Mempelajari sihir tidak semudah yang aku bayangkan.Membutuhkan dua tahun untukku menguasai sihir.Pada tahun pertama aku hanya mempelajari tentang pengendalian mana.Hanya mengendalikan mana saja sangatlah sulit untukku.Pada tahun kedua aku mulai untuk memanipulasi manaku.Sihir pertama yang ibu ajari adalah [Wind Slash].
[Wind Slash] milikku dengan ibu sangatlah berbeda.[WInd Slash]ku tidak sekuat milik ibu.Tidak hanya itu ukuran sihir kami juga berbeda.Ibu dapat membelah 5 pohon hanya dengan satu [Wind Slash] sedangkan aku perlu untuk 3 [Wind Slash] untuk membelah satu pohon.
Setiap malam ibuku selalu menulis di buku.Aku yang selalu melihat itu menjadi penasaran.Lalu akhirnya aku mencoba bertanya pada ibu tentang buku yang dia tulis.
"Ibu buku apa itu?Kenapa ibu selalu menulis disana?"
Ibu kemudian menutup bukunya.Ibu bangun dari kursi dan berjalan ke arahku.
"Buku yang ibu tulis adalah buku harian ibu.Buku itu juga berisi saat ibu masih menjadi petualang.Ibu juga menulis berbagai macam sihir yang ibu kuasai di buku itu."
"Sihir?!Boleh aku membacanya?"Tentu saja mendengar kata sihir membuatku sangat tertarik.
"Hahaha tentu saja kamu boleh membacanya tapi bukan sekarang.Pada saat yang tepat ibu akan memberikan buku ini."Mendengar itu membuat wajahku menjadi cemberut.
Pada siang hari saat aku sedang berlatih sihir dengan ibuku.Lalu aku melihat sesuatu yang aneh.Aku melihat sebuah sesuatu yang berwarna biru dari jauh.Ini adalah pengalaman pertama kalinya melihat sesuatu seperti itu.Tentu saja aku kebingungan dengan penampakan yang aku lihat.Penampakan ini membuat aku bertanya kepada ibuku.
"Bu aku tadi melihat warna biru yang meluap-luap."
Ibu yang sebelumnya tersenyum melihat aku berlatih.Tiba-tiba dia menjadi terkejut.Ibu segera mendekati aku dan memegang kedua pundakku.
"Ema kau melihat apa tadi?!"Ibu berbicara dengan wajah yang sangat terkejut.
"Warna biru yang meluap-luap?"Aku menjadi kebingungan karena ibu.
"Itu adalah mana!Darimana asalnya?"Aku segera menunjuk ke warna biru yang meluap.
"Desa!Desa dalam bahaya!Ema tetap disini jangan pergi kemanapun!"
Ibu segera berlari ke arah desa dengan panik.Ibu memang menyuruhku untuk tidak pergi.Tapi saat ibu pergi aku menjadi panik dan ketakutan.Aku memutuskan untuk mencari ibu ke desa.Aku merasa takut karena sendirian di hutan.Saat aku berlari menuju ddesa.Dari jauh aku melihat sebuah asap hitam yang menjulang tinggi.Kemudian aku sampai di desa dan tidak bisa berkata apa-apa.Aku melihat desa terbakar dengan hebat.
Di sana aku melihat banyak monster aneh dengan sayap kelelawar.Di tengah-tengah api yang membara aku dapat melihat sesosok aneh sedang berjalan.Sosok itu mempunyai ukuran yang sangat besar dibandingkan orang-orang di desaku.Dia memakai topeng dan mempunyai empat tangan.Tidak hanya memiliki empat tangan dia juga mempunyai tanduk yang menyeramkan.
"Bersyukurlah karena kalian semua akan menjadi persembahan raja Iblis Timur."Keempat tangannya terbuka lebar.
Aku yang ketakutan hanya bisa melihat sekitar desa untuk mencari ibu.Kemudian aku dapat melihat ibu.Aku memanggil-manggil ibuku.Ibu yang mendengar aku menjadi terkejut karena melihat aku.Ibu mengarahkan tangannya ke arahku.Ibu kemudian melihat ke arahku dan tersenyum.
"Tetaplah hidup Ema."
Aku tidak mendengar jelas apa yang ibu katakan.Setelah itu ibu seperti mendorongku dengan sihirnya.Ibu membuatku terdorong sangat jauh dari desa.Aku beruntun karena dapat mendarat di tumpukan salju.Aku tidak tahu apa ibu sudah memperhitungkan semua ini atau ini murni karena keberuntungan.Aku saat itu tidak tahu harus pergi kemana.Dengan kaki kecilku aku mencoba mencari desa.Aku menghabiskan waktu yang cukup lama untuk bisa kembali ke desa.
Akhirnya aku tiba di desa.Saat di desa aku hanya dapat melihat puing-puing bangunan yang hangus.Aku tidak melihat satu orangpun di desa.Aku kemudian mencari ibu.Aku berteriak dengan keras memanggil ibuku,namun aku tidak mendapatkan jawaban.Aku mencari di semua rumah yang ada tetapi aku tidak melihat ibuku karena tidak menemukan ibu aku hanya bisa menangis.Sedangkan aku tidak tahu apa yang terjadi dengan warga desa karena aku juga tidak melihat mereka walaupun aku sudah mencari di semua tempat.
Kembali dengan Kira dan Ema.Air mata mulai Ema mulai mengalir.Ema kemudian memeluk Kira dengan erat.Tangisan Ema menjadi sangat keras.
"HAKU TAKUT NGAN IBIS IMUR!"Perkataan Ema menjadi tidak jelas berkat tangisannya.
Kira tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan hanya bisa memeluk erat Ema.Ema menangis tanpa henti hingga dia lelah dan tertidur.Kira kemudian membaringkan Ema di ranjang.Kira tidak ingin menganggu tidur lelap Ema.Kira kemudian duduk di atas kursi dan mencoba tidur.Kira ingin Ema menjadi nyaman setelah menceritakan semua itu.
Pada pagi hari Ema membuka matanya sudah menjadi bengkak.Ema melihat Kira tertidur di kursi.Ema kemudian mengingat apa yang terjadi.Ema dapat mengingat dengan jelas tangisannya.Membayangkan saja membuatnya malu hingga wajahnya menjadi merah.Setelah itu Kira bangun.
"Kenapa kau tidur di kursi?"
"Aku tidak ingin menganggumu."Wajah Ema menjadi merah
"Lupakan saja kita akan pergi ke pandai besi."Ema berjalan cepat keluar ruangan.
Mereka keluar dari penginapan dan berjalan ke pandai besi.Saat Ema berjalan dia merasa penasaran pada suatu hal.
"Kira kita akan pergi kemana?"
"Aku juga masih bingung dengan tujuan kita selanjutnya."
"Bagaimana dengan ke Barat?Aku merasa untuk kita Barat adalah kota terbaik.Di Barat kebetulan aku juga punya rumah.Kita bisa memikirkan tujuan selanjutnya saat sampai disana.Karena aku merasa akan lebih hemat jika kita di Barat."
"Ya aku hanya bisa setuju saja.Lagi pula cepat atau lambat aku pasti akan pergi ke Barat."
Kira dan Ema sampai di pandai besi.Kakek pandai besi seperti sudah menunggu kedatangan Kira.Dia duduk dengan bersandar pada tangannya.
"Kakek bagaimana dengan sarung pedangku?"
"Tentu saja lihatlah karyaku ini."
Sarung pedang Kira berwarna hitam gelap.Sarung pedang itu juga berisi tali untuk di kenakan di punggung Kira.Kira menyukai dengan desain dari sarung pedangnya namun Kira sedikit tidak menyukai warnanya.Karena warna tersebut akan benar-benar membuat Kira menjadi serba hitam.Setelah mengambil pedangnya Kira dan Ema meninggalkan pandai besi.
"Ema apa kita bisa pergi ke Barat sekarang?"
"Tentu saja,lagi pula kita tidak mempunyai banyak barang.Karena itu kita tidak perlu banyak persiapan untuk berpergian."
"Kalau begitu kita akan pergi ke guild!"
"Hah guild?untuk apa kita kesana?"
"Tentu saja berterima kasih."
Kira menarik Ema ke guild.Seperti biasa guild masih sangat ramai dan penuh pertengkaran.Kira segera menghampiri Lilia yang berada di resepsionis.
"Lilia apa kau bisa mengantar kami ke ruangan master guild?"
"Tentu saja."
Ema sebenarnya sangatlah malas untuk bertemu dengan Agust.Namun Ema hanya bisa mengikuti Kira.Lilia membukakan pintu dan Agust terlihat sedang menatap keluar jendela.
"Ada apa?"Agust bertanya sambil menatap keluar.
"Kami sudah memutuskan akan pergi kemana."
"Benarkah?Jadi kemana kau pergi?"
"Kami akan pergi ke Barat!"
Agust yang mendengar itu mengeluarkan senyum kecil.Agust berbalik kehadapan Kira.
"Semoga perjalananmu menyenangkan."Agust mengeluarkan senyumnya kepada Kira.
Kira kemudian membungkuk kepada Agust.
"Terimkasih untuk selama ini!"Semua orang di ruangan terkejut dengan Kira yang membungkuk.
"Hei bodoh untuk apa kau membungkuk kepada orang itu."Ema menyiku Kira dengan pelan.
"Aku hanya berpikir itu perlu.Kalau begitu kami akan pergi."
Kira segera menarik Ema keluar ruangan Agust.Setelah Kira meninggalkan ruangan,Agust tertawa sangat keras.
"HAHAHAHA!Ini lebih cepat dari dugaanku,dia akan segera bertemu dengan beliau."
"Apa yang akan dilakukan beliau kepada Kira jika mereka bertemu?"
"Itu semua tergantung Kira,jika Kira adalah orang yang dicari maka dia akan hidup nyaman.Namun bila bukan ada kemungkinan dia akan dibunuh."
Kira dan Ema pergi ke penginapan.Kira dan Ema menyiapkan semua barang bawaan mereka dan berpamitan dengan Viola.Mereka segera pergi keluar gerbang ibukota.Dengan ini perjalanan Demonhard akan dimulai.