Chereads / The Legend Of Atlantis (INDONESIA) / Chapter 5 - Bab 4 PUSARAN AIR LAUT

Chapter 5 - Bab 4 PUSARAN AIR LAUT

Iris mata Hazel ku menatap Denzel yang tengah bermain game, sambil sesekali mejaili Melody yang fokus pada handphone nya. Sementara ibuku tengah membuat sarapan di dapur dengan ayah yang sibuk menelepon seseorang.

Aku memutuskan untuk menyudahi kasus kakek tadi malam, dan berniat melanjutkan nya malam nanti. tentu saja bersama Melody dan bocah menyebalkan itu. Sebenarnya aku tak mau mengajak Melody dan Denzel untuk menyelidiki kasus ini, tapi kedua Kaka beradik itu tidak  menyetujui nya, mereka terlalu keras kepala untuk ikut andil penyelidikan.

Aku pun memakan sereal susu yang dibuatkan ibu ku di dapur. mencoba untuk tidak terlalu memikirkan nya, dan menghiraukan pertengkaran Melody dan Denzel di depanku.

"Anak-anak sepertinya besok Lucy akan berkunjung kemari". Ucap ayah menatap ku sambil tersenyum.

Melody terlihat ceria dengan matanya yang berbinar. "Benarkah?, ibuku akan datang?". Tanya Melody sedikit berteriak.ayah ku hanya mengangguk tersenyum.

"Tapi bagaimana dengan perkejaan nya?, bukankah ibuku masih melakukan penelitian nya di Afrika?". Kali ini Denzel yang bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari game online.

"Ibu mu mengehentikan penelitian nya, begitu mengetahui bahwa kakek Deke menghilang".jelas ayah singkat.

Aku melihat ke arah ibuku yang tersenyum sedih begitu mendengar penjelasan ayah."tenang lah Bu, aku yakin kakek akan segera ditemukan". Ucap ku berusaha menghibur ibu.

Ibuku menatap ku lembut. "ibu tau sayang...karena itulah kita akan menetap di Bawean sampai kakek mu ditemukan".

Aku mengangguk paham. melanjutkan sarapan pagi ku, di ikuti dengan yang lainnya.

Kami menikmati sarapan dalam diam.

"Menurut mu Atlantis itu seperti apa ya?". Tanya Melody ketika kami menyelesaikan sarapan pagi.tangannya sibuk menyisir rambutnya yang panjang dan bergelombang.

"Ntahlah, kakek bilang Atlantis adalah sebuah kota yang damai, tapi tentu saja itu hanya imajinasi kakek". jawab ku melihat-lihat kalung yang kakek berikan padaku.

Aku masih ragu dengan cerita kakek.apakah kakek benar-benar tidak berbohong atau sebaliknya?.  Aku pun membuka laptop ku dan mengetikan  kata Atlantis di Google. disana banyak sekali blog yang menceritakan tentang Atlantis.mulai dari letak geografis sampai asal usul kota Atlantis, dan tentu saja masih belum ada yang mengatakan kota Atlantis adalah nyata, selain kakek Deke tentunya.jika kau tidak percaya mungkin kau bisa menulisnya di Google .namun, ada satu blog yang membuatku tertarik.

di blog itu dikatan bahwa gerbang Atlantis hanya bisa dibuka oleh orang yang mempunyai garis keturunan Dewi Hestia. Huft rasanya aku ingin tertawa begitu membaca kalimat nya. bagaimana mungkin orang yang tidak pernah masuk ke dalam kota Atlantis tau cara membuka gerbangnya? .konyol.

Aku segera menutup laptop ku dan memilih membaca buku daripada blog yang isinya hanya dusta dan kebohongan.sementara itu Melody sibuk mengejar Denzel yang mengambil pita biru kesayangannya.bocah itu bahkan memasukan garam ke dalam jus Melody yang tentu saja membuat nya tersedak.

"Denzel!, Bisakah kau tidak membuat ulah sehari saja?!, Aku bersumpah akan menendang bokong mu begitu aku menangkap mu!!". Teriak Melody melengking, tapi seperti biasanya Denzel sama sekali tidak peduli dan berlari kesana-kemari agar tidak tertangkap Melody.

"Mereka mengingatkan ku saat masih muda Jane". bisik ayah pada ibuku yang tengah melihat pertarungan sengit Melody dan Denzel.

Ibuku tersenyum dan menatap ayahku."aku ingat dulu kau adalah pria cengeng, tapi anehnya aku malah terpikat padamu".

"Ya pesona ku selalu membuat mu terpikat".jawab ayah mencoba menggoda ibu.

Aku hanya mendelikan mataku, dan pergi ke lantai atas. Aku perlu menyusun rencana , sebelum malam mulai datang.

***

Aku menatap Melody yang sibuk memasukan berbagai macam barang ke dalam koper pink miliknya.

"Kau mau kemana?". Tanyaku heran.

"Ck tentu saja membawa perlengkapan kita untuk di bawa ke kota Atlantis nanti".jawab Melody bertolak pinggang.

Aku mendesah kesal. "Melody bahkan kita tidak tau apakah Atlantis nyata atau tidak?, dan lagi membawa koper?, Kurasa kau terlalu berlebihan".

Melody mendelikan bola matanya dan menutup resleting koper."kita tidak tau apa yang kita perlukan nanti,dan lagi keperluan ku banyak". jawabnya sambil melangkah pergi ke luar kamar."tunggu apa lagi?, Ayo, Denzel sudah menunggu di luar Villa". lanjutnya sambil mendorong koper sepelan mungkin, agar tidak menganggu tidur lelap ayah dan ibuku di lantai bawah.

Aku hanya pasrah mengikuti Melody.gadis itu memang keras kepala dan tak mau mendengarkan orang lain.

Di luar Villa, kulihat Denzel tengah menunggu dengan mantel coklat dan celana jeans biru dongker.rambut hitam nya bergerak terhembus angin.

"Kalian membuat ku menunggu lama!".oceh Denzel begitu aku dan Melody sampai di luar Villa, namun aku dan Melody tak begitu mempedulikan ocehan Denzel.

Kami pun mulai berjalan menyusuri pantai. Di ikuti Denzel yang terus mengoceh di belakang. Seperti nya ia masih merasa kesal karena menunggu kami tadi. Dengan hanya di terangi cahaya senter dan sinar bulan, kami berjalan mendekati sebuah batu besar berbentuk segitiga yang dulu pernah kakek tunjukan padaku. Batu itu sangat besar, jika kau tau pantai Tanjung Layar di Banten-Jawa Barat, nah batu itu persis sama besarnya seperti batu di pantai Tanjung Layar, hanya saja batu ini lebih berbentuk runcing dari pada batu di pantai Tanjung Layar.

"Apa kau yakin ini adalah batu yang benar?".tanya Melody begitu kami sampai di dekat batu itu.

Aku mengangguk mantap. "Kakek Deke pernah menceritakannya padaku, aku yakin ini adalah batu yang benar".

Kami pun mulai mengelilingi batu segitiga itu.

"Lihat!, Aku menemukan nya!". Pekik Denzel menunjuk sesuatu berbentuk bulat yang menonjol ke dalam di batu. Ukuran bulatannya sama dengan logam kalung ku. Denzel pun segera mengambil kalung ku dan meletakkan nya disana. Aku lantas memundurkan langkah ku dan menunggu apa yang akan terjadi.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Tidak terjadi apa pun disini.  Suasana di pantai masih sama.

"Hmm mengapa tidak terbuka ya?, Apa mungkin kita salah memilih batu?". Gumam Denzel begitu melihat percobaan nya tidak berhasil.

"Sini,biar aku coba!".seru Melody mengambil kalung ku dan menaruhnya di atas batu, namun seperti yang ku duga, tidak terjadi apa pun.

"Um.. sepertinya legenda Atlantis memang tidak ada". Ucap ku berbisik.

"Tidak mungkin, pasti ada yang salah dengan batunya!, Kakek Deke tidak pernah berbohong padaku". Ucap Melody memukul-mukul batu itu dengan lengannya yang tentu saja membuat nya berteriak kesakitan."batu sialan!". Teriak Melody kesal.

Hening...

Kami terdiam beberapa saat. Hingga aku pun memberanikan diri untuk menempelkan kalung itu dengan tangan ku sendiri. Yaaa siapa tau jika aku yang melakukan nya gerbang itu akan terbuka kan?, Tapi tentu saja aku masih tidak percaya tentang Atlantis. Aku hanya mencoba nya agar Melody tidak merengek padaku agar melakukan nya dengan tangan ku.

Perlahan-lahan aku mulai menempelkan kalung pemberian kakek pada batu itu. Tiba-tiba angin laut berhembus hebat, hingga menerbangkan syal milik Melody.

"Syal ku!!!".teriak Melody begitu syal biru nya terlepas.

JGEEEEER!!

Suara petir membuat kami terkejut. Gemuruhnya seolah menambah kesan mencekam padaku. Aku pun teringat tentang tulisan yang ku baca di salah satu blog tadi pagi. gerbang Atlantis hanya bisa dibuka oleh orang yang mempunyai garis keturunan Dewi Hestia.

"Haha tidak...mu..ngkin kan?". gumam ku tidak percaya. pasti hanya kebetulan. Lagi pula mana ada Dewi Hestia?, itu hanya salah satu Dewi kepercayaan Yunani yang pernah kubaca di buku sejarah. sangat masuk akal jika hanya aku yang bisa membukanya, karena kalung itu milik ku. Kurasa kalungnya akan aktif jika sang pemilik sendiri lah yang melakukan nya, bukan karena aku ini garis keturunan Dewi Hestia.

Aku melihat ke arah air laut yang membentuk pusaran hebat. Pusaran itu seperti angin puting beliung, yang mampu menelan apa saja di sekeliling nya. Aku menelan Saliva ku, berusaha untuk tetap tenang dan terjaga.

Sementara Denzel terlihat ketakutan dengan Melody yang terlihat antusias.

"Legenda itu benar-benar nyata" ucap Melody kagum.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?!" Tanya ku sedikit berteriak agar terdengar oleh kedua kakak beradik itu.

"Kau bodoh ya?, Tentu saja kita harus meloncat ke dalam pusaran itu" balas Denzel menunjuk pusaran air yang berputar semakin kencang.

"Kalau begitu tunggu apa lagi?!, Kita harus segera meloncat sebelum gerbang nya tertutup!" Teriak Melody semangat. Diluar dugaan Melody si anak manja ternyata akan menjadi yang paling pemberani di antara kita bertiga.

"Ta tapi..."

Melody memotong ucapan Denzel"Ck kalo kalian diam saja kita tidak bisa menyelamatkan kakek!". Saat Melody mengatakan itu tidak ada  yang berbicara satu orang pun. Semua memirkan kondisi yang terjadi saat ini."baiklah, aku akan melompat duluan!" seru Melody melompat ke dalam pusaran air.

"Melody!!!" Teriak ku dan Denzel bersamaan begitu Melody masuk ke dalam pusaran air. Sebenarnya apa yang dipikirkan Melody?, Apakah dia tidak memikirkan seandainya ini hanya faktor kebetulan dan pusaran air itu justru malah mengancam keselamatan nya?.

"Ayo melompat!, Kita harus menyelamatkan Melody" kataku tegas.

"Tapi.. pusaran airnya terlalu kencang"

"Ini bukan waktu berpikir Denzel!" Bentak ku yang langsung membuat Denzel terkejut. Denzel mengangguk cepat. "Baiklah dalam hitungan ketiga kita akan melompat bersama" kataku meyakinkan Denzel.

"Satu.."

"Dua..."

"Tiga!"

Pada hitungan ketiga aku dan Denzel segera melompat ke dalam pusaran air. Percaya lah, aku baru merasakan betapa dinginnya air laut di malam hari. Kami terbawa oleh pusaran itu ke dasar laut. Kami bahkan tidak bisa bernafas dan hanya mengikuti arus yang berputar hebat. Perlahan pandangan ku terlihat buram dan gelap. Seperti nya aku terlalu banyak meminum air laut.