Suasana di pusat perbelanjaan Atlantis benar-benar ramai. Aku bahkan hampir bertubrukan dengan seorang Hippokentaur atau orang Atlantis biasa menyebutnya Kentaur, yaitu kuda yang dari pinggang ke atas nya berwujud manusia. Jika kau pernah menonton 'Narnia The Series', kau pasti tau makhluk mitologi ini. Beruntung aku segera menghindar ke arah kiri, sehingga tak perlu berurusan dengan Kentaur itu.
Aku pun melanjutkan langkah ku sambil melihat-lihat keadaan disekitar. Walaupun masih belum terbiasa dengan makhluk-makhluk aneh di Atlantis, tapi suasana disini tidak buruk juga.
Dari jauh aku bisa melihat sebuah kedai kopi berwarna coklat dan kuning yang ramai di kerumuni para pengunjung. Tepat di depan kedai itu, terpasang sebuah papan kecil bertuliskan.
'Mencari seorang barista kopi'
Dengan semangat yang menggebu-gebu. Aku pun masuk ke dalam kedai itu. Ya walaupun aku belum pernah menjadi seorang barista sebelum nya, tapi jangan remehkan kemampuan ku tentang membuat kopi.
Di depan meja barista. Terlihat seorang gadis muda berambut pendek dengan wajah yang ramah, namun ujung telinga nya berbentuk runcing seperti kaum elf. Ntahlah, aku tak tau dia masuk ke dalam ras apa.
Aku pun mendekati gadis berwajah ramah itu. Gadis itu tersenyum dan menyapa ku hangat.
"Se selamat datang, ada yang perlu di pesan nona?" Tanya nya gugup. Hmm sepertinya aku tau dia ras apa. Dari jurnal kakek yang ku baca. Gadis ini sepertinya dari ras Dryad. Ras Dryad memiliki kesamaan yang hampir sama dengan kaum elf dan peri. Hanya saja Dryad biasanya lebih pemalu dan gugup. Di dalam ras Dryad tidak ada yang berjenis kelamin lelaki. Jadi biasanya mereka akan menikahi manusia untuk berkembang biak.
"Um sebenarnya aku tidak kesini untuk memesan kopi"
Gadis itu terlihat kelabakan. "Eh ah ma maaf?, Lalu..ada..yang bisa ku bantu?" Tanya gadis itu dengan pipi yang memerah. Benar-benar ciri khas ras Dryad.
"Ya aku melihat papan pengumuman di depan kedai ini, ku pikir kau membutuhkan seorang barista"
Gadis itu terlihat berpikir dan mengangguk paham. "Ikuti aku" ucap nya seraya berjalan ke arah pintu yang ada di belakang nya. Aku pun mengikuti nya.
Kami berjalan dalam diam. Ternyata bagian dalam kedai kopi ini begitu sangat luas. Ku rasa mereka menggunakan sihir untuk membuat nya terlihat lebih kecil di luar dan luas di dalam. Hmm bisa di bilang 'sihir ilusi'.
Gadis itu berhenti di sebuah pintu berbahan kayu eboni dan mengetuk nya tiga kali. Terdengar suara sahutan yang menyuruh nya masuk dari dalam sana. Gadis itu lalu menyuruh ku masuk bersama nya. Tentu saja dengan senang hati aku menuruti permintaan nya, namun keberanian ku turun saat melihat seorang wanita yang tengah duduk di dalam ruangan itu. Wanita itu memiliki ular di kepalanya. Bukan hanya satu, tapi banyak!.
Berbeda dengan gadis Dryad yang polos dan cerah, wanita itu begitu menyeramkan dengan baju hitam yang di pakainya.
Seketika itu juga, aku teringat dengan film yang ku tonton bersama ayah. Di dalam film, Medusa di gambarkan sebagai wanita jahat yang bisa mengutuk orang yang melihat mata nya menjadi batu.
Aku pun segera menundukkan pandangan ku. Aku tak mau jika pencarian ku mencari kakek Deke berakhir hanya karena aku tak sengaja menatap mata Medusa.
Melihat ku yang menunduk ketakutan. Wanita itu menjadi bingung. Itu terlihat dari ular yang saling memandang bingung di kepalanya.
"Apa ada yang salah dengan penampilan ku gadis kecil?" Tanya wanita itu menaikan sedikit alisnya.
Aku menggeleng cepat tanpa menatap matanya. "Um maaf jika aku tak sopan nyonya, hanya saja aku tak berani menatap mata mu"
"Mengapa?, Takut ku rubah menjadi batu?"
Aku mengangguk tanpa menjawab. Wanita itu pun tertawa terpingkal-pingkal hingga perut nya menjadi sakit akibat terlalu banyak tertawa.
"Ups maafkan aku nak. Kau ini lucu sekali. Aku memang bisa mengutuk orang yang menatap ku menjadi batu, tapi itu pun jika aku mau menggunakan sihir ku" jelas wanita itu sambil meredakan tawanya.
"Jadi maksud mu aku tak akan berubah menjadi batu saat menatap mu kan?"
"Tentu saja sayang, yea kebanyakan orang salah paham mengenai diri ku"
Aku mengangguk paham dan memberanikan diri ku untuk menatap nya. Benar saja tidak ada yang terjadi pada diriku setelah aku menatap mata nya. Aku pun menghela nafas lega. Pikiran ku tentang Medusa yang jahat dan ditakuti luntur seketika. Ya walaupun soal menakutkan nya itu agak sedikit benar. Tentu saja kau juga pasti akan berpikir sama, saat kau melihat ular-ular berbisa yang menjadi rambutnya.
Si gadis Dryad pun memberi tau wanita itu perihal kedatangan ku kesini. Wanita itu pun mengangguk setuju dan menyuruh gadis Dryad mengantar ku ke kebun kopi di belakang kedai.
Aku mengikuti langkah gadis itu menuju belakang kedai kopi, dan terperangah saat melihat kebun yang luas dengan kubah kaca di atasnya. Mungkin bisa di bilang ini seperti rumah kaca, tapi bukan itu yang membuat ku terkejut. Melainkan tanaman yang ada di sana. Dari sini aku bahkan bisa melihat bunga berwarna coklat yang mengeluarkan asap hitam pekat di sekeliling nya. Bunga itu memiliki biji berwarna sama, hanya saja sedikit lebih terang dari pada warna bunga nya.
"A apa ini..?" Tanya ku tanpa melepas pandangan ku dari tanaman aneh itu.
Gadis itu tersenyum dan mendekati salah satu bunga disana. "Ini adalah bunga Eclise Kafes. Kau hanya perlu membantu ku mengambil biji yang ada di tengah bunga itu untuk dijadikan kopi" jelas gadis itu memegang bunga yang disebut Eclise Kafes.
Aku menelan saliva ku. Bagaimana mungkin ada bunga yang seaneh ini. Ini bahkan lebih aneh dari pada bunga Raflesia di pulau Sumatera Selatan. Aku pun mendekati salah satu bunga itu, namun baru saja aku ingin menyentuh daun nya. Bunga itu menyemprot kan cairan hitam pekat yang langsung membuat lengan baju ku bolong. Well apa-apaan ini?!, Bunga ini mau membunuh ku?!!.
Dengan langkah cepat, aku mundur ke belakang. Beruntung cairan itu tidak mengenai tubuh ku, jika iya, sepertinya kulit ku akan bernasib sama seperti baju kaos yang ku gunakan.
"Ada apa?" Tanya gadis itu polos.
Apa nya yang ada apa?!, Apa dia tidak melihat bunga itu hampir saja membunuh ku?. Baiklah aku harus tenang.
"Um seperti nya..aku tidak cocok berkerja disini" kataku beralasan.
"Eh mengapa?, bukan kah ini pekerjaan mudah?, Kau..hanya perlu mengambil biji nya saja"
Yang benar saja. Bagiku ini adalah hal yang sulit. Kaum Dryad mungkin sudah terbiasa dengan tanaman liar, tapi tidak dengan ku. Apa lagi bunga yang mengerikan seperti itu. Aku pun memilih untuk pamit dari kedai kopi. Sial!,. Ternyata mencari pekerjaan tidak lah semudah yang kubayangkan. Aku lupa bahwa ini Atlantis yang pastinya banyak hal di luar nalar manusia, dan lebih parahnya lagi. Lengan baju ku bolong karena cipratan tadi!. Aku pun berusaha berjalan ke tengah kota dengan tangan kanan yang menutupi bagian baju yang bolong, namun seseorang menabrak tubuh ku hingga aku terjatuh. Aw bokong ku yang malang.
Aku bersiap untuk memarahi orang yang menabrak ku, saat seseorang memanggil nama ku.
"Nona Victoria?"
Mendengar itu, aku lalu mendongakkan kepala ku dan terkejut melihat orang yang baru saja menabrak ku. Kulit putih, wajah yang tak berdosa dan rambut perak yang serasi dengan matanya. Tidak salah lagi. Laki-laki ini adalah si perak yang meminta roti ku kemarin, dan secara kebetulan kita bertemu di tempat yang sama persis seperti saat aku melihat nya bertarung dengan paman babi (ada di bab 6).
"Kau tidak apa-apa nona?" Tanya nya sambil membantu ku berdiri, namun bukannya membalas pertanyaan nya, aku malah menarik lengan si perak dan mengajaknya berlari ke gang saat pertama aku bertemu dengan nya. Ku lihat dia agak sedikit terkejut dengan sifat ku yang tiba-tiba menarik lengan nya.
Saat di gang. Aku segera menekuk lutut ku, dengan nafas yang naik turun. Benar-benar melelahkan. Biasanya aku tak terbiasa berlari secepat itu.
Aku menengok kan kepala ku ke arah laki-laki itu yang terlihat tenang melihat ku.
"Kau seharusnya tidak menampakkan dirimu disana, kau tau kan semenjak kau berurusan dengan paman babi. Kau menjadi incaran paman babi, aku tidak mau di tuduh sebagai kaki tangan seorang pencuri di negeri orang" jelas ku menatap nya tajam. Sementara dia hanya diam sambil menggaruk rambut nya yang tidak gatal. Aku mendengus pelan dan berniat untuk meninggalkan nya.
"Tunggu!" Seru laki-laki itu yang langsung membuat ku menghentikan langkah.
Aku berbalik ke arah nya dengan pandangan yang malas meladeni. Ya siapapun akan merasakan hal yang sama seperti ku, saat hari sial menimpa mu.
"Jika kau mau mengolok ku karena lengan baju ku yang bolong, aku tidak ada waktu untuk itu" jawab ku berbalik darinya.
"Bukan itu, apakah kau masih ingat janji ku?" Tanya nya sedikit berteriak.
"Janji?"
Laki-laki itu mengangguk cepat. "Iya, bukan kah aku sudah bilang aku akan mengganti roti mu dengan lima batang emas"
Aku mencoba mengingat-ngingat kejadian kemarin, dan ya dia memang berbicara begitu padaku. aku pun segera berbalik ke arahnya. "Kau..tidak serius kan?"
Laki-laki itu kembali mengangguk. "Aku serius nona, aku kemari hanya untuk memberi mu ini" ucapnya memberikan sekantung emas pada ku.
Aku terkejut dibuat nya. Bagaimana mungkin seorang gelandangan mendapatkan lima batang emas sekaligus?, Bahkan untuk makan saja dia susah. Apakah mungkin emas ini hasil curiannya bersama bocah itu?, Tapi rasanya tidak mungkin. Laki-laki ini terlalu sopan untuk di sebut pencuri.
"Um kau tidak mencuri kan?"
"Tidak nona, ini adalah murni emas ku"
"Lalu dari mana kau mendapatkan emas ini?" Tanya ku masih penasaran.
Laki-laki itu terlihat gugup dan mengusap tengkuknya. "Ya.. itu adalah hasil tabungan ku"
Aku pun menatap sekantung emas itu kemudian beralih menatap mata perak nya. Apakah pria ini sudah gila?, Bagaimana mungkin dia memberikan hasil tabungan nya pada gadis yang baru saja dia temui?. Aku yakin pasti dia menabung ini setahun penuh.
"Kalau begitu, aku tidak bisa mengambil nya. Ini adalah tabungan mu. Well aku bukanlah tipe perempuan pencinta emas" jawab ku tulus.
Laki-laki itu menatap ku dengan pandangan yang tak bisa ku artikan. Ia pun mengurungkan niatnya memberikan kantung emas itu. "Lalu.. bagaimana aku bisa membalas kebaikan mu nona?"
Aku berpikir sejenak. Jika dia memang ingin membalas budi, baiklah aku tidak akan segan-segan meminta bantuan nya. "Kalau begitu, bisakah kau mencari kan pekerjaan untuk ku?"
Laki-laki itu pun menampilkan senyuman nya. "Hanya itu?"
"Iya hanya itu" angguk ku sungguh-sungguh.
"Baiklah, besok jam 2 siang, temui aku di gang ini. Aku akan menyampaikan kabar baik untuk mu nona"
Seketika itu juga, senyum ku melebar. Tidak kusangka dia adalah laki-laki yang baik. "Baiklah, dengan senang hati" jawab ku kembali ceria.
Laki-laki itu membalas senyum ku lembut. Bahkan mungkin sangat lembut. "Senang bertemu lagi denganmu Nona Victoria" gumamnya sambil berlalu pergi beriringan dengan hembusan angin yang menerpa wajah ku.
Laki-laki perak itu menghilang. Sama seperti saat pertama kali kita bertemu, dan bodoh nya, aku baru sadar jika aku belum mengetahui namanya. Ya menimal seharusnya aku tau laki-laki itu dari ras apa. Aghhh aku benar-benar pelupa!!!!.
Menurut mu sebenarnya siapa laki-laki perak misterius itu?, Apakah kau yakin dia benar-benar seorang gelandangan?.