Chereads / INTERAKSI PERTAMA / Chapter 9 - Kematian Sang Hulubalang

Chapter 9 - Kematian Sang Hulubalang

Pada malam keenam terjadi peristiwa janggal lainnya ...

Papi, Mami, Oca, aku, dan Oxy sedang duduk dan rebahan bercengkrama di atas tempat tidur. Makan malam belum lama usai.

Brrrraaaghghghgh ... rreeetttttttt ...

Tiba-tiba tempat tidur itu roboh bersamaan dengan patahnya kayu penyangga di setiap sisinya.

"Wwooowwww .... awassssss ...!" pekik kami terkejut silih berganti.

Rasa panik itu belum lagi reda ketika dari arah kamar Mbak Cica terdengar suara pria mengamuk keras.

"Aaaaarrrrrrgggghhhhhhh ... siapaaaa kaliiiaaaannnn ... berani-beraninya membunuhhh pasukkaannnkuuuu ...?!" teriak mahluk yang malam itu kembali menguasai tubuh Mba Cica.

Papi langsung berdiri dan berlari ke arah kamar Mbak Cica. Kami segera menyusul Papi ke kamar itu.

Mbak Cica sudah dipegang oleh empat saudara pria, ketika kami masuk ke sana. Papi segera menyerang dengan butir-butir merica dari panormal.

Ustad masih terlihat duduk di lantai dekat jendela kamar.

"Huahahahahahahaha ... aku tidak ada di sana ... hahahahahahahaha!" pekik tawa seperti suara raksasa keluar dari mulut Mbak Cica.

"Pak saya saja yang menyerang bagian tangan ... Bapak fokus menyerang ke bagian kaki," ujar Ustad itu.

Papi mengangguk tanda setuju, lalu bergeser ke bagian kaki sambil memberi tempat kepada Ustad untuk mendekati ujung jari tangan Mbak Cica.

"Serang sekarang pak!" ujar Ustad itu memberi aba-aba kepada Papi.

"Trrraaaaaaattttt ... treeeeetttttt ... takkkkkkkk!" suara letupan biji merica silih berganti terdengar keras.

"Aaaaarrrrrrgggghhhhhhhsssssss ... paaaanaaaaaaasssssssss ... lepaskaaannnn ... leeeppppaaassskaaaaaannn ... ampppuuunnnn .... aaaaahhhhh ...!" mahluk yang menguasai tubuh Mba Cica berteriak kesakitan dan menyerah kalah.

Tubuh Mbak Cica menjadi lemas berpeluh seperti malam-malam sebelumnya. Mami pun segera membersihkan tubuhnya dan memberi kompres lap basah di keningnya.

"Cica ... Ca ... Cica ... sadar ... Ca ... ini Pakde," ujar Papi menyadarkan Mbak Cica.

Beberapa saat kemudian ...

"Haus ... panas sekali ... aku haus ... haus," ujar Mbak Cica dengan suara sudah kembali normal.

"Minum teh manisnya ya," ujar Mami segera menyuapkan teh manis kepada Mbak Cica.

"Bude ... terima kasih," ujar Mbak Cica.

"Hulubalang itu sudah mati ... Pakde aku takut rajanya akan datang besok malam kata prajuritnya tadi ... aku takut Pakde," ujar Mbak Cica mengadu kepada Papi ancaman besar selanjutnya.

"Bilang ke mereka bawa seribu rajanya ke sini ... hadapin Pakde!" tegas Papi berupaya membunuh rasa takut Mba Cica.

"Iyyyaaa Pakde ... terima kasih Pakde," ujar Mbak Cica.