Malam itu akhirnya Oxy bersedia menceritakan pengalaman interaksi pertamanya dengan mahluk astral ketika usianya masih berkisar empat tahunan.
Aku gak akan memotong penuturan Oxy dengan penggalan dialog kami. Biarkan Oxy menceritakan apa adanya. Begini kisahnya ...
Suatu saat kakek dan nenek datang berkunjung dan menginap selama seminggu di rumah kita.
Dan seperti biasa, kita kan selalu berbincang setelah makan malam di ruang keluarga.
Malam itu aku memilih duduk di pangkuan nenek.
Tak berapa lama setelah itu, aku melihat ke arah jendela yang menghadap ke bangunan sekolah kita.
Kalo elu masih inget ada empat panel jendela di ruang keluarga itu. Masing-masing dua di sisi kanan dan dua sisi kiri pintu utama. Setiap panel jendela terbagi menjadi delapan bidang kaca, dengan konfigurasi empat di sisi kiri dan empat sisi di kanan.
Elu pasti ingetlah seluruh jendela di rumah itu gak dilengkapi gorden penutup, mungkin karena rumah panggung sehingga tidak terjangkau pandang oleh orang yang melintas di jalanan depan rumah ... atau bisa jadi karena kondisi ekonomi keluarga kita waktu itu yang memaksa menempatkan gorden sebagai kebutuhan tersier.
Waktu gue menatap ke arah jendela yang berada di sisi kiri pintu utama, secara perlahan muncul bayangan hitam yang kian lama kian tegas wujud dasarnya.
Anatominya menyerupai tubuh manusia, terdiri dari kepala, leher, bahu, dan sebagian area dada.
Kepalanya berada tepat di tengah bidang kaca jendela yang kedua dari bawah, sedangkan bahu dan sebagian dadanya terlihat di bidang kaca jendela paling bawah.
Semula wujud itu hanya diam, sama sekali tidak membuat gerakan. Sejurus kemudian barulah mulai terlihat bagian kepalanya bergerak perlahan ke arah kanan dan ke kiri, dengan bahu tetap statis di tempatnya.
Tak ada mata, hidung, dan mulut di bagian wajah mahluk itu. Begitu pula dengan bagian telinga.
Mahluk itu hadir tanpa suara, hanya menyajikan wujud visual sederhana apa adanya. Wujud dasar beranatomi mirip manusia. Gue juga gak merasakan sensasi aroma tertentu dari kehadiran mahluk itu.
Kepalanya hanya berupa bulatan sempurna tanpa rambut. Sekujur tubuhnya hanya berupa bayangan, dan gak ada lapisan kulit atau motif tertentu di permukaan tubuhnya.
Gue terus perhatiin bayangan mahluk itu yang sesaat kemudian mulai menghilang secara perlahan ke dalam kegelapan malam.
Sedikitpun gue gak merasakan takut ketika melihat mahluk itu. Makanya gue gak pernah bertanya atau membicarakannya dengan anggota keluarga yang lain, termasuk sama nenek yang sedang mangku gue malam itu.
Satu hal yang pasti, malam itu gue berani menatap tanpa henti ke arah mahluk asing itu, dari mulai kemunculannya hingga kembali menghilang perlahan dalam pekatnya bayangan malam.
Menjelang tidur malam itu, gue putusin untuk melakukan sesuatu sepulang sekolah besok.
Dan keesokan harinya ...