganku hampir patah membersihkan tiap sudutnya." Ia masih belum beranjak, malah memainkan jari-jarinya dipunggung Jiang Cheng.
Tidak sadar jika tingkahnya telah menjadi tontonan gratis para penghuni kantin
Beberapa bahkan tak bisa menahan rasa gemas mereka.
"Wei Xiong. Duduklah yang benar, orang-orang melihatmu seperti makanan lezat." Huaisang menutup setengah wajahnya dengan kipas yang selalu ia bawa; fashion item khas tuan muda kedua klan Nie. Ia menarik ujung seragam Wei Wuxian, tak tahan dengan hujaman atensi yang mengarah pada mereka.
Jiang Cheng yang menyadari tatapan para penghuni kantin langsung menarik Wei Wuxian untuk duduk disampingnya. Mendengus ketika melihat seseorang di salah satu meja telah menjatuhkan atensi berlebih pada makhluk disampingnya itu.
"Berhenti bertingkah bodoh. Makan!" Jiang Cheng mendorong kasar makan siang yang telah ia pesankan untuk Wei Wuxian; sup akar teratai yang luar biasa pedas.
"Jiang Cheng, kenapa kau kasar sekali? Kau tidak kasihan pada pria rapuh ini?" Ia merengek dan Jiang Cheng memutar bola matanya malas. Ia kembali sibuk pada kegiatannya menyalin tugas matematika dari buku Wei Wuxian, mengabaikan sang pemilik yang selalu dramatis.
"Huaisang, Jiang Cheng mengabaikanku lagi!"
Huaisang terkekeh, kadang ia berpikir bahwa Wei Wuxian ini hanyalah bocah TK yang nyasar ke SMA. Tingkahnya benar-benar terlalu sesuatu.
"Wei Xiong, berhentilah bertingkah seperti ini. Kau bisa membuat semua orang disini kehilangan akal dan berbuat khilaf padamu."
Wei wuxian mengernyit, lalu menatap orang-orang disekelilingnya yang tiba-tiba memalingkan wajah. "Memang apa yang akan mereka lakukan?" Ia menatap Huaisang dengan mata polosnya.
"Wei Xiong!" Huaisang sudah kehilangan kata-kata. Teman sekelasnya ini rasa-rasanya memang tak punya rasa peka.
Bahkan tak menyadari tatapan intens dari seseorang diseberang mejanya.
"Wei Xiong, kau lihat meja itu?" Huaisang menunjuk meja ketiga dari meja mereka dengan isyarat dagu.
"Jin Jixuan? Kenapa dengan dia?"
Huaisang memejamkan mata dan menarik napas penuh kesabaran, ia mencondongkan tubuh ke arah Wei Wuxian dan berbisik.
"Dia memperhatikanmu dari tadi."
"Dia memperhatikanku, lalu kenapa?"
Huaisang membuka tutup mulutnya; entah harus bicara apa, kipasnya telah ia lipat dan digenggam erat. Merasa gemas sendiri dengan makhluk dihadapannya.
"Wei Xiong, kau tidak mengerti? Dia-"
"Berhenti bicara omong kosong dengannya. Apa tugasmu sudah beres?" Jiang Cheng menginterupsi, menatap tajam Huaisang yang nyalinya telah menciut dibawah tatapan dingin Jiang Cheng.
"Ah? Oh ha ha, a aku lupa membawa bukunya, jadi ya~" Huaisang menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan kipasnya.
Ia memang murid yang paling bermasalah dalam hal belajar. Kakaknya; Nie Mingjue, bahkan secara pribadi meminta pada ketua yayasan akademi gusu; Lan Xichen yang juga sahabat baiknya untuk memastikan Huaisang belajar dengan baik.
Namun tetap saja. Minat Huaisang tidak ada dalam konteks teori maupun logika, ia hidup untuk seni.
Wei Wuxian merebut bukunya dari Jiang Cheng lalu menyerahkannya pada Huaisang.
"WEI WUXIAN!"
yang dibentak malah cengengesan dan menepuk bahu Jiang Cheng main-main. "Tenang saja, aku dan Huisang adalah representasi dari simbiosis mutualisme." Ia mengangkat tangannya dan melakukan High Five dengan Huaisang, "simbiosis mutualisme kepalamu! Kau hanya membutuhkannya untuk membantumu membereskan hukuman!" Jiang Cheng mendelik judes, ia melipat tangannya dan membuang muka.
"Itu poinnya" keduanya tertawa, membuat Jiang Cheng kesal adalah makanan sehari-hari Wei Wuxian dan Nie Huaisang.
Brak!
Ketiganya terlonjak, Jin Jixuan entah kapan telah berjalan ke arah meja mereka dan menggebraknya.
Jiang Cheng hampir meraih kerah si merak angkuh itu; julukan siswa Akademi Gusu pada calon pewaris kerajaan bisnis Jin Group, Jin Jixuan. "Apa yang kau lakukan?!"
Jin Jixuan tidak menjawab, tatapannya lurus tertuju pada Wei Wuxian yang kebingungan. "Jin Gongzi, ada masalah?" Ia bertanya dengan nada polos.
Jin Jixuan mengepalkan tangannya lalu pergi begitu saja. Meninggalkan para penghuni kantin dengan tatapan tanda tanya.
'Ada apa dengan merak sombong itu?'
Diam-diam, saat sekuruh atensi tertuju pada kepergian Jin Jixuan, Wei Wuxian meraih secarik kertas di atas meja dan terkekeh kecil ketika membacanya.
"Bodoh." Bisiknya lirih.
.