Chereads / The Legend Of Atlantis (INDONESIA) / Chapter 11 - Bab 10 Hazel Di Culik?

Chapter 11 - Bab 10 Hazel Di Culik?

Seorang gadis cantik bergaun hitam tengah berjongkok di sebuah gang kecil di tengah kota. Gaun hitam terasa sangat kontras dengan rambut pirang dan kulit putih nya. Iris mata Hazel nya memancarkan aura kekesalan pada seseorang. Gadis itu sibuk memainkan batu-batu kerikil dengan melemparkan nya ke depan. Sepertinya dia merasa bosan. Tebak siapa gadis itu?.

Ya, gadis itu adalah aku!. Gadis malang yang tengah menunggu seorang pria asing demi mendapatkan perkejaan. Sepertinya itu kalimat yang cocok untuk ku.

Aku sudah menunggu si perak sejak 2 jam lalu, namun laki-laki itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Padahal dia sudah berjanji akan datang jam 2 siang. Bodoh nya aku yang percaya begitu saja. Demi sebuah pekerjaan aku bahkan rela menunggu selama ini, padahal tau nama laki-laki itu saja tidak.

Katakan saja aku terlalu bodoh karena percaya pada orang yang baru beberapa kali kutemui.

Apa aku pergi saja ya?, Tapi Bagaimana jika dia datang ketika aku pergi?. Aghhh sebal!.

Aku pun memutuskan duduk dan bersender pada dinding gang. Baru saja mau menyender mulutku tiba-tiba disekap oleh sebuah tangan besar dan kasar. Aku mendongak untuk melihat siapa orang yang berani menyekap ku.

Orang itu memakai topeng hitam yang selaras dengan tudungnya, tapi topeng itu tidak bisa menyembunyikan mata merah yang menatap ku penuh ambisi. Seketika itu juga pikiran-pikiran liar ku melonjak keluar. Di lihat dari perawakan nya. Jelas sekali bahwa dia adalah seorang pria. Apa yang ingin dia lakukan hingga menyekap ku di gang sempit seperti ini?, Tentu saja apa lagi kalau bukan hal jahat kan?.

Dengan sekuat tenaga aku memberontak hebat dan menendang kakinya, tapi pria ini sungguh kuat, aku bahkan tak bisa melepaskan tangannya dari mulut ku.

Jika kau bertanya, mengapa tidak kau gigit saja tangan nya?, Dengan begitu pria itu akan melepaskan tangannya dan kau bisa leluasa untuk kabur?. Ya!, Tadinya aku juga berpikir begitu, tapi pria ini menggunakan sapu tangan untuk menyekap ku. Aku jadi tak bisa menggigit nya.

"Sebaiknya kau menyerah secara baik-baik Nona." Bisik pria itu pada telinga ku.

Aku hanya bisa menggeleng cepat dengan keringat dingin di dahi ku. Siapa saja tolong aku!. Perlahan-lahan kesadaran ku mulai memudar. Sepertinya pria ini memakai obat bius untuk membuat ku pingsan. Sial!, Aku tak bisa menahan kantuk ku hingga aku terkulai lemas tak sadarkan diri. Semuanya gelap.

***

Cerelia menatap sebuah fhoto wanita tua bergaun ungu. Sorot mata Hazel yang di tampilkan di fhoto itu terlihat anggun dan tegas. Walaupun tua, wanita itu terlihat cantik dan mempesona.

Cerelia menghela nafas pelan. Apakah ini adalah pilihan yang benar untuk ku?' batin Cerelia bimbang dengan perasaan nya sendiri. Ia tau apa yang di pilih nya penuh dengan resiko yang besar. Seandainya tak berhasil Zeus mungkin akan mengutuknya dan sejarah akan mencatat Cerelia sebagai dalang di balik kekacauan Para Dewa, tapi jika ia berhasil, sejarah akan mencatat nya sebagai pahlawan Atlantis dan mungkin saja Zeus akan mengakuinya.

Karena sibuk melamun Cerelia tak sadar jika sedari tadi seseorang tengah memperhatikan nya dari balik pintu. Orang itu adalah Denzel dan tentunya dengan dua saudara Qiong di belakang nya. Semenjak mereka bertemu kedua saudara Qiong itu selalu mengikuti kemana pun Denzel pergi.

"Bos mengapa sedari tadi kau melihat ke arah Cerelia terus?." Tanya Fang Qiong sambil memakan buah plum di tangannya.

"Berhentilah makan Fang, kita bisa ketauan karena cara makan mu yang seperti baru melihat makanan!." Bisik Fen Qiong menasehati saudara nya.

"Aku kan lapar, kau mau bertanggung jawab jika aku mati kelaparan?" Balas Fang Qiong dengan mulut yang terisi penuh buah plum.

"Kecilkan suara kalian, kalian bisa membuat Cerelia mengetahui keberadaan kita" bisik Denzel kesal. Kedua saudara Qiong mengangguk setuju, namun Cerelia sudah terlanjur mengetahui keberadaan Denzel dan dua saudara Qiong. Ia pun segera menyembunyikan fhoto itu pada saku baju nya.

"Denzel apa ada yang kau butuhkan?." Tanya Cerelia berbalik ke arah Denzel.

Terpaksa Denzel keluar dari tempat persembunyiannya, begitu pula dengan Fen Qiong dan Fang Qiong. "Um aku..hanya kebetulan lewat saja" ucap Denzel menatap sinis Cerelia.

Cerelia tersenyum lembut. Ia tau Denzel sangat tidak menyukainya sejak pertama kali mereka bertemu. "O oh...begitu ya, ka kalau begitu kebetulan sekali aku juga mau keluar untuk membeli teh, bagaimana jika kita belanja bersama?" Ajak Cerelia masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. Biar bagaimanapun ia harus berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Denzel. Bagi Cerelia, Denzel adalah kartu yang penting untuk menjalankan rencananya.

"Dari nada bicara mu, sepertinya ada yang kau sembunyikan?" Ucap Denzel mengacuhkan ajakan Cerelia.

Cerelia menampilkan ekspresi terkejut, kemudian segera mengontrol emosi nya kembali. Denzel tidak boleh mengetahui hal ini.

"Eh! Kelihatan ya?, Aku hanya sedang memikirkan ayah ku, Dewa Poseidon. Sudah lama aku tidak kembali ke dasar laut, aku jadi teringat tentang nya" jelas Cerelia terlihat khawatir.

"Jujur saja, aku masih belum mempercayai mu, untuk ukuran seorang putri Dewa Poseidon kau terlihat mencurigakan" tunjuk Denzel pada Cerelia. "Apa sebenarnya tujuan mu?"

Cerelia terdiam sesaat. "Apa maksud.."

"Cerelia!" Panggil Melody yang tiba-tiba datang dari balik pintu. "Kenapa lama sekali?,. Aku sudah menunggu mu sedari tadi!" Teriak Melody kesal.

"Ah anak manja ini!,kau tidak lihat aku sedang berbicara pada Cerelia?!" Tanya Denzel kesal.

Melody mendelikan bola matanya. "Apa sih, anak kecil pergi sana!." Sergah Melody menarik tangan Cerelia keluar. Meninggal kan Denzel dan dua saudara Qiong di penginapan.

Melody datang di saat yang tepat batin Cerelia berbisik. Jika tidak, Denzel mungkin akan mengetahui siasat nya.

Melody mengajak Cerelia ke pusat perbelanjaan tanpa sedikitpun curiga pada Cerelia. Tentu saja, Melody terlalu polos dan baik untuk menaruh curiga pada temannya sendiri. Tidak salah ia memilih Melody sebagai pion keduanya. Biar bagaimanapun rencananya kali ini harus berjalan lancar. Zeus harus mengakui nya.

"Apa ada yang kau pikirkan Lia?, Kau hanya diam sepanjang perjalanan tadi" tanya Melody menatap kuku jarinya yang memanjang.

"Ah tidak kok, mungkin karena aku sedikit pusing saja" jawab Cerelia tersenyum canggung.

"Oh begitu.. ngomong-ngomong Hazel kemana ya, sudah sore tapi Hazel sama sekali belum kembali ke penginapan, aku jadi agak khawatir" ucap Melody melirik kesana kemari, berharap melihat Hazel di antara gerombolan penduduk kota Atlantis.

Cerelia pun menghentikan langkahnya. Ia baru teringat tentang Hazel. Karena satu-satunya turunan terakhir Dewi Hestia pasti banyak yang mengincarnya. Walaupun tidak banyak yang mengetahui hal ini bukan berarti tidak ada sama sekali kan?. Ia tidak boleh kehilangan pion utamanya.

Cerelia pun berpamitan pada Melody dengan alasan sakit kepala. Benar ia tidak boleh lengah. Ada urusan lain yang lebih penting. Sebuah pengakuan.