"Hahaha ... gue masih inget elu masih cungkring banget, kucai, dah gitu item pula," ujarku mengingat sosok Oxy di masa itu.
"Ya iyalah gue masih sering cacingan waktu itu, Od!" tanggap Oxy setengah kesal.
"Umur elu belum enam tahun kan waktu kita tinggal di sana?" ujarku coba menggali ingatan lama.
"Gue masih empat tahunan kayaknya," ujar Oxy setengah yakin.
"Oiya elu masih jadi anak bungsu, kan?" ujarku mengingatkan Oxy.
"Iya gue masih jadi raja!" ujar Oxy bersemangat.
"Eh ... kalo gak salah elu udah masuk sekolah, kan?," aku coba mengonfirmasi.
"Udah TK gue, Od," jawab Oxy singkat.
Aku ingat Oxy saat itu sudah sekolah di TK Persit Kartika Chandra Kirana yang berafiliasi dengan Komando Distrik Militer (Kodim) 0405. Aku sendiri sudah duduk di kelas 1 SD, di kompleks sekolah yang sama. Sekolah itu hanya berjarak 150 meter dari tempat tinggal kami.
"Od ... elu paling males kalo pulang sekolah karena jalannya nanjak, kan?" ujar Oxy.
"Mending guelah ... daripada elu emang males sekolah!" tukasku
Perbedaan elevasi antara rumah dan sekolah membuat perjalanan pulang sekolah terasa berat karena harus menempuh tanjakan panjang dengan berjalan kaki. Tapi sebaliknya, perjalanan ke sekolah terasa ringan karena jalannya menurun.
Perjalanan pergi biasanya kami tempuh dalam waktu tiga atau empat menit, tetapi perjalanan pulang bisa menghabiskan waktu antara lima hingga enam menit.
"Eh ... Od, masih inget sungai yang di halaman sekolah gak?" tanya Oxy.
"Ya inget dong!" jawabku sambil mengenang topografi di sekitar sekolah itu.
Di halaman sekolah yang sangat luas itu mengalir sebuah sungai dengan kedalaman sepinggang orang dewasa. Saat musim hujan, debit dan ketinggian airnya akan meningkat dibanding biasanya.
Terkadang banyak prajurit yang melakukan latihan fisik di sungai itu, dan tentu saja menjadi hiburan sore bagi kami dan anak-anak lain yang tinggal di lingkungan sekitar situ. Mereka berlatih menyusuri sungai dengan pakaian dan perlengkapan tempur lengkap. Para prajurit itu siap mengorbankan jiwa demi membela bangsa dan negara.
"Inget gak kita pernah terobsesi untuk jadi pejuang karena sering nontonin prajurit latihan di sungai itu?" tanya Oxy lagi.
Selalu ada keseruan dalam sebuah ruang ingatan masa lampau ...
"Huahahahaha gue inget kita sering meniru gerak berbaris mereka dengan senjata laras panjang dari pelepah pisang, trus make topi tempur dari susunan daun mangga dengan pengikat lidi," jawabku sambil tertawa karena berhasil menemukan ingatan lama dari sebuah renungan singkat.
Kami tak kalah gagah dibanding para prajurit itu,siap bertempur membela negara ...!