Sekolah sudah ramai lalu lalang siswa yang hendak masuk ke kelas atau sekedar duduk di tepi koridor.
Tapi pagi ini Leon sudah di sibukan oleh kegiatannya mencari gadis yang membuatnya kepikiran sampai larut malam, Leon sudah bolak balik koridor kelas X tapi yang di cari tak kunjung menampakan batang hidungnya, pikir Leon mungkin ia benar salah lihat kemarin tapi tetap saja ada yang mengganjal.
"Mana sih." Gumam Leon yang masih sibuk keliling koridor kelas X.
"Woi ngapain lo? Katanya kemaren gak doyan dede gemes tapi sekarang malah mondar mandir disini." Ucap Ken yang baru saja datang langsung membuyarkan konsentrasi Leon.
"Bacot amat sih Ken, ini masih pagi jangan bikin kesel." Desis Leon.
"Lah emang masih pagi, lo aja yang sensian dateng bulan lo?" Timpal Ken.
"Ck, bukan dateng bulan tapi liat muka lo jadi bikes." Sahut Leon.
"Bikes apaan?" Tanya Ken polos
"Bikin kesel!" Seru Leon
"Lah sejak kapan lo alay." Ledek Ken
"Lah sejak kapan lo nambah bacot." Balas Leon sambil berjalan meninggalkan Ken menuju kelasnya.
"Woi mail tungguin gue!" Teriak Ken menggelegar di koridor.
Leon hanya geleng-geleng kepala mendengar teriakan sahabatnya tersebut.
Di lain tempat, gadis yang tengah berkutat dengan kemacetan jalanan itu terus-terusan mengumpat karena ia sudah telat sejak 15 menit yang lalu.
-○-
"Yah pak bukain dong tadi tuh saya kejebak macet pak beneran deh gak bohong, ini baru sekali saya telat pak." Ucap Ana dengan wajah memelasnya.
"Gak bisa neng, nanti saya yang di marahin kalau bukain gerbang buat eneng." Balas satpam tersebut.
"Sekali aja pak. Gak bakal deh saya telat-telat lagi, janji kok pak." Bujuk Ana.
"Gak bisa neng."
"Sialan nih gara-gara semalam lupa pasang alarm." Gumam Ana.
"Mau masuk?" Ucap seorang laki-laki yang berdiri di sebelah Ana entah sejak kapan dia di sana.
"Mau!" Balas Ana girang.
"Ikut gue."
Sesampainya di belakang sekolah, terdapat tembok yang tidak cukup tinggi dan bisa di naiki untuk kondisi darurat seperti ini.
"Kok kebelakang sih, lo mau bantuin gue apa mau macem-macem sama gue hah!" Ucap Ana drama sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Cih, lihat badan lo aja gak ada nafsu-nafsunya gue." Balas lelaki itu acuh sambil memandangi Ana dari atas sampai bawah.
Manis sih, lucu. Batin lelaki tersebut.
"Lah terus ngapain lo ngeliatin gue gitu." Celetuk Ana.
"Kepedean banget ya lo." Balasnya santai.
"Buruan lo mau masuk gak." Sambungnya.
"Ya mau lah!" Jawab Ana cepat.
"Naik."
"Ke atas situ?"
"Bukan."
"Terus?"
"Pundak gue, nanti gue angkat biar lo nyampe, lo pendek gitu sok sokan mau naik sendiri." Ucap lelaki tersebut membuat Ana mendengus kesal.
"Buruan sebelum gue berubah pikiran." Sambungnya.
"Ck, iya iya." Jawab Ana.
"Jangan modus lo ya!" Sambung Ana.
"Gak minat." Balas lelaki itu acuh.
Tak lama kemudian Ana naik kepundak lelaki tersebut dan sudah sampai ia diatas tembok.
"Ini turunnya gimana?" Tanya Ana.
"Loncat..."
"Lah nanti kalau jatuh gimana, lecet yang ada kaki gue." Potong Ana
"Gue belum selesai ngomong main lo potong aja."
"Gue turun duluan baru lo loncat nanti gue tangkap." Sambung lelaki itu.
"Sinetron kali ah." Cibir Ana.
"Apa lo bilang?"
"Hah? Enggak kok gak ada, yaudah buruan lo turun."
Lelaki itu langsung turun dan memberikan aba-aba pada Ana untuk turun dan dia akan menangkapnya.
"Gue loncat nih ya! Awas aja kalau gak ketangkap." Omel Ana.
"Udah buruan."
Brukk
Tepat sasaran! Ana mendarat mulus di tangkapan lelaki tersebut untunglah Ana tidak berat.
"Betah lo." Ucap lelaki tersebut membuat Ana langsung turun dan merapihkan seragamnya.
"Eh eh tunggu! Nama lo siapa?" Tanya Ana yang menghentikan langkah pria tersebut dan menengok kearah Ana.
"Penting banget emang lo tau nama gue?"
"Ya gak penting juga sih, tapi gue mau tau aja nama lo kan lo udah nolongin gue."
"Vano." Balasnya langsung meninggalkan Ana.
"Nama gue Ana woi!" Teriak Ana karena keadaannya sudah cukup jauh.
"Gak pake woi tapi!" Sambung Ana.
Vano hanya mengacungkan jempolnya tanpa berbalik melihat Ana.
-○-
"Lo kok bisa telat gini sih, See?" Tanya Leta.
"Ya gue kesiangan terus macet deh." Balasnya santai.
"Terus kok lo bisa masuk?"
"Panjang ceritanya pokoknya tadi ada cowok yang bantuin gue buat masuk."
"Lo kelewat satu mata pelajaran btw." Ucap Leta.
"Tapi gue bilang lo lagi di UKS jadi tenang aja." Sambungnya.
"Emang the best deh." Kekeh Ana.
Kringg..kringg
"Kantin yuk." Ajak Leta
"Otw."
Di kantin sudah ramai dengan murid-murid yang ingin melepaskan masa jomblonya eh maksudnya melepaskan rasa laparnya.
"Mau pesen apa, See?" Tanya Leta yang sudah berdiri dari bangkunya.
"Mie ayam sama milk tea nya satu deh."
"Oke gue pesenin, tunggu bentar."
Selagi menunggu Leta kembali, Ana memainkan ponselnya sampai ada orang yang duduk di depannya tiba-tiba membuat Ana mendongakkan kepalanya.
"Nama lo siapa?" Tanya lelaki itu to the point.
"Kenapa?" Balas Ana.
Kayak kenal. Batin Ana sambil memperhatikan wajah laki-laki itu.
"Jawab aja, nama lo siapa?" Ulang laki-laki tadi bertanya.
"Seanna." Balas Ana.
Sementara itu Ana sedang berusaha untuk menetralkan detak jantungnya yang berdetak kuat sejak Ana melihat lelaki itu kemarin. Ya lelaki itu Leon yang dari pagi tadi mencarinya dari kelas ke kelas dan malah menemukannya di kantin.
Benar dugaan Leon, ini lah gadis yang ia cari selama ini ada tepat dihadapannya.
"Lo inget gue?" Tanya Leon memastikan.
"Ee-engga kak." Jawab Ana sedikit gugup bukan karena takut melainkan bingung dengan jantungnya yang tidak berdetak seperti biasanya.
"Gue Leon, dan mulai besok lo jadi babu gue biar lo ingat siapa gue." Ucap Leon membuat Ana kebingungan.
"Jangan harap lo bisa lepas dari gue." Sambung Leon.
Pantes kayak familiar mukanya. Batin Ana.
Kalimat barusan membuat Ana melongo ternyata orang yang membuat jantungnya tidak karuan ini anak itu, anak yang dulu sering mengejek dan membuat Ana menangis.
"Inget nama gue. Oh ya dan lo harus selalu di samping gue kapan pun gue minta. Mulai dari hari ini." Sambung Leon sedangkan Ana hanya melongo tidak percaya.
Leon pergi meninggalkan Ana yang masih mencoba mencerna kejadian yang baru saja terjadi.
"See." Panggil Leta tak di gubris oleh Ana.
"Seanna!" Panggilnya lagi sedikit berteriak.
"Ta, dia datangin gue tadi." Leta hanya mengernyit bingung dengan ucapan Ana.
"Dia?" Beo Leta tak paham.
"Leon, Ta. Leon itu anak yang dulu sering bikin gua nangis." Ujar Ana.
"Serius See?"
"Gue gak bercanda Ta, tadi dia yang nyamperin gue."
"Terus dia bilang apa?"
"Dia bilang gue harus mau jadi babunya, gue gak tau harus seneng atau marah. Di sisi lain kayak nya gue suka Leon." Ucap Ana sambil menundukkan kepalanya dan Leta yang sedikit terkejut mendengar pengakuan Ana.
"Udah gak apa-apa, See. Gak usah di ambil pusing, ada gue oke? Ini bisa loh buat jadi salah satu cara lo pdkt." Balas Leta berusaha menghibur Ana.
"Makan dulu ya." Sambung Leta di angguki oleh Ana.
-○-
Selama pelajaran pun Ana tidak benar-benar fokus pada apa yang diterangkan oleh gurunya begitu pula dengan Leon entah kenapa ia malah senyum-senyum tidak jelas sejak istirahat selesai tadi.
"Woi nyet! Senyam senyum aja, lu ngapa? Kesambet?" Ucap Ken membuyarkan lamuman Leon.
"Udah ketemu." Gumam Leon.
"Apanya? Janda?" Tanya Ken.
"Bukan, otak lo isinya kalau gak dede gemes, janda ya?" Sinis Leon.
"Yoi tapi gue suka jandanya yang masih muda loh catet tuh." Ucap Ken ngaco.
"Ga penting banget nyet!"
"Eh serius apanya yang udah ketemu?"
"Cewek yang gue cari, Kenyet."
"Apaan tuh Kenyet? Perasaan nama gue Kennard."
"Ken monyet."
"Sialan." Balas Ken sembari menepuk bahu Leon kasar.
"Berarti dia kelas X dong ya?" Tanya Ken yang di angguki oleh Leon.
"Tapi gue bikin kesalahan." Ucap Leon
"Kesalahan?" Beo Ken
"Gue malah nyuruh dia jadi babu gue, cuma itu satu-satunya kalimat yang ada di otak gue tadi." Ucap Leon sedikit frustasi.
"Lo kan emang bego kalau soal pdkt sama cewek." Balas Ken.
Semoga lo gak benci ya sama gue. Batin Leon.
-○-
Sekolah sudah berakhir sejak 15 menit yang lalu tapi yang di tunggu Leon tak kunjung ia temukan, Leon dari tadi menunggu Ana di pinggir lapangan matanya sudah menyusuri koridor kelas X namun nihil Ana belum juga terlihat, bukannya tidak mau mendatangi kelas Ana masalahnya Leon tidak tau Ana itu kelasnya yang mana makannya ia hanya duduk dan memperhatikan.
"Ck, lama banget sih." Gumam Leon kesal.
Tak lama setelah kalimat itu keluar dari mulutnya gadis yang sudah lama ia cari-cari pun terlihat berjalan sambil berbincang dengan temannya. Leon menghapiri kedua gadis itu sambil sedikit berlari.
"Lama banget sih lo."
"Loh kakak ngapain?" Tanya Ana
"Ya nungguin lo lah." Balas Leon santai.
"Kenapa?" Tanya Ana bingung.
"Kenapa apanya?" Ucap Leon balik bertanya.
"Kenapa kakak nungguin?" Jelas Ana.
"Ya...ya lo kan babu gue, udah ayo ah." Balas Leon sambil menarik tangan Ana menuju ke parkiran.
Leta hanya diam melihat kejadian tadi, sebenarnya ia sedikit kesal karena Leon kasar pada Ana tapi apa boleh buat ia juga tidak berani pada Leon.
"Naik." Titah Leon.
"Kita mau kemana kak?" Tanya Ana pelan.
"Pulang lah, lo mau gue tinggal emang?" Ucap Leon yang langsung mendapat gelengan kepala oleh Ana.
Di perjalanan pun hanya ada suara kendaraan yang terdengar keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sebenarnya Ana benci suasana akward seperti ini tapi karena yang di depannya ini Leon, ia mengurungkan niatnya untuk mengajak Leon berbicara karena menurutnya mungkin bukan sekarang waktunya.
Tak lama Leon menghentikan laju motornya di depan rumah minimalis bercat abu-abu itu.
"Mau masuk dulu kak?" Tanya Ana.
"Ada siapa di rumah lo?"
"Em...gak ada siapa-siapa sih."
"Yaudah lain kali aja, besok gue jemput siapin bekal yang enak buat gue dan pastiin itu buatan lo bukan nyokap lo!" Tegas Leon.
"Iya kak." Balas Ana.
"Gue balik." Pamit Leon yang tanpa sadar sedang mengelus pucuk kepala Ana.
Duh sialan ni tangannya ngapain ngelus-ngelus pala gue emang gue anjing apa bikin deg degan aja. Batin Ana