Chereads / Eksistensi / Chapter 10 - Tie

Chapter 10 - Tie

Iles dan Alex sedang berbelanja karena hari ini adalah weekend mereka berniat membeli kebutuhan bulanan untuk mengurangi bosan jika dirumah saja,

"kak, aku mau beli setelan resmi buat acara pelepasan nanti" ujar Alex

Mereka sedang berada di mini market dekat rumah mereka, Iles sedang memilih pencuci muka begitu pula Alex

"Ok, habis ini kita ke butik langganan daddy" Iles melanjutkan aktivitasnya memilih keperluan

"kak kenapa kakak beli banyak banget keperluan?, yah walaupun lebih banyak kak Alen" celetuk Alex

Alex sudah merasa bosan karena kebutuhannya sudah terbeli semua sementara Iles masih banyak yang harus dibeli

"kamu mau lihat kakak buluk? Dekil dan bau?" tanya Iles dengan mata yang memicing melihat Alex

"yahh enggak, kakak kan udah cantik" goda Alex diiringi senyuman menggoda

"Euh boong banget, kakak itu hanya memanjakan diri sendiri, sebelum nanti sibuk ngurusin orang lain" Iles melanjutkan kegiatannya memilih skin care

"emang kakak mau ngurusin siapa?" tanya Alex heran, dia mengikuti Iles sambil mendorong troli

"keluarga kakak nanti, kakak kan punya kewajiban sebagai istri" jelas iles

"oh iya benar" Alex pun memilih diam karena tidak mau berdebat dengan kakaknya

Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam di mini market dengan hasil belanjaan dua kantung besar penuh belanjaan, tapi sebenarnya dikantung itu lebih banyak makanannya

Mereka memasukan kantung belanjaan ke bagasi mobil, dibantu oleh supir, lalu mereka memasuki mobil untuk menuju ke butik yang biasa menjadi tempat langganan keluarga Eguzkia,

Selama perjanan Iles memikirkan hal yang dia dengar semalam bahwa mey pindah dari kampusnya, dan info itu disampaikan oleh Jenni karena Jenni menerima permintaan maaf dari pamannya yang harus disampaikan pada semua teman mey,

Bukankah itu berita buruk? Jadi Iles harus bersedihkan begitu pula Jenni dan Becca selaku temannya, tidak mungkin mereka menjadi girang dan tertawa bahagia disaat sahabat mereka terjebak scandal yang sangat merugikan dan memalukan itu,

Tapi pihak dekan berjanji agar hal itu tidak terjadi lagi terhadap mahasiswa lainnya, dan akan mulai dicari tahu kebenarannya, karena hal itu menjadi kasus kedua pada bulan ini, setelah kasus yang menjerat sir Clavis, Angel dan Becca

"kak iles" panggil Alex sambil mengguncang tangan Iles

Iles yang merasa kaget pun langsung menoleh ke arah Alex

"Ada apa? Kakak melamun?" tanya Alex karena Alex beberapa kali memanggil Iles sebelum mengguncangkan tangan Iles, tetapi Iles tidak mendengarnya dan asik dalam lamunannya

"ah maaf, kakak kapikiran kasus mey" jawab Iles

"kasian kak mey, padahal sebentar lagi akan segera lulus" komentar Alex

"kita tidak akan tau apa yang akan terjadi dimasa depan bahkan menit selanjutnya pun kita tidak tahu apa yang akan terjadi" jelas Iles

"Kakak benar, setidaknya kita bisa mencegah agar hal itu tidak terjadi kembali" ujar Alex diangguki oleh iles

"Ayo turun" ajak Iles

Mereka pun keluar dari mobil karena sudah sampai didepan butik, Alex melihat lihat terlebih dahulu sebelum memilih ditemani Iles

"kak warna hitam atau navy?" tanya Alex sambil menunjuk dua jas yang terpasang pada manekin didepan mereka

"kalau untuk acara resmi biasanya hitam, tapi navy juga bagus" Iles memberikan jawaban

"Iya sih, aku bingung, aku coba aja dulu deh sambil memilih" Alex pun mengambil beberapa jas untuk dicoba

Iles memilih duduk disebuah sofa untuk menunggu Alex yang sedang mencoba, saat Iles akan duduk matanya secara tidak sengaja tertuju pada jajaran dasi dengan beraneka warna yang menarik

"ah dasi sir clavis" gumam Iles, dia teringat dasi sir clavis tidak dibawa dari rumah sakit karena sudah penuh oleh darahnya

"bagaimana kalau aku membelikan yang baru?" Iles bergumam sendiri

Iles pun menghampiri jajaran dasi untuk memilih yang menarik, banyak warna dan motif disana tapi bagi Iles tidak ada yang cocok dengan sir clavis,

Matanya tertuju pada sebuah dasi berwarna abu abu dengan corak hitam yang memanjang seolah memutari dasi itu, entah kenapa saat melihat dasi itu Iles teringat ucapan Becca tentang cincin yang bergambar ular sedang melingkari sebuah prisai,

Mirip dengan dasi itu, garis hitamnya seperti ular dan dasi abu abunya adalah prisai, tangan Iles pun meraih dasi itu diamati sekali lagi

"it's beautiful" Gumam iles

"mbak saya mau beli dasi ini" ujar Iles sambil memberikan dasi itu kepada seorang gadis yang memakai seragam kerja milik butik

"baik mbak, silahkan melakukan pembanyaran dikasir, dan barangnya bisa diambil disana" ujar gadis itu

Iles pun menganggukan kepalanya dan berjalan menuju kasir yang terletak ditengah ruangan, Iles menyelesaikan pembanyaran dengan uang tunai dan mengambil dasi itu, lalu dia kembali ke sofa yang akan di dudukinya tadi sambil menunggu Alex memilih jas nya

Beberapa menit berlalu Alex keluar dengan wajah puasnya,

"kamu sudah memilih?"tanya Iles sambil berdiri dari duduknya

"Iya, tapi ada beberapa bagian yang harus dikecilkan jadi pesanannya akan dikirim kerumah beberapa hari lagi" jelas Alex yang sudah berdiri didepan iles

"jadinya warna apa?" tanya Iles sambil berjalan menuju kasir

"navy" jawab Alex singkat

Alex menyerahkan kartu kredit sebagai pembanyaran agar orang taunya tau bahwa dia membeli setelan baru di butik langganan keluarga itu,

Setelah selesai Alex dan Iles memilih pulang untuk membuka makanan yang sudah dibeli oleh mereka di mini market tadi,

Dirumah clavis

Clavis dan Rafael mulai menyelidiki kasus mey, sebenarnya mereka malas tetapi karena hal ini bisa saja berkaitan dengan kasus clavis beberapa waktu yang lalu, mereka memutuskan untuk menyelidikinya

"kamu yakin ini ulah pasienmu itu?" tanya clavis pada Rafael yang sedang melihat rekaman CCTV yang berada disekitar tempat kejadian,

Clavis duduk di single sofa yang berada dibelakang Rafael, sementara Rafael duduk dikursi dengan komputer menyala didepannya

"entahlah, tapi dia bisa dicurigai berbahaya bila dia memulai permainan lagi" ujar Rafael

Clavis hanya menganggukan kepalanya,

Brakk

Rafael memukul meja dengan keras

"apa ini! Kenapa begini? siapa sebenarnya pelakunya?" Rafael berujar dengan nada marah, karena tidak tahu kenapa saat kejadian, rekaman CCTV nya hilang dengan sangat rapi seolah tidak ada rekaman terhapus

Rafael sudah mencari di CCTV kampus yang berada disekitar mading dan CCTV jalan dekat bar, tapi yang ada hanya rekaman saat mey masuk dan keluar bar, juga saat orang orang mulai berkumpul melihat Foto mey

"Wah orang yang sangat cerdik" gumam clavis, Rafael yang mendengar komentar clavis memutar matanya

"ayolah kak, apa harus kita memberi apresiasi kepada pelakunya?" tanya Rafael kesal sambil memutar badannya menghadap clavis dengan tangan yang menyugarkan rambutnya

"aku hanya berkomentar" jawab clavis santai dia menghirup aroma coffee digelas yang sedang dipegangnya

Rafael benar benar kesal haruskah kakanya terlihat tidak peduli seperti ini? walaupun mey benar benar sangat mengganggu bagi mereka, apalagi gaya anggunnya itu seolah mengejek Rafael yang sudah berantakan dengan keadaan ujung kemeja keluar sebagian dari celananya dan lengan baju yang sudah digulung sampai sikut, dan rambut yang mencuat tidak beraturan

"kamu seperti gembel" celetuk clavis tanpa berdosa, Rafael semakin kesal dibuatnya dia memilih pergi ke kamarnya untuk memanjakan dirinya dengan air hangat

"sudahlah aku pusing" ujar Rafael sambil beranjak.

clavis tertawa dan melanjukan kegiatan minum coffee nya itu

"sangat nikmat" komentar clavis setelah meneguk coffenya