Chereads / Sabine / Chapter 36 - Sabiiine!!

Chapter 36 - Sabiiine!!

"Babe..., Om mau ngenalin kamu sama sugarbaby Om yang baru. Mau ya? Nggak papa ya?,"

"Maksud Om si Asni yang Om pernah bilang dulu?,"

"Iya."

"Ok...,"

"Kamu marah nggak?,"

"Haha..., nggak, Om. Bella Ok. Itu hak Om ingin mencari sensasi lain."

Ikhsan lega mendengar suara Bella yang cukup tenang. Sebenarnya sedari awal mengenal Asni, dia memang berniat memperkenalkannya ke Bella.

Bella dan Ikhsan cukup lama menjalin hubungan. Dua tahun. Bella pandai mengurus Ikhsan. Dia juga tidak pernah berkhianat. Ikhsan sangat menyayanginya. Apa yang Bella pinta, dia langsung memenuhinya.

Entah kenapa, Ikhsan tergoda memiliki sugbab lain. Apalagi saat mendengar kabar Akhyar sudah tidak memiliki bayi-bayi lagi. Dia pun mulai mengincar salah satu dari bayi-bayi Akhyar yang terkenal dengan kesempurnaannya. Dia dapat Asni.

Sementara Bella sebenarnya tidak begitu serius mendalami perasaannya terhadap Ikhsan. Mungkin karena Bella menganggap hubungannya dengan Ikhsan hanya berdasarkan materi belaka. Apalagi Bella sedari awal tidak begitu semangat dengan Ikhsan karena Bella tidak mendapatkan kepuasan sex secara utuh. Dia juga merasa Ikhsan semakin lama semakin membosankan.

Dia pun semangat dipertemukan dengan Asni. Ada dua hal yang membuatnya semangat. Pertama, dia akan memiliki alasan untuk mundur dari Ikhsan. Bagi Bella, semakin cepat semakin baik. Kedua, dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di geng sugbab Akhyar.

________

Bella tersenyum manis ke Asni yang melangkah anggun ke arah dirinya yang duduk santai di sebuah café mewah kawasan Bintaro.

"Hai..., Asni," sapa Asni. Dia cantik sekali.

Asni merupakan salah satu sugbab Akhyar yang terbaik. Kelebihannya adalah menyanyi. Akhyar suka sekali mendengar dirinya bernyanyi. Asni sedikit berbeda jika dibandingkan sugbab-sugbab Akhyar yang lain. Jika yang lain berasal dari keluarga berada, Asni justru dari keluarga sederhana. Akhyar merekrutnya karena Asni adalah seorang mahasiswa yang cukup pintar. Akhyar sangat bangga dengannya. Ditambah Asni memiliki prestasi akademik yang sangat banyak. Karenanya, Akhyar tidak segan-segan memberikannya barang-barang mewah, seperti mobil, apartemen mewah, dan lain-lain.

Karena Akhyar tidak menginginkan sugar baby lagi, Asni yang sudah terbiasa dengan kehidupan glamournya, meminta Akhyar mencarikannya 'bapak asuh'. Akhyar menawarkannya ke Ikhsan. Awalnya Ikhsan tidak berniat. Tapi karena melihat penampakan Asni yang aduhai, Ikhsan pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Apalagi saat mengetahui bahwa Bella sama sekali tidak keberatan. Ikhsan dengan mantap menerima Asni.

Kini Asni bertemu Bella.

Melihat sikap Asni yang hangat, Bella pun bersikap ramah. Mereka bahkan sempat cipika cipiki sebelum melanjutkan pembicaraan.

"Maaf kalo gue..., merepotkan," mulai Asni segan.

Bella sekilas mengamati Asni. Menurutnya Asni cukup sopan dan tidak beringas seperti sugbab-sugbab Akhyar lainnya.

Bella menggangguk-anggukkan kepalanya.

"Nggak. Kadang adakalanya kita memang harus berbagi ti...t,"

Asni menutup mulutnya menahan tawa saat mendengar tutur Bella yang sangat vulgar.

Bella meraih rokoknya. Menyalakannya dan mulai menghisapnya.

"Maaf. Gue nggak bisa lepas dari ini," ujar Bella yang matanya sudah memicing ketika benda itu dihisapnya dalam-dalam. Lalu perasaannya sangat lega kala asap rokok dia hembuskan dari mulutnya.

"Nggak papa...," balas Asni.

"Geng lo bubar..., boleh tau?," tanya Bella.

"Iya..., Daddy Akhyar punya skandal dengan cewek. Namanya Sabine. Mereka berhubungan cukup lama. Berbulan-bulan. Dan Daddy sangat mencintai Sabine...," tutur Asni.

Deg.

Bella memejamkan matanya. Dia merasa bersalah.

"Trus?,"

"Ya. kita-kita mencari Sabine, lalu kita 'menyerangnya'. Kita kecewa karena Daddy sendiri mengkhianati kita. Kemudian, Sabine pergi entah ke mana, dan ini membuat Daddy sangat sedih. Akhirnya dia memutuskan tidak lagi memiliki kita sama sekali,"

"Mencintai Sabine...," gumam Bella meniru Asni.

"Kamu kenal?," tanya Asni.

Bella memukul-mukul asbak dengan rokoknya.

"Trus? Cerita dong. Soalnya kisah geng lo selalu menarik untuk dibahas,"

Asni tergelak.

"Sabine itu ternyata tetangga gue di gang sempit Pondok Cabe,"

Bella mulai serius. Dia memperbaiki posisi duduknya.

"Anaknya baik. Gue salut sama dia. Meski dia sangat dekat dengan Daddy, dia tetap sederhana. Rasanya wajar Daddy sayang banget sama dia. Jujur, dia sangat cantik. Luar dalam,"

Baru tau lo, batin Bella.

"Sampe-sampe Daddy masih memperhatikan Pakde dan Budenya sekarang. Daddy terus memberikan perhatian lebih ke Pakde dan Bude Sabine. Daddy masih berharap Sabine pulang, balik ke pangkuannya,"

Bella lemas. Tangan dan mulutnya gemetar saat menghisap rokok.

"Kamu ok, Bella?," tanya Asni yang melihat gelagat Bella yang mulai aneh.

Bella menghela napas berat.

"Dia sudah menikah...,"

Asni memegang dadanya. "Siapa?," tanyanya. Dia mulai cemas.

"Sabine...,"

Asni menganga.

"Masa?,"

Bella mengangguk.

"Sabine itu sahabat gue dari SMP,"

Bella menarik napasnya dalam-dalam.

Sementara Asni malah menahan napas ingin mendengar cerita Sabine dari mulut Bella.

Bella menggigit bibirnya memikirkan Sabine. Entah kenapa dia tiba-tiba menangis.

"Dia...," Bella tidak sanggup memneruskannya.

"Dia..., nggak boleh sepi, Asni,"

Asni menggenggam tangan Bella.

"Asal lo tau. Entah gue harus mulai dari mana. Dia sebenarnya dari keluarga cukup berada. Gue tau keluarga dia. Papanya diplomat, Mama kandungnya bekerja di Australia, nggak tau persis apa pekerjaannya. Dia hidup dengan Mama tirinya dulu di sini. Mama tiri yang sangat menyayanginya,"

Bella meneguk air mineral sejenak.

"Mama tiri dan papanya meninggal dalam pesawat yang mengalami kecelakaan dari Singapore. Dan saat itu Sabine menunggu kedatangan mereka di Bandara. Sendirian..., setelahnya dia dipindahkan Mama kandungnya ke Pondok Cabe. Entah apa alasan Mama kandungnya yang seakan tidak ingin berdekatan dengan dia...,"

Wajah Asni berubah sedih.

"Dia menikah dengan orang yang pernah mengasuhnya dulu. Namanya Niko,"

Bella menghela lega. Dia tidak ingin membahas detail tentang bagaimana Sabine bertemu kembali dengan Niko.

"Dan Niko adalah bekas staff Akhyar...,"

***

Casablanca ....,

Apartemen Katie sedang kedatangan Beni.

Katie dan Beni kini duduk-duduk santai di atas sofa empuk.

Mereka sepertinya baru tiba dari bepergian. Pakaian keduanya masih lengkap.

"Om lelah. No sex, Babe," keluh Beni.

"Well, no problem." Balas Katie datar.

Beni yang gerah melepas kemeja dan celana panjangnya, hingga tinggal boxer hitam saja yang melekat di tubuhnya.

"Pijetin Om, Babe," perintahnya ke Katie.

Katie lalu beranjak dari duduknya menuju kamarnya.

Tak lama kemudian, dia kembali ke sisi Beni dengan botol kecil berisi minyak zaitun.

Katie mulai memijat punggung Beni.

Tiba-tiba ponsel Beni berbunyi.

Katie cemberut karena mengira istri Beni yang menelpon. Tapi...,

"Ha? Gimana reaksi si Stella setelah lo bilang kalo si Niko mandul,"

Niko?

Mata Katie membulat seketika. Dia mulai mengatur napasnya, ingin mendengar celoteh Beni selanjutnya.

"Hahaha..., jahat lo. Hahaha..., lo juga bilang Niko letoy..., astagaaa,"

Beni meletakkan ponselnya setelah menghidupkan pengeras suara.

Beni ingin menikmati pijatan Katie tanpa harus memegang benda itu.

"Pindah, Babe. Jangan sebelah kanan aja. Punggung kiri Om nih...," perintah Beni.

Katie lagi-lagi menurut.

Mungin karena ingin mendengar pembicaraan Beni dan Bira lebih lanjut, Katie tidak menyadari bahwa dia sudah cukup lama memijat punggung kanan Beni.

"Yah..., daripada dia kecewa nanti. Mending gue terus terang aja,"

"Sarap lo, Bir,"

Bira tertawa keras.

"Gimana gue nggak sarap, Ben. Evi nih masih aja inget-inget Niko. Kayaknya ada perceraian kedua. Sebel gue."

"La..., itu salah lo sama dia, coy. Lo jangan gitulah ke Niko. Udah dia mandul, letoy, bininya lu rebut, trus dia mau pindah kerja ke Kashawn group yang terkenal sadis kerjanya. Demi kenyamanan lo,"

Beni memperbaiki posisi tubuhnya sesaat.

"Apa kata Stella?," tanyanyan kemudian.

"Kayaknya berubah. Tapi nggak tau juga sih. Namanya fans Niko,"

"Hahaha..., Niko. Tapi emang sih, denger-denger di kantor baru dia juga jadi idola baru,"

"Tau dari mana lo,"

"Ella, kakak gue kan kerja di sana. Sekretaris komisaris keuangan di sana. Dia bilang pesona Niko ngalah-ngalahin anak direktur, Igor..., hahaha..."

"Hah..., ntar kalo tau dia letoy pada mingkem tuh cewek-cewek...,"

"Dendam banget lo, Bir...,"

"Ck..., tapi gue heran lo, Ben. Udah hampir sebulan ini dia nggak keliatan di The Breeze. Biasanya dia kan nyarap di sana. Gue telpon nggak pernah dijawab. Evi juga hubungi dia katanya nggak dijawab-jawab,"

"Lah, gue bilang dia kerja di tempat Kashawn yang terkenal disiplin. Mungkin dia sedang kosentrasi atau apa. Lagian lo juga tau si Niko gila kerja kan? Sampe dulu bini dia anggurin,"

"Kali..., gue nggak berani berandai-andai. Udah, Ben. Evi bentar lagi pulang. Dia lembur malam ini,"

"Ok, Bir. Night,"

"Night,'

***

Katie dan Bella saling pandang. Keduanya terdiam. Cukup lama.

Lalu keduanya menutup muka masing-masing.

"Sabiiiiiiineeee!!," teriak keduanya.

Lalu keduanya menghempas napas masing-masing.

"Gue nggak tau apa Sabine sekarang bahagia dengan Niko atau nggak. Menikah dengan lelaki yang memiliki kekurangan. Apa Sabine sudah tau sebelumnya? Kemudian dia berusaha menutupinya?," Katie melipat dua tangannya di dadanya.

"Mungkin, Kat. Sekarang ini masalah Akhyar yang ternyata cinta sama Sabine...,"

Katie menggelengkan kepalanya.

"Tau begini. Mending kita nggak usah ngurusin hidup dia...," sesal Bella. Dia merasa terlalu jauh mencampuri urusan hidup Sabine.

"Iya, Bel. Lo bener. Kayaknya sudah saatnya kita urus hidup masing-masing. Gue udahan dengan Om Beni. Semalam gue minta udahan...,"

Bella terperangah.

"Katie...,"

Katie mengangguk. Lalu meraih tisu dan mengusap hidungnya yang mulai berair.

"Om Ben nangis, Bel..., awalnya gue juga nggak sanggup. Tapi gue jelasin. Gue nggak bisa hidup kegini terus-terusan. Akhirnya dengan berat hati dia mau ninggalin gue. Gue mau balikin harta-harta yang dia kasih, dia nolak. Katanya malah tambah sedih...,"

Katie tidak sanggup lagi menahan tangisnya.

"Gue bilang. Gue nggak mau lagi dihina-hina bininya. Walau gue sadar gue berada di posisi yang salah. Lalu gue liat Sabine waktu dia menikah. Kok rasanya indah banget. Di situ gue sadar, gue harus menghentikan hubungan gue dengan Om Beni,"

Bella memindahkan tempat duduknya ke sisi Katie. Dipeluknya Katie kuat-kuat. Dia terdiam. Berpikir bahwa dia akan melakukan hal yang sama.

***