Sudah setengah jam aku berdiam diri di mobil.walaupun sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi,ternyata jalanan ibu kota Indonesia masih saja macet.ku pikir jika berangkat sekarang ke bandara aku tidak akan terjebak macet, tapi lagi-lagi perkiraan ku salah.jakarta adalah ibukota Indonesia jadi wajar saja jika jalanan disini tidak pernah lengang.
Aku melirik ke arah Denzel yang tertidur lelap di kursi belakang bersama Melody yang tengah berkirim pesan dengan orang tuanya yang tidak ikut berlibur.sepertinya kali ini mereka tidak akan bertengkar lagi.
Sementara kakek sibuk membaca jurnal tua berwarna coklat dengan ukiran singa dan naga di tengahnya.ntah kenapa kakek ku selalu membawa jurnal tua itu kemana pun ia pergi.ia bahkan tidak memperbolehkan seorang pun untuk menyentuh jurnal tua itu.aku pernah meminta kakek untuk menunjukkan jurnal nya padaku,tapi seperti yang ku duga,kakek tidak akan menunjukkan nya pada ku.sebenarnya aku ingin sekali mencuri jurnal milik kakek dan membacanya sendiri,tapi tentu saja aku tidak berani untuk melakukan itu pada kakek.biar bagaimana pun kakek adalah yang tertua di antara keluarga kami dan sopan santun adalah hal yang di utamakan.
Bandara Soekarno Hatta mulai terlihat di depan ku.pak Ruli pun menghentikan mobil di depan pintu masuk bandara.ibuku membangunkan ayah dan Denzel agar segera bersiap-siap turun dari mobil.
"Pak nanti tolong katakan pada bi Indirah untuk menjaga rumah selagi kami pergi" ucap ibuku ramah pada pak Ruli.
"Baik nyonya" jawab Pak Ruli sambil membantu menurunkan koper dari bagasi mobil.
Kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju pulau Bawean dengan menaiki pesawat pribadi milik ayahku.aku memilih duduk di kursi dekat jendela dengan melonjorkan kaki ku.perlahan-lahan kantuk mulai menyerang ku dan membuat ku tertidur lelap di pesawat.
~~~
Aku membuka mataku perlahan. Ternyata aku sudah berada di Bawean ,salah satu kota di Jawa timur
Aku menguap beberapa detik dan melihat kesekitar.
"Hazel ayo,ibu sudah menyiapkan mobil yang akan mengantarkan kita ke lokasi Villa" kata ibu tersenyum ke arah ku.
Aku mengangguk dan membawa koper ku turun dari pesawat.kami pun menaiki mobil hitam yang sudah menunggu kami di depan gerbang bandara.
Melody terlihat senang.gadis itu sudah tidak sabar untuk segera sampai di villa.
"Hazel bagaimana jika kita langsung bermain air disana?"
"Kurasa aku masih lelah mel"jawabku tanpa melihat ke arahnya.
"Ayolah Hazel,aku sudah menantikan ini sekian lama"rengek Melody memasang raut wajah memohon.
Aku menghela nafas pelan."tidak,kita kan masih punya banyak waktu"
Melody mendengus kesal dan memilih mendengar kan lagu di earphone nya.
Huft Melody memang gemar memaksa orang lain agar mengikuti kemauan nya.
Tak terasa kami sudah sampai di sebuah Villa dekat pesisir pantai.Villa itu cukup besar dengan nuansa klasik di sekeliling nya.di kedua sisi pintu villa itu terdapat dua lentera perak yang menambah kesan klasik.seorang pria paruh baya segera mengucapkan selamat datang pada kami begitu kami tiba di Villa.sepertinya pria itu adalah pemilik Villa ini.ayah dan ibu terlihat bercengkrama dengan sang pemilik villa.sementa aku dan yang lainnya memilih masuk ke dalam Villa.tak ku sangka perjalanan ini cukup melelahkan.
Aku memilih kamar tidur di lantai dua bersama Melody sedangkan kamar Denzel berada di sebelah kamar kami.
Kamarku langsung menghadap ke pesisir pantai.dari sini suara deburan ombak terdengar dengan jelas.desiran angin menyambutku begitu aku membuka jendela kamar.perlahan matahari mulai tenggelam ke arah barat.membuat awan disekelilingnya berwarna oranye dan merah.sungguh pemandangan yang sangat indah dan langka di Jakarta.
Aku berjalan ke lantai bawah dan melihat kakek yang tengah meminum kopi dengan jurnal tua di samping nya.
Kakek tersenyum ke arahku dan menyuruh ku kesana.
"Bagaimana?, apakah kau suka disini?".tanya kakek menatap ke arahku.
Aku mengangguk."iya,aku menyukai nya,tak kusangka pulau Bawean ternyata seindah ini"
Kakek Deke tertawa dan membuat ku bingung.
"Apa ada yang lucu?"
Kakek menghentikan tawanya."dengar Hazel, Indonesia memang negeri yang memiliki syurga dunia yang banyak,pulau Bawean adalah salah satunya dan masih banyak lagi.bahkan ada tempat yang paling indah dan jarang dikunjungi manusia sekali pun ada di Indonesia" jelas kakek tanpa menatap ke arahku.
"Apa kakek tengah membicarakan kota khayalan itu sekarang?"
Kakek memerkan senyum lembutnya yang bagiku terlihat misterius.
"itu bukan kota khayalan Hazel,kota Atlantis benar-benar ada di bawah Indonesia"
"Kakek itu hanyalah dongeng pengantar tidur,tidak seharusnya kakek percaya pada dongeng seperti itu"
"Kau hanya tidak tau Hazel,suatu saat kau mungkin akan melihat nya sendiri, keindahan kota Atlantis"
"Kakek aku Bu.."
"Kakek!" Panggil Melody dan Denzel memotong kalimat ku.
Kakek Deke melihat ke arah Melody dan Denzel yang saling menatap kesal satu sama lain.
"Kek Denzel mengambil pita ku lagi" adu Melody menunjuk ke arah Denzel.
"Melody duluan yang memasukan sapatuku cacing mainan" ucap Denzel tidak terima di salahkan.Denzel memang phobia terhadap cacing walaupun laki-laki itu terlihat kuat dan tidak takut apa pun,tapi Denzel sangat tidak suka terhadap cacing tanah.
"Dasar penakut!"
"Diam kau anak manja!"
"Penakut!,Denzel si penakut!"
"Sudah cukup!" Perintah Kakek tenang namun tegas memancarkan aura kebijaksanaan nya.aku melirik ke arah Melody dan Denzel yang langsung terdiam.
"Denzel kembalikan pita Melody"
Denzel menurut dan memberikan pita biru berenda itu yang langsung di balas pelototan oleh Melody."Melody minta maaf pada Denzel"
"Ta tapi..."
"Melody"potong kakek melihat ke arah Melody.
Melody mendengus kesal."aku minta maaf"
Kakek tersenyum melihat Melody dan Denzel,kemudian melihat ke arah ku.
Ia mengambil secangkir kopi hitam sambil terus menatap ke pesisir pantai.ntah apa yang di tatapnya. angin berhembus ke arah pekarangan Villa tempat ku dan yang lainnya berada.kami terdiam menikmati semilir angin malam di Villa cukup lama.
"Hari sudah semakin malam,apa kalian tidak mengantuk?" Tanya kakek ketika melihat Melody menguap.
"Aku mengantuk"jawab Melody singkat.
"Huawhh ku pikir aku butuh istirahat sebentar"seru Denzel ikut menguap.
Kakek pun menyuruh kami untuk beristirahat.namun aku masih belum mengantuk dan memilih untuk menikmati angin malam sebentar lagi.
"Kau masih belum mengantuk?"tanya kakek sambil terus melihat pesisir pantai.
Aku melihat ke arah pandang kakek."kenapa kakek selalu melihat ke arah pesisir pantai?"tanyaku menghiraukan pertanyaan kakek.
"apa kau akan percaya jika kakek menceritakan nya?"
"Ya kecuali jika itu berhubungan dengan kota khayalan itu"
Kakek terdiam sesaat.kakek terlihat menimbang-nimbang harus menceritakan nya padaku atau tidak."kau benar,ini ada hubungannya dengan Atlantis".ucap kakek tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari pesisir pantai.pulau Bawean adalah gerbang menuju atlantis.tepat di pesisir pantai ada sebuah batu besar untuk membuka portal air menuju Atlantis,lihat itu" tunjuk kakek pada sebuah batu besar di pesisir pantai."batu itu adalah gerbang menuju Atlantis"
"Kakek Atlantis itu tidak ada,itu hanyalah sebuah batu pantai biasa" jawabku acuh tak acuh.
Sekali lagi kakek tertawa.seolah-olah ada hal yang lucu padaku.kami terdiam cukup lama.
Aku pun memilih untuk pergi ke kamarku di lantai dua.disana terlihat Melody yang tengah tertidur pulas di samping tempat tidur ku.
"Iwww" pekik ku saat melihat air liur yang menetes dari mulut Melody.
Sinar rembulan memasuki kamarku lewat celah-celah jendela kayu.aku menatap bulan itu dengan seksama.ku harap esok akan menjadi hari yang menyenangkan.aku pun memejamkan mataku hingga akhirnya tertidur pulas.
~~~
PRANG!!!
Suara pecahan piring membangunkan mataku dari mimpi indah.aku menatap tempat tidur Melody yang kosong.tunggu kemana Melody?.
Aku pun segera pergi ke lantai bawah untuk melihat apa yang terjadi.
Di bawah ibu terlihat menangis dengan ayah di sampingnya.Denzel dan Melody terlihat terkejut dan menatap pecahan piring di lantai.
"Ada apa ini?" Tanyaku menatap Melody yang sedikit terkejut atas kedatangan ku.
"Kakek..." Melody tak melanjutkan ucapannya,ia melirik ke arah Denzel seolah meminta bantuan.
"Ada apa dengan kakek?"tanyaku tak sabar.
"Kakek menghilang" jawab Denzel yang langsung membuat ku terkejut.
Seketika itu juga oksigen disekitar ku seolah tak mengijinkan aku untuk menghirupnya.