Morgan diam mematung mendengarkan penjelasan dokter. Tak satupun dapat di cerna oleh kepalanya sekarang. Matanya melihat kondisi Shizuru yang parah. Tak ada lagi rona kebahagiaan atau jahil atau teriakan kesalnya karena menyentuhnya tanpa ijin. Baldi segera mengajak dokter meninggalkan kamar inap Shizuru. Mereka berdua perlu waktu untuk memahami apa yang terjadi. Morgan masih diam walau Shizuru menoleh kearah dirinya. Mereka saling bertatapan. Air mata Shizuru turun. "Zai" hanya itu yang dapat diucapkan saat Morgan memeluknya erat-erat. Rasa sakit dan terhina dirasakan Morgan seperti disayat oleh pisau tajam di hatinya.
"Tak apa. Aku mengerti. Maaf aku terlambat. Istirahat saja dulu. Aku akan disini" ujarnya tak tahan lagi, ia ikut berbaring di samping Shizuru walau kabel dan infus masih menempel di tubuh Shizuru. Ia ikut menangis. Seumur hidup tak pernah ia merasakan kehilangan yang berat selain ibunya, tentunya.