Chereads / Eksistensi / Chapter 5 - FOUR

Chapter 5 - FOUR

Dilain tempat

"apa maksud dari permainan kali ini?" gumam seseorang dengan suara serak dan lampu yang remang remang, dia menghadap jendela balkon dengan tubuh nyaris tak terlihat bila dari belakang

Dia menikmati setiap tiupan angin yang datang untuk membelai wajah tampannya itu,

"Dia benar benar berbahaya" ujar seseorang yang berdiri disamping kursi

"kamu benar, tapi bagaimana pun ini menyenangkan untuk dilihat dan diikuti" ujar seseorang itu

"tuan muda tapi sasaran permainannya Kali ini adalah tuan" jelas seorang yang berdiri disampingnya

"apa kamu pikir aku akan seperti mereka?  Aku tidak sebodoh itu terjebak, Dan tenanglah dia tidak pernah bermain fisik, dan yang ku pikir bukan aku targetnya tapi temannya " jelas seseorang yang duduk itu

"tapi tuan dia lebih berbahaya, bagaimana tuan menghindarinya? Bagaimana bila tuan terluka? " lelaki yang berdiri mulai mengeluarkan semua kegundahannya

"berhentilah mempertanyakan hal bodoh" Hardik nya dengan nada dingin

Seorang yang disampingnya memilih berhenti berbicara,

"bila sudah tidak bisa tertolong aku akan berhenti, tapi ini masih menyenangkan untuk disaksikan, jadi kita nikmati" ujar lelaki yang sedang duduk itu

Tok tok tok

Iles yang sedang mengerjakan tugas sambil duduk dikasur itu, berhenti mengetik

"masuk" ujarnya

"Nona makanan sudah siap" ujar pelayan yang mengetuk pintu tadi

"baiklah aku akan turun, dan beritahu Alex juga" pinta Iles langsung bangun dari duduknya dan menuju ruang makan

Sesampainya disana Iles duduk dikursinya dan hanya selang beberapa menit saja Iles dapat melihat Alex turun

"kemari kita makan" Ajak Iles riang

"eum kak" panggil Alex setelah duduk

"ya" Jawab Iles, Dia melihat Alex yang duduk dikursinya dengan gelisah

"kak, kan Alex beberapa bulan lagi keluar junior high school " Alex memulai penjelasannya

"kamu disuruh daddy ke amerika? Agar dekat dengan kantor pusat?" tebak Iles dengan wajah biasa saja

Alex semakin menundukan kepalanya, lalu menganggukan kepalanya,

"pergilah karena itu perintah daddy" Iles menghembuskan nafasnya

"tapi bagaimana dengan Kakak?" tanya Alex perlahan

"Kakak disini, setelah lulus akan pindah" jawab Iles dengan entengnya

"Kakak janjikan akan menyusul Alex?" tanya Alex memastikan ucapan Kakaknya, Alex memperhatikan Kakaknya sedang menyiapkan makan malam untuk Alex

Iles yang mendapatkan pertanyaan hanya tersenyum dan mengangguk, tapi entah kenapa bagi Alex jawaban kakaknya tidak memuaskan, apapun yang terjadi Iles adalah Iles itu yang Alex tau, tidak terikat

Iles memberikan piring yang sudah dia isi didepan Alex

"Makanlah, untuk sekarang fokus pada sekolah mu dulu, Karena kamu akan menghadapi masa sibuk" Iles tersenyum dan mulai menyiapkan makan malam untuknya

Makan malam pun berlangsung dengan sunyi hanya dentingan suara alat makan, setelah keduanya beres Iles dan Alex naik ke kamarnya masing masing, dan ruang makan dibereskan oleh pelayan

Dikamar Alex melamun menatap balkon kamarnya, dan mulai menangis tanpa suara ditemani sunyinya malam, entah apa yang ada dalam pikiran Alex, diantara seluruh keluarganya Iles lah yang paling berharga bagi Alex

Sementara dikamar Iles, dia menatap balkon tak lama dia beranjak menuju laci dikamar disana ada sebuah botol berisi obat berwarna putih, Iles mengeluarkan nya memandangnya

"kamu temanku saat sulit, tapi kamu bukan penolongku, kamu hanya pembatasku, kunci yang selalu aku jaga, agar tidak menimbulkan keributan" ujar Iles sambil menatap botol obatnya, mengeluarkan satu lalu mengunyahnya

"benar benar menyedihkan bukan?" Iles tertawa dan menjerit keras dikamarnya yang kedap suara, botol obat yang dipegangnya pecah,

Iles menatap botol obat itu dengan nanar lalu berbaring dikasurnya, dengan tangan yang terluka karena goresan, tidak lama dia tertidur meringkuk seperti janin memeluk dirinya sendiri.

Ditempat Alen

"Alen ayolah bukankah ini hal biasa?" ujar seorang lelaki sambil memeluk Alex dari belakang

"berhentilah darren aku tidak mau" tolak Alen dengan menghempaskan tangan darren

"why honey? You are my girlfriend" ujar darren dengan berjalan kearah alen

"dengar bila kamu terus begini yang rugi adalah aku, kecuali kau datang kerumah ku untuk melamar" Hardik alen kasar,

Darren yang mendengar Kata itu langsung gelagapan

"please alen I can't for now" darren menyugarkan rambut kecoklatan miliknya,

"kalau begitu pergilah untuk memesan kamar lain" usir alen kasar,

Darren pergi dari kamar alen, alen yang melihat itu mulai duduk dikasurnya

"it's crazy, God please don't like this" alen menidurkan tubuhnya yang lelah ke kasur

Keesokan harinya

Iles bangun karena mendengar alarm ponselnya bunyi, dilihatnya jam setengah 6, Iles tidak ada jadwal pagi, tapi dia beranjak dari kasur dan ke kamar Alex

"Alex bangun" Iles mencoba membangunkan Alex dengan diguncangkan

"hmm" Alex hanya bergumam

"alex kamu harus bangun" Iles kembali mengguncangkan tubuh Alex lebih keras tapi Alex bahkan tidak bergerak sedikitpun

"ALEXANDRA LEONE EGUZKIA" teriak Iles tepat di depan telinga Alex,

Alex yang mendengar itu pun langsung terlonjak kaget dikasurnya

"kak Iles, telinga aku ngedadak tuli" rengek Alex sebal

"good morning honey, wake up" sapa Iles dengan wajah cerah tanpa dosa lalu berlari keluar kamar Alex sebelum Alex membalas peebuatannya

"kak ilessssssss" Alex berteriak dikamarnya, Iles yang mendengarnya pun hanya tertawa, Iles kembali masuk kamarnya untuk jogging

Setelah berganti baju Iles keluar kamarnya sambil mengikat rambutnya kebelakang, saat turun dia melihat sang bibi sedang menyiapkan sarapan

"morning" sapa Iles, bibi yang mendengarnya pun tersenyum hangat,

Iles pun Kedapur untuk membuat 2 gelas susu hangat, lalu membawa keduanya kemeja makan, dimeja makan sudah ada sandwich buatan bibi, terlihat Alex yang turun dari tangga dengan berjalan lemas

"why are you like that?" tanya Iles melihat Alex tidak bersemangat, Alex duduk dikursinya lalu meminum susunya

"kak, Alex pulang agak telatan soalnya udah mulai ujian" rengek Alex

"baiklah kamu diantar jemput oleh supir yah" ujar Iles

"lalu kak Iles mau naik motor kesayangan Kakak itu?" tanya Alex semakin lemas, Alex menyukai motor besar Iles, yah Iles terkadang menggunakan motor ninjanya yang berwarna navy ke kampus, dia gadis unik itu yang orang lain pikirkan saat melihat mengendarai motornya

"Iya, lagi gak Ada yang larang kan?" Iles bertanya balik dengan nada sangat riang

"baiklah tapi Kakak harus hati hati" Alex pun menghembuskan nafasnya, Iles menganggukan kepalanya, sarapan pun dimulai

Setelah usai Alex diantar oleh supir dan Iles mulai berlari kecil setelah pemanasan, Dia berlari menuju taman yang ada ditengah komplek rumahnya, lalu mengelilinginya beberapa putaran dan langsung pulang untuk bersiap kuliah,

Ditaman itu ada seseorang yang memperhatikan Iles tanpa Iles sadari, dari awal Iles keluar rumah sampai Iles masuk kembali ke dalam rumah orang itu memperhatikan didalam mobil Ferrari hitam, Karena Mobil itu tidak dikenal oleh Iles,

Sesampainya dikamar Iles menatap dirinya lama didepan cermin dan terlihat luka ditelapak tangannya berdarah kembali,  saat bangun tidur dia pun tidak ingat lukanya semalam, Karena itu setelah membangunkan Alex, Iles langsung berlari ke kamar agar Alex tidak melihat lukanya, Dan dia hanya menempelkan perban seadanya, untuknya Alex tidak sadar saat sarapan itu pikirnya

"sungguh merepotkan" ujar Iles,

Diperjalanan menuju sekolah Alex melamun dia ingat saat bangun dari kasurnya dia melihat darah dilantai lumayan banyak, dan saat sarapan sebenernya dia melihat luka ditangan Iles tapi tidak berani bertanya

Alex membuka hand phone nya dan menghubungi seseorang

"aku mohon dia terluka lagi" ujar Alex pada orang disebrang dengan nada lirih, lalu langsung mematikan telepon setelah mengucapkan itu Karena dia sudah sampai disekolah, dia pun turun dan memulai harinya seperti biasa, bagi Alex ini sungguh membosankan.