Chapter 11 - Chapter 11

Di kediaman Lu, para pelayan hilir mudik kesana kemari membersihkan kediaman. Mama kepercayaan Selir An pun juga sibuk mengatur para pelayan dan memerintahkan mereka dengan teliti. Sedangkan untuk wanita yang sekarang berkuasa di kediaman Lu, Selir An sedang duduk di dipan santai dengan memakan buah-buahan segar.

"Mama, pangkas bunga itu ..."Tunjuk Selir An dengan jari lentik yang bercat merah itu dan dirinya juga  menatap penuh dendam ke arah pohon bunga sakura yang berada tepat di pojok taman kediaman Li.

Selir An sangat membenci pohon itu apalagi ditambah fakta dirinya akan selalu ingat dengan masa lalu yang ia lewati demi bisa hidup dikediaman ini.

Pohon sakura itu adalah pohon yang disayangi oleh Nyonya Mei dulu dan karena ia sangat menyukai pohon itu dulu Tuan Lu melarang siapapun untuk mendekati pohon itu kecuali orang-orang yang ia perintahkan khusus untuk menjaga dan merawat pohon itu begitupun dengan paviliun yang sekarang ditempati So Ah.

Dulu selir An hanya bisa menatap penuh iri kearah Nyonya Mei karena dari derajat mereka sudah terlampau jauh apalagi Selir Mei yang lahir dari seorang Selir tingkat rendah dan dengan liciknya Selir An menjebak Tuan Lu dengan tipu muslihatnya karena dulu Tuan Lu sempat frustasi tidak memiliki seorang keturunan dikediamannya serta Tuan Lu juga sudah ditekan oleh para tetua Lu untuk mencari seorang selir kamar yang bisa memberikan ia seorang keturunan.

Nyonya Mei sebagai seorang putri dari kalangan bangsawan yang di hormati serta diberkahi kaisar membuat ia sangat disegani dikediaman Lu , para Tetua Lu juga berfikir dua kali untuk menyakiti putri sulung berharga itu dan mereka tanpa pilihan dan tetap memaksa Tuan Lu untuk mencari seorang Selir dan bahkan secara sengaja mereka memberikan Tuan Lu beberapa selir dan ditolak mentah-mentah  oleh Tuan Lu karena ia amat mencintai Nyonya Mei.

Tapi semua berubah ketika Tuan Lu jatuh kedalam perangkap licik yang dibuat Selir An untuknya.

Pertama kali Nyonya Mei mendengar bahwa suami yang amat ia cintai membawa seorang wanita kedalam rumah tangga mereka, hatinya hancur apalagi ditambah fakta bahwa wanita yang di bawa suaminya itu tengah mengandung anak dan darah daging dari suaminya. Ia sebagai seorang wanita merasa gagal dan semua itu diperparah ketika anak yang dilahirkan Selir An adalah seorang laki-laki tapi tak berselang lama Nyonya Mei diberi berkah dewa dengan kehamilannya, Tuan Lu yang mendengar bahwa istri utamanya hamil menjadi sangat gembira dan membuat sebuah pesta perjamuan yang sangat meriah serta mengundang para bangsawan untuk ikut bersuka cita karena hal itu Selir An semakin membenci Nyonya Mei dan anak yang ada di dalam kandungannya.

Sekarang ia yang menguasai kediaman dalam dan mengelola kediaman dengan cermat serta tidak membiarkan Tuan Lu lepas dari pengawasannya dan membawa seorang selir baru yang masih jelita sebisa mungkin dirinya merawat tubuhnya dengan penuh kehati-hatian.

"Aku juga yang mengatur kehidupan dari putri wanita jalang itu"pikir selir An sedikit tenang dan menyunggingkan senyumnya.

Walaupun sudah beranak dua dan berumur hampir kepala tiga, Selir An masih terlihat seperti gadis berusia awal dua puluhan. Alis nya yang melengkung ditambah dengan wajah yang bersih dengan matanya yang berair menyedihkan membuat siapa saja tak tahan dengan kecantikkan menggoda dari Selir ini apalagi tubuhnya masih sintal dengan lekuk tubuh nya yang berisi ditiap bagian tertentu menambah kesan untuk Selir ini, itu semua ia lakukan demi menjaga posisinya agar tetap aman di kediaman Lu.

"Niang, kenapa semua halaman dibersihkan ??"tanya Yu Xe yang duduk disamping Selir An

"Hanya ingin menyenangkan hati Tuan Xe er , dari mana saja dirimu ??.."tanya Selir An pada putri keduanya yang ia rawat dan ajari dengan hati-hati bagai mutiara ditangannya ini.

"Niang lihat bukankah rouge dan beberapa perhiasan ini sangat cantik"kata Yu Xe memperlihatkan barang-barang yang baru ia beli dari sebuah toko dengan senangnya.

"Cantik sekali Xe er ... kenapa muka mu memerah ? Apakah mungkin kau bertemu dengan pangeran Li Bai ..."tanya Selir An yang melihat gelagat berbeda dari anaknya itu.

"Iya Niang .... pangeran memberikanku sebuah liontin berharga, ia menyuruhku untuk memakainya ketika acara perjamuan kekaisaran nanti tiba"jawab Yu Xe dengan malu-malu.

"Taruh semua barang ini kehalaman ku"perintah Yu Xe pada pelayannya.

"Baik Nona"jawab pelayan tersebut dan langsung membawa semua barang yang dibeli Yu Xe di toko terkenal yang sering didatangi para gadis bangsawan serta putri kekaisaran itu.

"Hati-hati karena itu barang yang lebih berharga dari kepalamu"lanjut Yu Xe dengan santai

Pelayan-pelayan yang ia perintahkan menjadi kaku dengan ucapan dari nona muda mereka dan dengan ekstra hati-hati membawa barang itu menuju halaman nona muda mereka.

Disatu sisi So Ah dengan tenang sedang menjahit sebuah baju dengan udara ringan disekitarnya.

Rambut hitam panjangnya ia sanggul setengah dan ia beri sebuah tusuk rambut sederhana berwarna biru selaras dengan pakaian yang ia pakai.

Tangannya dengan gesit bergerak diantara jarum dan benang dalam keadaan yang tenang ditemani Baobao disampingnya So Ah menyelesaikan jahitannya yang rencananya akan ia berikan baju itu khusus untuk Yuan.

Dari balik jendela So Ah melihat bunga-bunga sakura yang berguguran indah dengan tempaan sinar matahari sedikit menyejukkan matanya.

Ia sangat menyukai rasa hangat dari sinar matahari yang sedikit mengenai dirinya ketimbanh udara dingin hujan yang kadang membuatnya ingat akan perlakuan kejam ayahnya padanya itu.

Menangispun percuma karena setitik belas kasihan tak ayahnya beri untuknya dan bahwa ayahnya hanya memberikan kediaman yang tua ini untuk putri sulung sah yang seharusnya mendapatkan perawatan yang khusus berbanding terbalik dengan saudari yang lahir dari seorang selir rendahan yang dirawat ayahnya bagai mutiara ditelapak tangannya.

Semenjak kehadiran Baobao yang dikirim untuknya, Yuan seperti hilang di telan bumi.

Kadang So Ah khawatir memikirkannya dan hatinya merasakan sesuatu yang terus tidak mengenakkan.

Ditengah lamunannya mama wei tiba-tiba datang menganggetkan dirinya.

"Oh Bibi ada apa ??"tanya So Ah karena tak biasanya mama datang di waktu-waktu seperti ini.

"Nona, rombongan undangan untuk perjamuan kekaisaran sudah sampai terutama tahun ini ada Qi Rui wangye juga ikut berpartisipasi ..."kata Mama wei memberitahukan Nona mudanya ini.

"Qi Rui wangye ?... siapa dia bibi ?"Tanya So Ah dengan mimik muka tidak tahu.

"Qi Rui wangye itu pangeran Qi satu-satunya saudara kaisar Qi dan juga wangye yang sangat dihormati di negara Qi nona... menurut desas desus Qi Rui Wangye sangat kejam dan juga buruk rupa nona jadi jika perjamuan nanti nona muda harus menghindari pria bertopeng perak nona"ucap mama wei mengingatkan dan juga mulai menjelaskan kepada So Ah siapa-siapa saja yang akan menghadiri acara tersebut.

Dalam hati, So Ah sangat terbantu dengan informasi yang diberikan mama wei kepadanya dan beruntungnya karena dulu ketika mama wei masih muda dan menjadi pelayan mas kawin yang dibawa ibunya dari kediaman keluarga gadis ibunya itulah mama wei diberi informasi tentang pesta perjamuan kekaisaran yang tiap setahun sekali diadakan.

"Bibi , terima kasih ..."ucap So Ah lembut.

"Sudah kewajiban saya nona"jawab Mama wei sopan.

Baobao hanya menggeliat dipinggir So Ah ketika mendengar mama wei berbicara mungkin ia terganggu dengan suara mama wei, So Ah yang menyadari ketidaknyamanan hewan gaibnya ini pun langsung mengangkatnya kepangkuan dan mulai mengelus-elus bola bulu itu.

"Hewan apa itu nona ??"kaget mama Wei karena ia tak pernah melihat hewan itu di halaman So Ah.

"Ini Bao bao bibi .... sangat lucu bukan"jawab So Ah dan tersenyum sambil terus mengelus-elus hewan tersebut.

Bao bao hanya acuh saja dan menikmati elusan So Ah lalu terlelap tidur lagi.

Sungguh nyaman hidupnya di bumi berbeda dengan dilangit yang mana ia hanya dijadikan bahan eksperimen bocah iblis harimau itu.