Chereads / The Legend Of Atlantis (INDONESIA) / Chapter 6 - Bab 5 CERELIA

Chapter 6 - Bab 5 CERELIA

"Hei ayo cepat bangun!". Samar-samar aku mendengar suara Denzel yang berteriak. Aku pun membuka mataku perlahan. Hembusan angin laut menyambutku waktu pertama aku membuka mata, setelahnya aku melihat awan cerah dan...ekor ikan besar?. Tunggu, sejak kapan ada ekor ikan sebesar ini disamping ku?.

"Apa yang kau lakukan?!, Lihat kepala ikan itu bodoh!". Seru Denzel terlihat kesal.

Aku pun mendongak untuk melihat kepala ikan tersebut.

Seketika itu juga badan ku terasa beku dan tak bisa bergerak. Aku melihat hal yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dari atas memang terlihat seperti seorang manusia tapi kakinya berbentuk ekor ikan.

"Si SIREN?!" Teriak ku langsung menjauh dari Siren tersebut. Aku mencari-cari buku jurnal kakek yang terletak tak jauh dari ku. Untung saja aku membawa buku ini bersama ku, jika tidak aku tidak akan tau informasi makhluk ini.

Aku pun membuka lembaran jurnal yang berisi informasi dari makhluk siren tersebut. Kalau tidak salah, aku pernah membaca nya kemarin. Tapi dimana?!, Sial!. Aku terus membuka lembaran itu dengan gusar. Hingga tangan ku berhenti saat melihat gambar manusia setengah ikan di buku itu. Aku membaca keterangan disampingnya.

Mahkluk ini bernama Siren. Berwajah cantik seperti bidadari, Namun berhati-hatilah terhadap suara nyanyian nya. Suaranya akan menghipnotis siapapun yang mendengarnya.

Setelah membaca keterangan singkat itu, aku pun segera menutup telinga dengan kedua tangan ku dan menyuruh Denzel melakukan hal yang sama.

"Menjauh dariku!, Atau aku akan membuat mu menjadi ikan goreng!!!". Perintah Denzel menunjuknya.

"Tunggu, aku bukan lah makhluk jahat seperti yang kalian pikirkan". Bela Siren itu panik.

"Aku tidak akan tertipu oleh mahkluk seperti mu". Kataku tajam.

"Tidak Hazel, apa yang di ucapkan Cerelia itu benar". Sahut Melody yang datang dari belakang ku dan Denzel. Aku mengerutkan kening ku tidak mengerti. Apa maksud dari perkataan nya?.

"Um maafkan aku karena telah mengejutkan kalian, namaku Cerelia dan aku bukan lah orang jahat seperti yang kalian pikirkan". Jawab Siren itu yang ternyata bernama Cerelia.

"Ya itu benar, Cerelia lah yang menolong kita dari badai kemarin". Celetuk Melody menambah kan.

"Tapi, tapi ekor mu itu...bukankah itu menunjukkan kalau kau adalah seorang Siren?". Tanyaku masih tak percaya.

Cerelia tertawa kecil. Membuat rambut biru sepanjang lutut nya bergerak perlahan. "Aku bukanlah Siren, aku adalah putri Dewa Poseidon, Cerelia. Suara ku tidak semerdu para Siren dan lagi para Siren tidak tinggal di daerah sini, mereka tinggal di pulau Sirenusian"

"Kalau begitu buktikan, bahwa kau bukanlah seorang Siren". Perintah ku masih menutup telinga dengan kedua tangan.

Cerilia mulai membaca suatu mantra dengan mata terpejam. Tiba-tiba cahaya menyilaukan datang dari ekor ikannya. Cahaya itu sangat menyilaukan hingga membuat aku, Melody, dan Denzel menutup mata.

Setelah membuka mata perlahan-lahan iris mata Hazel ku terfokus pada gadis berambut biru lurus sepanjang lutut, dengan menggunakan gaun putih dan kaki jenjang yang tak ber-alas. Ya benar sekali. Gadis itu adalah Cerelia, dan dia terlihat seperti manusia biasa dengan kaki jenjangnya.

Cerelia menyunggingkan senyum nya. Ia memutar kan badannya ceria. "Lihat kan, aku bukanlah seorang Siren, Siren tidak akan bisa mengubah ekornya menjadi kaki sekalipun itu menggunakan sihir".

"Woah hebat Cerelia, bagaimana kau melakukannya?!!". Tanya Melody melihat-lihat kaki jenjang Cerelia.

"Ya..aku bisa melakukan sedikit sihir".

Aku melihat Cerelia tak percaya sekaligus kagum. Ternyata Cerelia terlihat lebih cantik jika terlihat normal seperti itu. "Um aku minta maaf, ku pikir kau adalah seorang Siren".  Jawabku gugup.

"Tak apa-apa, ngomong-ngomong, siapa nama mu?"

"Aku Hazel dan ini saudara ku Denzel". Jawabku menunjuk Denzel yang menatap angkuh.

"Bodoh,cepat minta maaf pada Cerelia!". Ujar Melody menepuk kepala Denzel.

"Aku tidak mau minta maaf pada ikan jadian-jadian ini,lagi pula dia duluan yang mengagetkan ku!". Ucap Denzel teguh dengan pendiriannya.

"Bocah ini.."

Aku memotong kalimat Melody, sebelum kakak beradik itu kembali bertengkar. "Ah maafkan kelakuan saudara ku, dia memang tidak bisa bersikap sopan".kataku tertawa canggung.

Cerelia hanya tersenyum. Kami berbincang-bincang sesaat, kemudian Gadis itu mengajak kami untuk pergi ke pusat perbelanjaan Atlantis. Dia mengatakan, pakaian kami terlalu basah untuk dipakai. Awalnya aku sama sekali tak percaya bahwa aku sudah berada di Atlantis, namun ketika aku melihat banyak makhluk aneh yang berkeliaran di pusat perbelanjaan, aku pun menyadari. Ini bukanlah dunia yang biasa ku tinggali.

Dari jauh aku bahkan bisa melihat dua manusia yang memiliki paruh burung dan bersayap. Disisi dua orang itu, aku melihat pria tua kecil berjanggut panjang tengah memilih bunga yang tak ku kenali jenisnya. Tinggi nya bahkan  hanya sampai selutut ku.

"Pria itu adalah kaum Kurcaci, mereka terkenal dengan tubuh pendeknya, dan sangat menyukai emas".jelas Cerelia melihat ku yang kebingungan. "Mereka bahkan bisa melakukan apa pun demi benda berkilauan itu". lanjutnya sedikit berbisik di telinga ku. Aku hanya mengangguk sambil melihat-lihat penghuni kota yang terlihat membaur.

Benar perkataan kakek. Atlantis adalah kota yang damai. Mereka bahkan tak mempedulikan perbedaan ras sama sekali.

"Lihat itu!" Seru Cerelia menunjuk sebuah toko baju yang tak jauh dari kami.

Kami pun segera pergi ke arah yang di tunjuk Cerelia. Toko itu berukuran sedang dengan tanaman hias di depannya. Ketika aku memasuki toko itu. Terdengar suara gemerincing lonceng, yang menandakan ada seorang pelanggan yang masuk.

Seorang pria berumur 35 tahunan menyambut kami begitu kami memasuki toko. Pria itu terlihat normal seperti manusia pada umumnya. Tidak ada keanehan apa pun pada dirinya.

"Apa..kau manusia?". Tanya Denzel tiba-tiba.

Pria itu tertawa terbahak-bahak. "Apa yang kau tanyakan bocah?, Tentu saja aku manusia". Ucap pria itu masih dengan tawa yang menggelegar.

Denzel menatap pria itu kesal. Sementara Melody menyuruh Denzel untuk bersikap lebih sopan pada pria itu.

"Oh iya, teman-teman perkenalkan, paman ini adalah Piero. Dia adalah kenalan ku dari ras manusia". Ucap Cerelia mengenalkan pria itu padaku.

"Senang bertemu denganmu paman Piero, perkenalkan namaku Hazel dan mereka adalah dua saudara ku Melody dan Denzel". Kataku sopan. Melody melambai kan tangannya pada paman Piero sedangkan Denzel malah memalingkan wajahnya. Tak kusangka ada seorang manusia juga disini.

"Senang juga bertemu dengan mu gadis manis". Jawab paman Piero menyunggingkan senyum nya. "Hmm kau berasal dari ras mana?, Jarang sekali ada orang bermata Hazel dan berambut pirang seperti mu?, Apakah kau termasuk keluarga kerajaan?". Tanya paman Piero dengan pertanyaan yang berbondong-bondong.

"Eh?!, Ah itu..ini adalah bawaan lahir, karena itu orang tuaku memberi nama Hazel sesuai dengan warna mataku". Jawabku singkat. Ya di antara keluarga Victoria yang lain, akulah satu-satunya orang yang memiliki warna mata Hazel dan berambut pirang. Padahal semua keluarga ku adalah orang Indonesia asli. Mereka semua bermata hitam yang serasi dengan rambutnya, sama seperti Melody dan Denzel.

Paman Piero mengangguk, lalu kembali menatap Cerelia dengan pandangan menelisik. "Sudah 22 tahun kita tidak bertemu, apa yang membuat mu datang kemari Cerelia?".

Aku terkejut bukan main. Padahal Cerelia terlihat seperti seorang gadis berumur 14 tahun, tapi mengapa paman itu mengatakan 22 tahun?.

Cerelia melihat ku yang kebingungan. Seperti nya ia tau apa yang tengah ku pikirkan.

"Umur asliku 1555 tahun, tapi aku terlihat masih muda kan??". Tanya Cerelia bangga. Menghiraukan pertanyaan paman Piero sedari tadi.

"1555 tahun?, Tapi bagaimana mungkin??"

"Mungkin saja, semua keturunan murni dewa tidak akan pernah tua...ups jangan bilang kau tidak mengetahui hal ini?".

Aku menggeleng cepat. Tak menyangka dibalik wajah polos dan cantik Cerelia, ternyata dia memiliki umur yang sangat tua. Lain kali aku harus berhati-hati dengan penghuni kota Atlantis. Mungkin saja kan semua penghuninya adalah makhluk immortal?.

"Hei hei jangan menghiraukan aku, aku bertanya padamu Cerelia". Seru paman Piero bertolak pinggang.

Cerelia tersenyum simpul. "Tolong berikan beberapa pakaian untuk teman-teman baruku". Jawab Cerelia sambil melihat-lihat sebuah gaun yang terpajang di etalase toko. "Hmm kau memiliki keterampilan menjahit yang bagus Piero".

Paman Piero mendengus pelan, dan mencari beberapa baju yang cocok untuk dipakai Denzel, Melody dan tentunya aku.

Aku memilih baju berwarna putih dengan celana pendek berwarna coklat, sedangkan Melody memilih gaun selutut yang senada dengan pita biru kesayangannya. Harus ku akui pakaian dari toko paman Piero sangat bagus dan memiliki kualitas tinggi.

Dari jauh aku melihat Denzel dengan jubah hitam dengan baju panjang berwarna sama.

"Um apakah ini tidak terlalu mencolok?". Tanya Denzel pada paman Piero yang sedang menilai penampilan Denzel.

"Omong kosong, ini adalah pakaian ksatria edisi khusus hari ini, percaya lah kau terlihat lebih keren!".

Mendengar itu, Denzel tersenyum bangga. "Ya aku tau, aku memang selalu terlihat tampan dan keren kan?".

Aku hanya menggeleng pelan melihat kelakuan Denzel dan paman Piero. Aku pun mendekati paman Piero. Ntah bagaimana caranya aku bisa membayar semua pakaian ini pada paman Piero. Ya di bumi aku mungkin bisa membeli apa pun yang aku mau, tapi ini Atlantis!!, Mata uang nya mungkin saja berbeda dengan Indonesia kan?.

"Paman..itu..ku pikir kami tidak akan membeli baju ini..ah bukan karena aku tidak menyukai nya, pakaian yang paman jual tentu saja sangat bagus dan berkualitas tinggi, hanya saja kami tidak memiliki cukup uang untuk membeli ini semua". Kataku jujur.

"Aku tidak mau!, Aku menyukai gaun ini, ayolah Zel pakaian yang kita pakai tadi basah terkena air, aku bisa demam nanti!". Rengek Melody manja. Aku menatap Melody kesal. Tidak bisakah anak manja itu melihat situasi kali ini?.

"Tenang saja Hazel, kau tidak perlu khawatir soal pembayaran nya. Aku yang akan membayar ini semua". Ucap Cerelia ramah.

Melody terlihat senang dan memeluk Cerelia. "Awhhh terimakasih Cerelia!, Kau adalah teman terbaik ku". Pekik Melody girang.

"Tapi.."

"Tidak apa-apa, di bawah laut aku memiliki emas yang sangat banyak, lagi pula Piero adalah kenalan ku,ia pasti memberiku diskon. Ya kan Pir?". Tanya Cerelia mendongak ke arah paman Piero.

"Ya terserah kau saja". Sahut paman Piero malas meladeni Cerelia.

Aku tersenyum ragu. Sebenarnya aku masih bingung, mengapa Cerelia sangat baik dan terlihat mempercayai kami?, Padahal kami baru mengenalnya tadi, apakah dia memang tipe gadis yang mudah percaya dengan orang lain?.

"Aku hanya merasa kesepian, di bawah laut aku hanya berteman dengan ikan dan anjing laut, aku tidak mau berteman dengan para Siren, karena mereka tidak terlihat baik bagiku, dan lagi sebenarnya ayahku tidak memperbolehkan ku untuk pergi keluar. Aku hanya ingin hidup bebas dan berteman dengan siapa pun yang aku mau". Jelas Cerelia tersenyum kecut tanpa ditanya.

Apa mungkin dia bisa membaca pikiran ku?. Aku membuang pertanyaan itu dalam-dalam. "Maaf sudah berpikir buruk tentang mu Cerelia, tapi bagaimana kau bisa kabur dari ayahmu?, Bukankah dia pasti tidak akan diam dan akan mencari mu kedaratan?".

"Tak masalah, aku tinggal merubah warna bola mata ku sama seperti manusia pada umumnya. Para bawahan ayahku pasti tidak menyadari keberadaan ku".

Aku hanya mengangguk dan menatap Cerelia dalam diam. Ternyata gadis ini tidak seperti yang kupikirkan. Sepertinya aku bisa mempercayainya.