Xuan yang mengambil alih tubuh Yuan memperhatikan keadaan Negara Li yang ia datangi. Ia memanfaatkan identitas Yuan untuk melihat semua perubahan di bumi walaupun sebenarnya ia bisa sendiri melihat keadaan yang terjadi sekarang tanpa identitas siapapun.
Sedangkan Yuan ia sedang terbelenggu dalam sebuah kekacauan akibat kenyataan yang membuat nya sedikit terguncang dan mengakibatkan Xuan dengan kejam mengambil alih tubuhnya.
Jiwa Yuan dipaksa untuk tertidur panjang didalam tubuhnya sendiri. Tersegel dalam kegelapan.
Chui merasa aneh ketika melihat aura yang dibawakan tuannya ini secara drastis berbeda menjadi lebih suram dan gelap dengan kedinginan yang bertambah ekstrim hingga membuatnya secara naluriah was-was.
Semenjak kepulangan wangyenya ini ke ke wangfu, kepribadian Wangyenya juga menjadi lebih kejam dan keji ketika bertemu dengan musuh-musuh kerajaan ataupun dengan para penyusup seakan-akan dirinya haus akan darah pembantaian.
Chui sering menggidik ngeri melihat bagaimana kondisi mayat musuh-musuh kerajaan mereka yang bisa dibilang sudah tidak berbentuk manusia lagi.
Wangyenya ini seperti seorang yang haus darah dan lebih keji dari saat ia mengikuti banyak peperangan bahkan cara ia mengatasi musuh serta penyusup sangat berbeda jauh dengan bagaimana wangye nya ini menangani beberapa musuh dan penyusup akhir-akhir ini biasanya tuannya ini selalu menyerahkan urusan itu kepada Chui dan para bawahannya dengan bukan langsung membunuh mereka dengan sadis.
Xuan yang berada didalam kereta hanya diam saja tak berniat untuk melihat situasi ibukota kerajaan Li.
Sampai kereta beserta rombongannya berhenti di alun-alun kota.
"Wangye, sebentar lagi pangeran kerajaan Li akan menjemput dialun-alun kota"ucap Chui dari luar kereta.
"...."
Tak ada jawaban sama sekali yang keluar dari dalam kereta mewah itu.
Chui hanya diam saja tak berani mengganggu wangyenya sampai ia melihat beberapa prajurit juga mengawal beberapa kereta mewah yang datang dari segala penjuru arah dan berhenti tepat di alun-alun kota kerajaan Li.
Xuan hanya diam saja didalam keretanya ketika semakin banyak utusan dari setiap kerajaan yang diundang dalam perjamuan ini.
Ketika semua utusan dari setiap negara turun dari kereta mereka.
Putra Mahkota Li Xui serta pangeran Li Bai datang menyambut para utusan dari setiap negara kecuali Rui Wangye yang belum keluar dari keretanya.
"Utusan dari mana kau ?"tanya kepala prajurit yang mengawal putra makhota kepada Chui.
"Kami rombongan utusan dari kerajaan Qi"jawab Chui tegas.
Sontak saja banyak yang langsung berbisik-bisik termasuk rakyat yang ikut melihat kedatangan para utusan mencela sikap arogan serta sombong dan angkuh dari Wangye kerajaan Qi sejenak mereka melupakan sepak terjang mengerikan Qi Rui Wangye Kerajaan paling kuat dari kerajaan-kerajaan lainnya.
".....cih dasar arogan sekali".
"Beginikah dirinya memperlakukan kerajaan tetangga ...".
"Dengar-dengar dari kabar angin yang beredar wangye itu tidaklah tampan .... wajahnya buruk rupa".
"Apa ???.... huh tapi dia mengerikan ... hati-hati nanti leher mu terpotong atau mungkin jika ia bermurah hati hanya lidahmu yang menjadi korban".
"Kau tau ia menutupi sebagian wajahnya karena malu ....".
"Hahaha jika aku jadi dia aku akan memilih mati jika harus menanggung malu cacat seumur hidup".
"Lihat bahkan ia tak memberi hormat pada putra mahkota".
Begitulah bisik-bisik yang semakin hidup dan merebak tajam hingga suara pintu kereta terbuka membuat semua orang yang berbisik-bisik alun-alun kota terdiam memperhatikan sosok yang keluar dari dalam kereta mewah itu.
Mata phonix panjang dan sempitnya setengah tertutup ketika aura dingin mulai keluar dari sorot mata yang samar-samar terlihat berbeda warna dibalik topeng hitam keemasan yang menutupi sebagian wajahnya sangat pas dengan hidungnya yang mancung dengan bibir merah pucat serta dagunya yang lancip sempurna.
Dengan pakaian hitam mencekam dan aura malas tapi berbahaya yang dikeluarkan Xuan membuat orang yang melihatnya merasa takut sekaligus takjub dengan wangye dari kerajaan Qi.
Mereka melupakan kata-kata yang sempat mereka semburkan ketika melihat wujud seorang pria tinggi gagah dan tegap dari sosok Wangye kerajaan Qi.
Para putri utusan bersemu merah ketika melihat Qi Rui Wangye. Terpesona denganĀ wujud dari wangye yang terkenal itu, sejenak mereka melupakan sepak terjang Qi Rui Wangye yang terkenal kejam dimedan perang ini.
"Selamat datang Rui Wangye ke kerajaan Li"ucap pangeran Li Xui yang tersadar dari keterkejutannya.
"Ya ... ternyata para rakyat disini sangat kurang kedisiplinan bukan, Putra Mahkota"jawab Xuan santai dengan senyum menyungging terlihat meremehkan.
"Maafkan atas ketidaknyamanan wangye, hanya saja nanti pengeran ini akan memerintahkan untuk mendisiplinkan rakyat"jawab Putra Makhota Li Xui menahan rasa kesal akibat kata-kata sindiran Rui Wangye.
"Tidak ada kata nanti pangeran....."kata-kata Xuan dipotong pangeran Li Bai dirinya sedikit mengerut tak suka karena tak seorang pun didunia ini yang bisa mengintrupsinya.
"Seharusnya wangye tidak ikut campur untuk urusan kerajaan lain"ucap Pangeran Li Bai yang ingin menarik perhatian para rakyat ketika ia melihat bahwa Putra mahkota atau saudara beda ibu ini hampir kewalahan dengan kata-kata pedas Qi Rui wangye. Ia memang benci dengan saudara kekaisaran sekaligus putra makhota ini dan melihat bahwa putra mahkota di pojokkan oleh utusan asing didepan banyak mata utusan termasuk juga banyak warga yang melihat, Li Bai berfikir itu saat yang bagus untuk menjatuhkan harga diri putra mahkota.
Walaupun sepintas ucapannya seperti membela tapi dibalik ucapannya itu menunjukkan bahwa putra mahkota sangat tidak kompeten dalam menangani utusan kerajaan lain.
"Chui tunjukkan di mana tempat peristirahatannya..."ucap Xuan mengabaikan Li Bai.
"Baik wangye...."jawab Chui sopan dan mulai menuntun Qi Rui Wangye menuju tempat peristirahatan yang sudah disediakan kerajaan Li.
Melihat bahwa Qi Rui Wangye mengabaikan Pangeran Li Bai, putra mahkota sedikit mendengus kearahnya.
"Jika kau mengacaukan jamuan ini tunggu saja"bisik Putra Makhota Li Xui pada Pangeran Li Bai dengan dingin.
Ia ingat atas pesan dari ayah kaisarnya bahwa satu orang disini yang patut diwaspadai hanyalah Qi Rui Wangye dari kerajaan Qi walaupun dirinya harus menanggung malu, dirinya harus tetap mengatur kestabilan emosinya agar Qi Rui Wangye tidak tersinggung dan sekarang Li Bai hampir menyinggungnya disaat yang tidak tepat dan juga sudah membuatnya cukup menahan emosi.
Melihat bahwa semua utusan sudah mulai bergegas ke tempat peristirahatan, putra mahkota Li Xui juga langsung melenggang pergi meninggalkan Pangeran Li Bai diikuti dengan sejumlah prajurit kekaisaran.
Pangeran Li Bai hanya mendecih dengki ketika melihat kereta putra mahkota berlalu pergi menuju istanah kekaisaran.
Tempat peristirahatan untuk semua utusan dari setiap kerajaan adalah kediaman sedang tapi mewah yang berada di sebelah barat kota Li. Kaisar Li sengaja membangun kediaman itu khusus untuk para tamu kerajaan.
Xuan yang diberi kediaman istimewa yang disiapkan khusus dari kaisar untuk dirinya.
"Cih aku tau kenapa kau sangat betah berada di perkumpulan para manusia ini ...."ucap Xuan datar ketika melihat tetesan-tetesan air hujan di luar kediaman.
Disisi lain .....
So Ah juga melihat tetesan air hujan yang turun, semakin hari perasaannya semakin tak menentu seakan-akan kegelisahaannya ini terus menyakitinya.
"Nona, tadi tuan memanggil hamba"ucap mama wei.
"Bibi, kenapa ??"tanya So Ah.
"Ini nona"jawab Bibi Wei menyerahkan sebuah surat undangan kepada So Ah.
So Ah memperhatikan Surat undangan bersulam emas itu dengan seksama dan melihat ada namanya dalam perjamuan kerajaan nanti.
"bibi, apakah Yu Xe juga datang ?"tanya So Ah.
"Iya nona, kemungkinan Selir An juga ikut menghadiri perjamuan"jawab mama wei yang melihat nona mudanya ini menatap kearah luar jendela.
Yu Xe dan selir An sekarang sedang berada diluar kediaman. Ibu dan anak itu sedang membeli sebuah gaun dan juga perhiasaan baru untuk pesta perjamuan kekaisaran besok.
Mereka berdua seakan lupa dan bertindak seolah-olah mereka adalah keluarga bangsawan utama di tengah-tengah ibukota. Banyak dari para nyonya bangsawan yang sedikit geli dan mencemooh dengan kelakuan selir dari kediaman Lu itu karena sejak kematian dari nyonya Lu, selir itu belum diangkat menjadi istri utama.
"Lihat betapa tidak tau malunya dirinya"ucap Nyonya Nuo.
"Haha jika aku jadi dirinya aku ingin memaksa Tuan ku untuk menjadikan ku istri resminya"sambung nyonya Nuo lagi dan diangguki setuju dari nyonya-nyonya bangsawan lainnya.
Begitulah bisik-bisik gosip dari para nyonya bangsawan yang juga sedang membeli gaun serta perhiasan untuk perjamuan.
"Niang, mereka menghina kita"kata Yu Xe berbisik kepada ibunya, Selir An.
"Biarkan saja xe er .... yang terpenting sekarang kau harus fokus menjadi wangfei pangeran Li Bai .... kita lihat siapa nanti yang akan menjilat dibawah kaki kita ... jaga emosi mu xe er"kata selir An angkuh dan langsung melenggang pergi dengan mengangkat dagu nya tinggi bersama dengan Yu Xe.