Yuan masih memandangi lukisan tersebut, disatu tangannya ada satu gulungan salinan lukisan lagi yang sengaja ia buat khusus untuk So ah dan yang satunya ia pajang didinding ruang kamarnya.
Jari telunjuk Yuan mengetuk-ngetuk ringan meja diruang kerjanya.
Ada sebuah kotak kayu berukiran indah tapi tak mencolok dengan berukuran kecil didepannya. Dengan hati-hati ia membuka kotak kayu tersebut dan terlihat ada dua butir mutiara berwarna merah darah perlahan ia menghilangkan kotak kayu itu didalam ruang hampa penyimpanannya.
Sedangkan di kerajaan Qi, kaisar Qi yang mendengar bahwa saudaranya itu ingin menghadiri perjamuan di kerajaan Li menjadi kaget.
"Apakah benar pangeran Rui akan menghadiri perjamuan ?"tanya kaisar Qi sekali lagi pada bawahannya.
"Iya yang mulia kaisar, Qi Rui Wangye yang memberi kami perintah langsung"kata seorang pengirim berita dari kediaman Qi Rui Wangye.
"Baiklah, sekarang dimana dia ?"tanya kaisar.
"Hamba tidak tahu yang mulia"jawab pengirim berita.
"Bagaimana kau tidak tahu ??!! Sekarang panggil Chui untuk menghadap"perintah kaisar kesal.
"Baik ... ba..baik yang mulia"ucap sang pengirim berita ketakutan dan langsung mengundurkan diri.
Tak selang beberapa waktu, Chui datang dengan tergesah-gesah menghadap kaisar.
"Hormat hamba kepada yang mulia kaisar"kata Chui memberi hormat.
"Hmm ya ... dimana pangeran Rui sekarang ?!"geram kaisar.
"Hamba tidak tahu yang mulia, hanya saja wangye berkata untuk menyampaikan pesan kepada anda yang mulia"kata chui menunduk.
"Baiklah kau bisa pergi"kata kaisar melambaikan tangannya.
Chui hanya berkeringat dingin dan ditambah dengan fakta bahwa ia juga di beri perintah oleh wangye nya untuk mengubah dan merenovasi seluruh kediaman menjadi bertambah megah dan mewah dan lagi bagaimana caranya untuk membuat air terjun mini serta mencari sumber air panas ?!... Para koki juga dibuat kalang kabut dengan perintah pengawal kepercayaan Wangye mereka ini karena mereka disuruh untuk berlatih berbagai masakan-masakan langka yang sudah membuat pusing kepala mereka.
Hujan turun dengan deras berbeda dengan kekaisaran Qi yang terang selayaknya musim semi berbanding terbalik dengan kekaisaran Li yang di guyur hujan lebat.
So Ah duduk disamping jendela, mengamati setetes tetesan air hujan yang tumpah dari langit. Menghirup udara segar hujan, So Ah tiba-tiba saja teringat Yuan.
Kenapa ia tak datang ? Pikirnya sedih tapi langsung dia tepis dengan mengetuk dahinya pelan.
Tanpa sadar matanya melirik sebuah jubah hitam yang menggantung di gantungan. Ia berjalan meraih jubah itu, dan dengan ragu-ragu memakainya langsung saja semburan aroma menyegarkan langka milik yuan melingkupi tubuh mungilnya.
Kenapa jubah ini masih wangi ... padahal sudah satu bulan lebih ? Pikir So Ah aneh sambil menghirup aroma jubah tersebut.
Melihat tetesan hujan yang turun langit tanpa sadar So ah melihat keatas langit mendung. Disatu sisi Yuan secara naluriah juga menatap kebawah diantara awan-awan yang berterbangan cerah menutupi sebagian keindahan dunia atas.
"Nona, hati-hati dingin"ucap bibi wei yang membawakan sebuah jubah berwarna biru lembut ditangannya kaget melihat So ah yang sudah memakai sebuah jubah hitam besar yang menutupi hampir seluruh tubuh mungil nona mudanya ini dan bahkan mencapai lantai.
So ah yang merasa di panggil langsung menoleh kearah bibi Wei tersenyum lembut.
"Bibi, jangan mengkhawatirkan aku... harusnya bibi yang mengkhawatirkan diri bibi... diluar hujan deras dan bibi menerobos hujan"jawab So ah lembut.
"Tidak apa-apa Nona... ini sudah tugas saya..."jawab bibi wei yang terharu dengan nona mudanya yang masih perhatian padanya.
Melihat teh yang berada di meja sudah tidak mengepul lagi dengan kompor mungil yang sudah padam bara apinya, bibi wei merasa bersalah dan langsung merasa bersalah lagi akibat keteledorannya ia langsung menghidupkan bara api yang padam dan juga membuatkan nona mudanya ini sepoci teh hangat yang baru.
So ah masih menatap langit mendung seakan gravitasi tak mengizinkannya untuk mengalihkan pandangannya.
"Nona, anda mendapat sebuah undangan untuk perjamuaan di istanah kekaisaran nanti"ucap mama wei bahagia.
Dengan fakta bahwa nona muda sulungnya ini sudah mencapai umur untuk menikah, sebagai seorang mama sekaligus perawat basah So ah menjadi khawatir dengan masa depan nona ini . Dan dengan adanya perjamuan diistanah sudah pasti selain untuk menghadiri jamuan juga ajang untuk mencari suami yang baik.
So ah yang mendengar mama wei dengan senang memberitahukannya tentang jamuan menjadi sangsi karena undangan langsung dari pangeran kedua yang mendapat persetujuan dari kaisar.
Mama wei melihat so ah yang tidak menanggapi dan hanya melamun menghela nafas.
"Bibi, apakah manisan dan kue-kue itu masih ada ?"tanya so ah.
"Masih nona"ucap mama wei bergegas mengambil manisan dan kue-kue milik so ah.
Melihat kotak manisan dan kue-kue yang mewah dan mama wei merasa bahwa bukan dia yang membelikannya untuk nona muda sulung menjadi khawatir dan was-was lagi tapi tak berani bertanya pada nona muda sulungnya ini.
So ah menikmati manisan dan kue-kue yang dibawakan yuan menjadi sedikit lebih untuk mengobati hatinya yang rindu akan keberadaan lelaki itu. melihat manisan dan kue-kue nya yang hampir akan habis So ah menjadi sedikit lesu.
"Ayah kenapa So ah mendapatkan undangan juga ??" Tanya Yu Xe dengan nada lembut bingung bertanya.
"Aku tidak tau Xe er hanya saja pangeran kedua yang memberikan dua undangan kepada kita dan yang satu khusus untuk gadis itu"ucap Tuan Lu enggan.
"Tidak apa-apa ayah, sangat baik jika So ah jie datang keperjamuan"ucap Yu xe lembut.
Tuan Lu yang mendengar panggilan Yu xe untuk So Ah dengan penambahan dibelakang namanya menjadi mengernyit tak suka.
"Sejak kapan So ah menjadi kakak tertua Xe er ? Harusnya ia yang memanggil mu jiejie"kata Tuan Lu tegas.
"Maafkan aku ayah, aku hanya mengikuti aturan dikeluarga kita dan jika terdengar oleh bangsawan dari rumah tangga lain bukankah akan merusak reputasi kediaman kita"jawab Yi xe lembut.
"Kau memang putri ku yang sangat berbakti Yu xe ... perintahkan para pelayan untuk mengambil perhiasan dan juga kain-kain dari dalam gudang untuk acara perjamuan nanti"kata Tuan Lu sekaligus memberikan perintah.
"Terima kasih ayah ..."jawab Yu xe tersenyum lembut.
Terdengar keributan diluar pintu masuk pavilliun sakura milik so ah. Mama wei langsung bergegas melihat ke luar pavilliun ternyata ada tiga orang mama penjahit yang datang untuk mengukur tubuh So ah dan membuatkan sebuah gaun untukknya.
"Biarkan masuk bibi"ucap so ah di gazebo depan pavilliunnya
"Maafkan kami Nona sulung ,kami diperintahkan oleh tuan untuk mengukur tubuh anda"ucap salah seorang mama kurus dengan nada sedikit menyembunyikan rasa jijik.
"Tak perlu , aku sudah punya satu... kalian pergilah"jawab so ah tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
"Oh iya bibi , tolong ambil sutra didalam dan berikan pada mereka"perintah so ah santai.
"Baik Nona"jawab mama wei bergegas mengambil kotak sutra pemberian pangeran kedua , Li Bai.
Ketika mama yang melihat bahwa mama wei membawa sekotak mewah yang berisikan sutra berkualitas terbaik menjadi tercenga.
"Ini dari pangeran Li Bai mungkin saja pangeran salah mengirim hadiah jadi ambil dan beri kepada Yu Xe jie"kata So ah yang sudah mulai mengalihkan tatapannya kepada para mama yang berada tepat di bawahnya.
Kerudung putihnya sedikit terbang terbawa angin menambah keanggunan dan ketegasannya saat berbicara walau terdengar dingin tak memungkiri fakta bahwa suara Nona sulung yang ditinggalkan ini sangat merdu seindah lonceng yang berdering sangat nyaman didengar telinga.
Dengan posisi nya yang masih duduk di gazebo dan setengah kerudung menutupi sebagian wajahnya, Para mama kiriman selir An tidak bisa melihat terlalu jelas sorot mata Nona muda sulung ini. Para mama juga sedikit mengernyit dari mana gadis buruk rupa ini mempelajari etiket semua terlihat alami ditubuhnya walaupun Nona Kedua, Lu Yu Xe sudah mempelajari tanpa beristirahat tapi tak membuatnya alami seperti halnya Nona Sulung buruk rupa ini.
So ah duduk lurus dan melihat mama wei menyerahkan kotak sutra itu menjadi acuh tak acuh kemudian melanjutkan membaca buku lagi.
"Mari mama, saya antarkan kembali"ucap mama wei ramah tapi disambut tatapan menghina para mama lain. Mereka langsung melenggang pergi tanpa sopan santun dan dengan arogan mengabaikan ucapan mama wei.
"Mama wei tak perlu mengantarkan para mama, mereka belum terlalu tua untuk lupa jalan disini"kata So ah dingin.
Para mama kiriman selir An semuanya bermuka merah karena malu dan marah atas ucapan Nona sulung buruk rupa, mereka langsung pergi dengan kesal.